"lu di mana, kuprett?? gua dimarahin bu Riri katanya poster kita kayak JAMET!"
Keluhan Vano pada seberang didengarkan oleh Haru. Tapi netranya masih pada Daffa yang terlihat naik motor untuk pulang dan diikuti mobil Arfa di belakangnya.
"gapapa. kata bokap udah bagus itu," balas Haru ssmbari mulai masuk ke dalam sekolah. "padahal yang ngedit posternya udah pernah menang lomba, dikatain jamet. bu Riri aja yang kuno," lanjutnya.
"..."
"balik aja, No. gua tau lu capek."
"kalo capek gini pengennya dipeluk Daffa. Daffa udah balik belum ya?"
Haru berdecak kesal. "dih kesenengan lu, sana minta peluk Aldo aja, lu berdua sama-sama capek kan?!" protesnya, tidak terima.
"enakan Daffa. meluknya pake kasih sayang gitu. ah yaelah kayaknya gua mau pulang ke rumah Daffa aja."
"taiiii! gua bocorin ban motor lu."
Haru menutup telepon, ia bergegas menuju parkiran untuk pulang. Sempat liburan 3 hari di rumah Daffa, tentu saja Vano dan Daffa semakin dekat. Karenanya Haru sedikit waspada, Vano itu diam-diam menyebalkan.
🦋🦋🦋
"Haru!!! dicariin anak listrik nih!!!!"
Haru bangun tidur saat Regan berteriak dari arah depan. Dengan sedikit malas ia bangkit, melangkah menuju pintu. Matanya semula masih enggan untuk sepenuhnya terbuka, namun melihat siapa di pintu kelasnya, ia terkejut.
"kenapa?" tanya Haru, lantas menarik tangan si empu untuk menjauh dari depan kelasnya karena teman-temannya lumayan berisik.
"ayo ke kantin. gua mau jajanin, gantian," jawab Daffa.
"ga mau. gua kan bawa dompet," tolak Haru, jahil.
"ya udah gua ganti duit."
"gantinya jangan pake uang dong."
Mulai, Daffa merotasikan bola matanya. Walau dua minggu tak mendengar kalimat itu, tentu saja masih hapal kebiasaan Haru yang ini. "mau gua ganti. ga enak gua nimbun utang di lu banyak," jelasnya sabar.
"idih orang gua kaga ngutangin. gua bayarin."
"ya jangan dibayarin terus." Daffa 'kan jadi tidak enak hati.
"kenapa? gara-gara kita udah ga pacaran? gara-gara kita udah mantan makanya lu bilang gitu? emang gua peduli? kalo gua masih sayang ya udah."
Huh, sudah dua minggu tidak mengobrol. Haru jadi sering mengomel, efek ia lelah karena pemilom atau apa, Daffa tidak mengerti.
"terus kalo udah ga sayang, lu mau nagih utangnya ke gua?" balas Daffa, merengut.
"kaga. makanya lu sayang balik sama gua. biar gua ga ngenes sendiri," dengus Haru.
Andai Haru tahu, ingin sekali Daffa berteriak di depan wajahnya jika dirinya juga masih sayang.
"ngenes sendirian aja. makasih ya bayarannya."
Ditolak oleh Daffa pertama pada tahun ini. Lelaki itu hendak pergi, namun Haru menahan tangannya cepat. Menarik lagi membuat kepalanya nyaris menabrak dada yang lebih tinggi.
"lu udah gila ya?!" seru Daffa emosi.
"iya. ntar sore pulang bareng gua yaaa?" Haru masih tetap menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
highway • harubby (another story about school life)
Teen FictionLembaran cerita tentang Haru, si murid STM yang meyakini di bumi ini tidak ada orang jahat dan orang baik, hanya berisi orang-orang sedang menjalani hidup. "menjalani hidup tuh nggak selalu harus tawuran, Daf." "gua bukan tawuran, Ru." "balas denda...