Masih sangat pagi, dan Daffa membangunkan Haru karena ia tahu lelaki itu tidak membawa seragamnya. Tapi balasan Haru ini sungguh di luar ekspektasinya.
"katanya mau bolos. tidur dulu ajaa."
Lalu menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya, sementara Daffa yang tadi sudah berdiri di samping kasur, kini duduk di tepinya. Membuka lagi selimut Haru sampai wajah si empu terlihat.
"beneran mau bolos??" tanya Daffa, ia cukup ingat semalam Haru menolaknya terus-terusan.
"heem." Haru hendak menarik lagi selimutnya, tapi Daffa menahan.
Karena matanya terpejam, ia tak bisa melihat binar mata senang dari pacarnya itu. Tetapi dapat ia rasakan satu ciuman singkat pada bibirnya, sukses membuatnya membuka mata.
Sebelum Daffa menjauhkan diri, Haru lebih dulu menahan bagian belakang kepalanya.
"berarti jadi ke curug yang gua maksud kemarin ya?!" seru Daffa bersemangat, tanpa menyadari posisinya sekarang.
"ada tempat lain gak? itu jalannya nanjak banget."
"ada. tapi lebih pengen kesana."
"banyak kendaraan gede-gede."
"gua yang nyetirrr...." Daffa mendengus, menjatuhkan kepala pada dada Haru yang sudah tak tertutup selimut.
Suaranya terdengar pasrah sekali, Haru jadi ingin tertawa dibuatnya. Menyingkirkan selimut yang lumayan menghalangi tubuhnya. Lalu memeluk si pacar, menggulingkan badan kecil itu ke samping dengan mudahnya.
"gua aja yang nyetir."
🦋🦋🦋
Sementara di sekolah, Aldo dan Bian sedang bersantai di ruang OSIS. Mereka tidak ada kegiatan apa-apa, hanya ingin merasakan pendingin ruangan ini mengingat panasnya udara di luar.
"taruhan sama gua, ntar sore pasti hujan!" celetuk Aldo tiba-tiba.
"kalo ga hujan lu bayarin jajan gua seminggu?" sahut Bian. "terus kalo hujan gua dibayarin lu jajan seminggu."
Sempat loading karena balasan si wakil ketua OSIS. Kini Aldo memukul lengan Bian usai memahami maksudnya.
"kok gua terus dah?? ya kalo hujan dibalik dong!" kesalnya.
"lah itu udah dibalik?" Bian geli, namun tetap terheran-heran.
"bukan dibalik yang kaya gitu," cebik Aldo malas.
Menyadari hampir istirahat kedua ini sama sekali tak melihat Haru, Aldo bertanya. "Haru kaga berangkat?" Menatap Bian serius.
"gak. sakit katanya," dusta Bian sebagai orang yang tahu semalam Haru menginap di rumah Daffa.
"sakit mulu Haru perasaan."
Tepat setelah itu, dering telepon dari orang yang mereka bicarakan terdengar di ponsel Bian. Dengan penasaran Aldo mendekat, berniat ikut mendengarkan pembicaraan mereka.
"Bi, gua di rs." Belum sempat Bian menyapa, dari seberang Haru lebih dulu berbicara.
"loh gua ga tau ternyata lu separah itu," ucap Aldo menyahuti.
Bian kesal, mendorong wajah Aldo menjauh darinya.
"kenapa? Daffa sakit?" tanya Bian kemudian.
"iya. aduh gimana ya gua panik tapi lu tau gua kalo panik kayak ga tau lah jelasinnya haduh..."
KAMU SEDANG MEMBACA
highway • harubby (another story about school life)
Teen FictionLembaran cerita tentang Haru, si murid STM yang meyakini di bumi ini tidak ada orang jahat dan orang baik, hanya berisi orang-orang sedang menjalani hidup. "menjalani hidup tuh nggak selalu harus tawuran, Daf." "gua bukan tawuran, Ru." "balas denda...