"menurut lu, etis merokok di sekolah pagi-pagi?"
Daffa terkejut, terlebih saat rokoknya diambil dan diinjak begitu saja. Ia heran, padahal jam menunjukkan pukul setengah 6 pagi. Jarang ada murid berangkat sepagi ini, kecuali ia, dan Haru hari ini.
"gua ga di sekolah, di luar," balas Daffa.
"masih area sekolah."
Duduk di trotoar depan sekolah, menjauh dari gerbang agar tidak ketahuan satpam.
"gua ga suka sama lu," celetuk Haru tiba-tiba.
"ya udah jauhin gua dong?"
Daripada menjauh, Haru sekarang ikut duduk, di samping Daffa. Fokus memandang jalan raya yang lumayan sepi karena masih begitu pagi.
"lu terganggu sama gua?" tanpa membalas, Haru justru bertanya.
"gak juga," jawab Daffa santai. Ia mengerutkan kening kemudian, menatap lelaki di sampingnya serius. "mumpung inget. gua mau tanya deh."
Membuat yang ditatap turut menoleh. "apa?" tanyanya heran.
"kita pernah ketemu? di luar sekolah? maksud gua bukan yang pas lu lihat gua dikeroyok."
Jawabannya tentu saja pernah. Tapi Haru diam, ragu untuk membalas.
"wajib dijawab banget?" balik tanya Haru.
"berarti pernah ya? pas kapan?" Anehnya Daffa jadi makin semangat.
Naasnya si wakil ketua itu enggan membalas. Malah berdiri, hendak pergi.
"dih songong banget lu," dengus Daffa sebal.
"pacar lu hari ini final, basket."
"Juan bukan pacar gua elah."
Keluar dari topik. Daffa jadi emosi pada Haru, tapi ia tak bisa kesal lama-lama. Malah mengikuti si empu masuk ke dalam sekolah.
"ntar sore jangan pulang dulu ya. gua mau ambil wearpack lu, sekalian kembaliin," ucap Daffa di tengah perjalanan mereka.
"iya."
Haru, sulit ditebak. Tiba-tiba jadi sangat dingin, tiba-tiba sangat peduli, dan tiba-tiba jadi aneh. Seperti sekarang.
Keduanya berpisah di koridor depan, Haru berbelok sedangkan Daffa tetap lurus. Menebak jika lelaki itu menuju ke kantin. Ia sendiri menuju ruang meeting.
Di sana sudah ada anggota OSIS dan MPK yang lain, padahal masih begitu pagi. Tapi, untuk persiapan, para panitia harus berangkat lebih awal.
"hari ini final futsal, tarik tambang, sama basket. voli air sama badminton besok ya jadwal final." Sepertinya Vano sangat sibuk.
"besok pulang awal apa gimana?" tanya Bian heran.
"iya pulang awal. menghindari gedoran lagi, soalnya hari Jumat juga rawan, tapi jangan disebarin dulu," jawab Haru.
Setelah sedikit pembinaan pagi ini, mereka —para panitia bersiap ke tempat masing-masing. Ada yang ke lapangan sepak bola, lapangan voli, dan lapangan futsal. Haru sendiri menuju ke aula. Membantu teman-teman yang lain memasang net untuk lomba badminton.
"kelas lu kalo hari ini menang, besok masuk final," celetukan salah satu teman OSIS pada Haru.
"kalo masuk final udah pasti dapet juara," sahut Haru.
"aelah ngalah dikit. tarik tambang udah final, futsal final, siapa tau voli air besok final, borong dong kelas lu mah!"
Haru tertawa kecil. Patut diacungi jempol memang bagaimana Gavin membiarkan anak-anak kelasnya untuk memilih sesuai yang mereka mau, tanpa paksaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
highway • harubby (another story about school life)
Teen FictionLembaran cerita tentang Haru, si murid STM yang meyakini di bumi ini tidak ada orang jahat dan orang baik, hanya berisi orang-orang sedang menjalani hidup. "menjalani hidup tuh nggak selalu harus tawuran, Daf." "gua bukan tawuran, Ru." "balas denda...