•39 - holiday bersama teman (2)

222 55 2
                                    

Pukul setengah 8 malam, dengan hujan deras di luar. Saat Aldo mengatakan Daffa senang teman-temannya berkunjung ke rumah, itu benar. Anak yang orang tuanya terlalu sibuk bekerja, selalu merasa kesepian.

"rapatnya Kamis aja."

"dadakan banget, anjir. gua yang dihujat anak-anak nanti."

"harusnya mingdep."

"lah itu mah sekalian Januari aja, kampret. liburannya nanggung amat."

"resiko lah masuk organisasi."

Pertama kalinya juga empat orang ketua dan wakil ketua itu berkumpul di rumahnya. Daffa hanya menyimak karena tak paham juga apa yang mereka bahas.

Pemilihan ketua MPK dan ketua OSIS harusnya dilakukan bulan ini sebelum liburan. Tapi Haru ada lomba, jadwalnya bentrok, terpaksa diundur.

Posisi Aldo dan Haru ada di atas, bersandar pada ujung sofa kanan dan kiri. Sementara Vano, Bian, dan Daffa di bawah menggunakan kasur busa dengan posisi hanya Daffa yang tiduran. Kasur itu sengaja diletakkan berdempetan dengan sofa. Tatanan ruang keluarga ketika banyak yang menginap.

"udah, Haru! lu nyewa orang aja buat ngurus web, pasang poster, bapak lu suruh milih siapa yang mau," celetuk Bian.

"duh jangan! seleksi calon ketua-nya yang bener, kasihan kalo ketosnya dapet ketua MPK modelan Aldo, afk mulu!" tolak Vano.

"pret kayak gua ga pernah ikut kontribusi aja lu, nyebelin!" Aldo mendengus.

"kenapa gak kita rapat aja berempatt, bahas semuanya berempat??" Haru merekomendasikan.

Sukses membuat beberapa pasang mata di sana menatap ke arahnya malas.

"kalo gitu ngapain ada OSIS sama MPK kalo isinya cuma kita berempat?" Vano membalas sinis.

Perdebatan tentang jadwal, kapan, dan bagaimana terus berlanjut. Padahal televisi menyala tengah menayangkan film yang tadinya Bian memilih. Tetapi, hanya ditonton Daffa sekarang alih-alih mereka semua.

Memang dasarnya mereka berempat, circle dalam circle sekali. Lebih suka mendiskusikan segalanya berempat dulu baru setelah semuanya setuju, mereka akan mendiskusikan dengan semua anggota.

Sementara itu, si pemilik rumah, ada di pojok kiri. Tepat di bawah Haru yang sesekali melirik si empu sedang apa. Kadang Daffa terlihat menyimak, kadang kembali ke televisi, lalu memejamkan mata, dan menyimak lagi.

"gak bisa tidur?" Haru tanya berbisik, tak mau mengganggu perdebatan teman-temannya yang lain.

Ia menundukkan kepalanya, guna menatap Daffa di bawah.

Anggukan ia terima. Sejujurnya Daffa bukan tipikal orang yang mudah terganggu dengan suara-suara berisik saat mau tidur. Jika iya, maka ia tidak akan mudahnya tidur di kelas.

Karenanya, Haru langsung tahu pasti tak bisa tidur karena alasan lain.

"lu habis minum obat kan harusnya ngantuk ya. ngantuk gak?" tanya Haru lagi, perhatian.

"iya, tapi gua tuh ga bisa tidur," jawab Daffa, memelankan suaranya.

"pindah atas mau?"

"gak mau."

Ditolak lagi, Haru hanya menghela napas panjang. Ia biarkan Daffa kembali ke posisinya, dan masuk lagi dalam percakapan tiga temannya lain.

Beberapa kali Vano dan Aldo saling bertukar pendapat yang membuat suasana lumayan suram. Tetapi, Bian selalu bisa menengahi agar tidak terjadi pertengkaran lebih. Dua ketua itu agaknya sedikit sensitif, mungkin karena unek-unek Vano selama ini keluar.

highway • harubby (another story about school life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang