•9 - insiden

467 75 8
                                    

kenalan dulu sama si ketua MPK yang katanya afk itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













⚠️⚠️⚠️kecelakaan dikit



"DAFFA LU KEMANA?"

Daffa menjauhkan ponsel dari telinganya mendengar teriakan Aldo di seberang sana. Dapat ia tebak si ketua kelas sekaligus ketua MPK-nya itu tengah berada di lapangan sepak bola karena begitu ramai.

"kantin," jawab Daffa, ia membalas lirikan dari Joel dan Juan yang penasaran.

"tarik tambang kelas kita kurang satu anak, ternyata waktunya barengan sama voli. lu lagi kosong kan? ayo kesini!!!" seru Aldo.

"loh katanya Mahes... kok kurang satu anak?!" protes Daffa.

Walau begitu tetap berdiri. Ia melambaikan tangan pada dua temannya sebelum pergi, tanpa mematikan telepon. Menuju lapangan sepak bola yang jaraknya jauh dari kantin.

"Mahes kan ikut voli! CEPETAN BENTAR LAGI KELAS KITA DIPANGGIL!"

"ASTAGA IYA, DOO INI JALAN! LAGIAN KENAPA GA LU AJA?!"

"kaga bisa, Daff. gua pj lomba ini soalnya."

Daffa mendengus, sedikit berlari. Ia melewati lapangan voli, melihat teman-teman kelasnya sudah bersiap di lapangan. Lalu dengan segera menuju lapangan sepak bola yang nampak lebih ramai.

Tarik tambang, kotor-kotoran.

"gua ga bawa baju ganti!" seru Daffa ketika sudah bertemu Aldo.

"gapapa yang penting ikut dulu. kalo anggotanya kurang kita didis," balas Aldo.

"kalo gitu gua jangan paling depan dong???"

"lu paling kecil soalnya!!"

Salah satu teman kelasnya yang akan ikut lomba bersama menjawab. Mampu membuat Daffa menendang keras kaki lelaki itu emosi.

"harusnya di belakang gak sih?!" kesalnya malas.

"panggilan untuk 12 TKL 1 dan 12 TE 1 untuk segera ke lapangan sepak bola ya!"

Speaker berbunyi. Dua kelas yang dipanggil sama-sama sudah berada di lapangan. Yang akan bermain melepas sepatu. Area tarik tambang diberi air, jadi becek, dan licin.

Akhirnya Daffa tetap paling depan. Ia mengerutkan kening kala melihat Haru ada di baris ketiga dari tim lawannya.

"gua ga bawa baju ganti cuy." Mencebik lagi pada Aldo yang hendak membunyikan peluit.

"nanti pinjem siapa gitu pasti ada."

Lelaki itu hanya mendengus mendengar balasan. Ia bersiap, memegang tali warna putih yang kini sudah penuh bercak coklat. Kakinya pun terasa licin.

































🦋🦋🦋


































"SATU... DUA... TIGA... MULAI!!!"

Aldo, sebagai penanggungjawab lomba ini membunyikan peluit segera.

"RU, GUA MAU JATUH!"

Teriakan Jana di depannya sedikit mengganggu fokus Haru. Lantas menahan kaki si temannya itu agar tetap berdiri.

"TARIK TARIK WOY TARIK!!" Teriakan dari para penonton pun membuat suasana ricuh.

"JANGAN JATUH DULU ANJIR!" protes Gavin berteriak.

Bian ada di paling depan, baris kedua Jana, baris ketiga Haru, lalu baris keempat baru Gavin, sisanya anak kelas mereka di belakang.

"GUA GA KUAT ANJIR ANAK LISTRIK KENAPA PADA KUAT-KUAT PADAHAL BADANNYA KECIL-KECIL!" Keluhan dari Bian yang nampak sudah melorot di bawah. "HARU LU GEDE BADAN DOANG GA BISA NARIK!"

"AH BACOT LU DIPIKIR GUA SEKARANG LAGI BERAK APA?!" Haru jadi kesal, padahal jelas ada Gavin yang badannya lebih besar darinya.

Lagi pula ini salah. Kelas mereka yang berbadan besar-besar malah diikutsertakan lomba lain. Sebenarnya kebanyakan dari mereka memilih sendiri, sebagai ketua kelas pun Gavin menghargai.

"gua lebih bingung lu kenapa ikut tarik tambang padahal kecil dan loyo." Tanpa diduga rupanya Joel ikut di lapangan, mengkomentari Bian.

"INI KENAPA KAGA SELESAI-SELESAI SIALANN?! LEPAS AJALAH!" seru Jana menyerah.

"JANGAN DILEPAS! NTAR KITA KALAH!" dengus Gavin.

"tim sebelah mulai capek. AYO BERDIRI LAGI!" seru Haru memberi semangat.

"BERDIRI PALA LU AJA GUA GA KUAT!"

Bian masih menarik, tetapi tubuhnya di bawah. Sulit memang mendeskripsikan posisinya, yang pasti kebanyakan penonton tertawa akibat Bian.

"gapapa lu jatoh, jangan dilepas aja!" lanjut Haru.

"plis loncat. kalo gua kasih aba-aba kita semua loncat!" Gavin menginterupsi teman-teman timnya.

"SATU!"

































🦋🦋🦋


































"MEREKA MAU LONCAT, ADA SOLUSI KAGA SIH?!" Teriak Daffa pada timnya.

"GA ADA! NYERAH AJA NYERAH, GUA UDAH CAPEK BANGET..."

"JANGAN SECEPET ITU, BUSEET —JANGAN DILEPAAAS!!!"

Naasnya tali yang sempat bertahan selama kurang lebih 2 menit akhirnya terjatuh. Semua tim Daffa terjatuh, seharusnya Daffa juga. Tetapi kakinya terlilit tali yang mana membuat tubuhnya terbang ke depan.

"EH DAFFA!"

DUGHH! Suara benturan yang tidak begitu keras. Tetapi mampu membuat orang-orang di sana panik, terlebih Aldo sebagai penanggungjawab lomba ini.

"waduh..."

Joel, yang hendak ikut membantu diam.

Haru dan Daffa, kepala mereka berdua saling berbenturan. Walau begitu, syukur Daffa jatuh tepat di atas tubuh Haru.

"lu berdua gapapa?!" Aldo berlari mendekat.

"pertanyaan lu aneh," dengus Haru pada Aldo.

"gua pusing banget bentar..."

Nampaknya si korban sulit berdiri.

"tolong bangun dulu. gua ga bisa bangun," titah Haru pada Daffa.

"eh Daffa mimisan. lu gapapa woy?!" Aldo dan Joel membantu, menarik Daffa berdiri. Baru setelah itu Gavin dan Jana membantu Haru untuk bangun.

"eh pending dulu lombanya. tolong bilangin ke Caesar." Aldo berseru pada salah satu panitia.

"Do..." panggil Daffa.

"iya kenapa? aduh sorry banget gua jadi ga enak soalnya maksa lu ikut—"

"Do, kepala gua kayak kejedot beton..."

Lalu tubuhnya ambruk, pada Joel.

Benturannya keras, tetapi hanya Daffa yang pingsan. Sementara Haru tidak begitu terlihat kesakitan. Bahkan lelaki itu kini berjalan mendekat, menarik Daffa untuk digendongnya.

Abai akan teriakan-teriakan heboh dan protesan Joel karena tidak terima Daffa diambil begitu saja.

highway • harubby (another story about school life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang