•33 - hari yang sama

329 60 10
                                    

Istirahat Haru benar-benar langsung ke kelas Daffa. Ia senang, dipermudah akibat kelas mereka berdekatan. Setibanya di sana, guru di dalam juga keluar. Maniknya langsung bertatapan dengan si pacar pada tempat duduk paling depan.

Daffa terlihat sedang memasukkan bukunya ke dalam laci. Ia keluar begitu melihat Haru melambaikan tangan. Disambut oleh tangan kanannya digandeng begitu saja, lalu mereka berjalan ke arah kantin.

"beli aja terus makannya di lapangan," ucap Daffa.

"di lapangan ngapain? panas." Haru menolak.

"di kantin rame banget. males, di lapangan aja. adem kok, kita di bawah pohon aja," sahut Daffa, menegosiasi.

"di kelas lu aja."

Ide yang tak buruk, karena kebanyakan teman kelasnya pun akan jarang berada di kelas jika jam istirahat seperti ini. Daffa mengangguk setuju usai berpikir sedemikian.

Menerobos keramaian kantin usai menyuruh Daffa menunggu saja di salah satu meja, Haru akhirnya keluar dengan dua bungkus makanan dalam satu plastik.

"bawa dulu, gua beli minum. mau es apa?" tanyanya sembari memberikan plastik itu pada Daffa.

"ga usah, gua bawa air putih."

"ya udah, gua juga." Menarik kembali plastiknya membuat Daffa menggeleng-gelengkan kepala, heran dengan tingkah si pacar.

Keduanya kembali ke kelas Daffa. Namun, sebelum makan, Haru mengambil dulu botol minumnya di bengkel. Baru ia masuk ke dalam kelas anak listrik itu. Di dalamnya hanya terdapat 6 orang termasuk Daffa.

Ini bukan pertama kali makan bersama Haru, apalagi di sekolah. Hanya menyebalkannya, Daffa jadi tak bisa fokus makan karena orang di sampingnya ini terus menatap ke arahnya.

"lu bisa gak sih makan dulu yang bener? mau gua suapin?" kesal Daffa kemudian.

"boleh," balas Haru santai.

"ga boleh. makan buruan!! apa gua usir dari kelas."

Haru berdecak mendengar ancaman itu, ia tak sekali ini diancam dengan kalimat yang sama. Dan sudah mengalami dua kali diusir dari kelas pacarnya.

Wajah senang Daffa kentara sekali ketika Haru mulai fokus pada makanan di depannya. Tak banyak yang berbicara ketika sedang makan. Sampai Daffa lebih dulu membuang bungkus makanannya, lalu disusul Haru usai 5 menit kemudian.

Sekarang kelas sedikit ramai, bahkan Aldo yang tempatnya diduduki Haru kini duduk di bangku lain walau ada di belakang mereka.

"besok gua cari tempat duduk yang ga dipojok deh biar lu berdua pacaran minimal di tengah-tengah, bisa menimbulkan fitnah," ucap Aldo.

Mampu membuat si teman sebangkunya tertawa kecil, lalu menoleh ke belakang menatapnya. "lu aja kali berpikiran jelek-jelek, yang lain biasa aja kok," sahut Daffa.

"emang," dengus Aldo.

Hanya sebentar percakapan mereka bertiga, karena bel masuk berbunyi. Dengan berat Haru berjalan sembari melambaikan tangan. Hingga nyaris tertabrak pintu kelas, membuat hampir satu kelas tertawa akibat ulahnya.

"malu-maluin!" seru Aldo.

"dzolim banget ini anak kelas, persis kaya ketua kelasnya—"

"BURUAN PERGI SANAAA!"

Daffa yang malu.

Citra Haru sebagai wakil ketua MPK yang terkenal disegani warga sekolah pun perlahan sirna di kelas Daffa. Karena sering bermain ke kelas, teman-teman Daffa jadi tahu watak Haru sebenarnya. Lumayan menyenangkan walau terlihat sedikit egois.




























highway • harubby (another story about school life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang