•10 - still care

389 65 4
                                    

Pandangannya buram saat membuka mata. Yang ia rasakan tidur begitu lama, padahal sebenarnya hanya 5 menit pingsan. Perlahan Daffa duduk, menyandarkan diri pada dinding.

Ia melihat isi ruangan. Ini bukan di UKS melainkan ruangan yang nampak asing untuknya. Tadi pun tidur di lantai beralaskan karpet, dan bantalan menggunakan tas milik siapa ia tidak tahu.

Ruang MPK dan OSIS.

"sorry gua ga bawa ke UKS soalnya baju lu masih kotor, daripada UKS ikut kotor."

Suara yang familiar terdengar. Haru, entah di mana si empu tadi, sekarang datang membawakan air mineral. Memberikan pada Daffa usai membuka tutupnya.

"pusing banget gua kejedot kepala lu," cibir Daffa kemudian.

"maaf." Raut Haru datar, tapi mana Daffa tahu jika lelaki itu merasa bersalah. Padahal kecelakaan ini murni terjadi, bukan karena salahnya.

"yayaa. hp gua mana ya?"

"dibawa sama temen lu gua ga tau namanya," balas Haru.

Ia berdiri, menuju pada salah satu loker bernamakan dirinya. Lalu kembali lagi, menghampiri Daffa kali ini dengan membawa sebuah pakaian.

"tadi gua bilang Aldo suruh bawain baju lu tapi dia bilang lu ga ada baju ganti kan. ganti pake wearpack gua dulu."

"hah? gapapa?" tanya Daffa heran. Pasalnya wearpack Haru ini berbeda dengan jurusannya.

"gapapa. pake hp gua kalo butuh apa-apa, ada nomer Bian, temen lu kan? gua mau lanjutin acara."

Haru kan panitia juga. Ia pergi usai meninggalkan ponselnya pada Daffa tanpa membiarkan lelaki itu membalas.

"apa dia ga takut gua buka macem-macem ya?" gumam Daffa.

Ragu-ragu mengambil ponsel Haru. Normal saja isinya. Wallpaper default, aplikasi-aplikasi media sosial yang normalnya anak muda punya.

Daffa benar-benar ingin menghubungi Bian, tidak membuka yang lain. Sejujurnya ia masih sulit menggerakkan kaki. Mungkin luka sedikit karena terlilit tali dan terkena rumput-rumput lapangan tadi.

Isi WhatsApp Haru seperti— grup MPK, grup MPK dengan guru, grup MPK dengan kelas 10, grup OSIS dan MPK, struktur MPK dan OSIS, dan sebagainya. Mencari nama Bian pun tak sulit karena mereka juga baru-baru berkirim pesan.




bian

bi

lah lu di aula lagi ngatur badminton
kenapa tiba-tiba bi
pending?

gua daffa

meh hoax
naksir lu sama daffa?

GUA DAFFAAA
gua di ruang mpk
tolong cariin hp gua kalo ga salah dibawa joel

bentar
kok bisa haru meninggalkan hpnya di elu
gua ga tau sumpah

GUA JG GATAUU
HP GUA DULUU SINI
tolong ya bi

ya bentar
gua masih syok

kenapa dah ga jelas

ELU SAMA HARU LEBIH GA JELAS




























🦋🦋🦋





























Haru tidak mengerti. Ia bukan tiba-tiba peduli pada Daffa. Hanya tadi Daffa saling bertubrukan dengannya, dan pingsan. Lalu merasa bersalah. Menurut Haru hal yang wajar, tapi ia juga ragu kenapa ia peduli.

"Ja, bisa kaga lu ganti baju dulu baru main?" seru Haru melihat si teman tetap mengenakan pakaian lomba tarik tambang.

"gak. udah mau dipanggil juga kelas kita ini," sahut Jana tanpa bersalahnya. Ia diam berpikir, kemudian menoleh pada Haru penasaran. "Daffa gimana?"

Mampu membuat yang ditanya meliriknya tidak terima. "kenapa peduli banget?" cibirnya.

"lah apa yang salah sama peduli?" Jana tidak mengerti.

"katanya jangan temenan sama Daffa. kenapa lu peduli?" Haru jadi sensi.

"ya gua nyuruhnya jangan temenan. bukan jangan pacaran. bisa aja pacaran sama lu Daffa berubah jadi lebih baik." Sembarangan memang mulut Jana berucap.

Tertawa tanpa peduli raut si sohib yang masih ditekuk malas mendengarnya.

"siapa yang mau pacaran sih? gua ga suka sama dia," balas Haru ketus.

"ga suka tapi lu biarin dia pake wearpack lu."

"hah kata siapa?"

Haru menoleh, mengikut kemana arah mata si temannya itu melihat.

Dari dalam aula yang sedang digunakan untuk badminton, terlihat di luar Daffa berjalan masuk. Langkahnya tidak baik, karena menyeret satu kaki.

Sukses membuat Haru harus berjalan menghampiri, tidak mau membuat lelaki itu jalan makin jauh.

"kaki lu kenapa?" tanya Haru heran.

"keseleo. nih hp lu, makasih ya. hp gua udah ketemu," jawab Daffa, memberikan ponsel Haru.

"terus lu mau kemana?"

"kepo banget sih, mau ke kantin gua laper."

"bisa jalannya?"

"apa gua terlihat kayak orang susah jalan?"

"iya."

Sekarang Daffa paham kenapa banyak murid segan pada si wakil ketua MPK di luar namanya sebagai anak kepala sekolah.

"ya udah hati-hati."

Sekian detik diam-diaman, Haru berbalik badan. Ia tak mau terlalu peduli.

highway • harubby (another story about school life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang