•7 - perbedaan dunia

453 70 6
                                    

Rapat berakhir hampir pukul 6. Lalu minggu depan, akan diadakan rapat lagi bersama perwakilan dari masing-masing kelas untuk lomba. Harusnya bisa saja Haru tidak ikut. Tapi, kembali lagi kata Vano yang bilang keberadaan Haru membantu mereka lebih tenang dan serius.

"Senin rapat habis jam istirahat kedua aja. jangan pulsek, kemaleman," ucap Haru pada Vano dan Bian.

Tersisa mereka bertiga di ruang OSIS.

"ruang meeting dipake guru gak sih Senin? ada rapat jurusan juga guru-guru, gimana dong?" tanya Vano.

"ya ntar guru rapat di ruang kepsek aja."

Haru itu sangat menguntungkan.


























🦋🦋🦋


























Di tempat lain, situasinya sedang kacau setelah pertandingan berakhir.

"kalah mah kalah aja. udah kalah, ga terima, malah malu-maluin diri sendiri."

"wasitnya ga netral, bangsattt!"

"WASITNYA AJA ANAK SEKOLAH ELU, GA NETRAL GIMANA, JING?! PEMAIN LU TUH AJARIN! NENDANGNYA BOLA, BUKAN NENDANG KEPALA LAWAN, DASAR BEGO!"

"Joel udah woi!"

Pukul 6 lebih 15 menit. Hari sudah gelap, tapi suasana di dalam stadion makin ramai. Daripada bergabung dengan keramaian di atas tempat penonton. Daffa justru turun, menghampiri para pemain futsal.

Salah satunya ada Juan di sana.

"kepala lu gapapa tuh?" celetuk Daffa.

"nyut-nyutan," jawab Juan, cengengesan.

"mau pulang kapan? gua aja yang nyetir."

Juan menggeleng. "gua aja kali, gapapa kok."

Dari bawah, bangku penonton di atas terlihat sangat rusuh. Mulai dari sekolah lawan melempari sampah-sampah yang ada, lalu sekolah mereka melontarkan segala kalimat seperti—

"NGEGOLIN TUH KE GAWANG! BUKAN KE DINDING!"

Mendengar teriakan dari Galang itu, Juan dan Daffa sontak tertawa. Sebagai pemain dan penonton, keduanya mengakui jika tim futsal sekolah lawan sedikit payah.

"kayaknya yang main anak-anak kelas 10 deh, wajahnya asing semua," komentar Daffa.

"emang kenapa? gua juga kelas 10," sahut Juan heran.

"ya lu doang kelas 10-nya, sisanya kelas 12, kan?"

Tidak mau berlama-lama di dalam situasi kacau ini. Juan dan Daffa segera keluar dari stadion. Menuju ke parkiran yang juga nampak ramai anak sekolah mereka serta anak sekolah lain yang menonton tadi.

"gua aja yang nyetir, Ju. sini kuncinya," ucap Daffa.

"kak, ini main futsal doang, bukan sepak bola. ga secapek itu."

"kepala lu tadi ketendang. apa menjamin lu sampe rumah dengan selamat?"

"gua ginjal ketendang juga udah pernah tau." Juan tertawa kecil.

Tapi tetap memberikan kunci motornya. Tidak mau membuat Daffa memaksa terlalu lama. Segera mereka meninggalkan tempat itu dirasa situasi makin kacau.

Daffa tidak peduli akan beberapa dari sekolah lawan mencarinya. Ia pun juga melupakan keberadaan Joel dan Galang di sana. Mereka semua kepala batu, ia sudah memaksa untuk pulang sejak tadi. Masa bodo dengan teriakan 'pengecut' dan 'penakut'.

highway • harubby (another story about school life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang