•28 - haru bercerita

338 65 5
                                    

Senin, suasana sekolah kembali normal. Semua murid terlebih para panitia, kembali pada rutinitas seperti biasanya. Salah satunya Haru, tetapi lebih dulu mengekori Daffa, mengantar ke kelas.

"lukanya udah kering," celetuk Daffa begitu menyadari tatapan Haru yang nampak tak yakin akan meninggalkannya di dalam kelas.

"ya udah. nanti pulang bareng sama gua loh."

"iya, Haruuuu. sana balik kelass."

Berangkat dengan Haru, Daffa jadi molor. Jika biasanya pukul 6 lebih 15 menit ia sudah di sekolah, sekarang jarum menit pada jam hampir menyentuh angka 7. Setelah Haru pergi pun, bel sekolah berbunyi, sesuai dugaannya sekali.

Pemandangan yang Daffa lihat ketika masuk ke dalam kelas adalah, semua mata— kecuali Aldo, tertuju ke arahnya.

"hayo pacaran!" teriakan salah satu orang membuatnya mendengus.

"udah lama kali," balas Daffa malas, sembari berjalan menuju pada kursinya. Sudah terlihat Aldo tengah bermain game di ponsel dengan begitu fokusnya.

"yang anak bangunan lu taroh mana, Daf?"

Lagi, pertanyaan seperti ini yang Daffa tidak suka.

"gua ga pernah pacaran sama Juan, kita cuma temenan." Karena harus mengklarifikasi.

"gua baru tau lu bisa pacaran."

"ah lu semua heboh, perasaan pas kemarin Haru kesini juga diem-diem aja!" protes Daffa lagi mengingat masih beberapa hari sejak Haru mencarinya di kelas.

Kini Aldo mendongak usai meletakkan ponselnya di atas meja. "lu semua sibuk nge-game sih." Ikut-ikut.

"yeh ngaca!!!"






























🦋🦋🦋




























10 menit berlalu usai bel pulang berbunyi.

"Ru, cowok lu bukan?"

Karena Haru tidak kunjung keluar gerbang, Daffa menghampiri lelaki itu di kelasnya yang mana membuatnya harus naik ke lantai dua. Ia jadi heran kenapa kelas Haru sering kedapatan di lantai atas.

Di sana, anak-anak kelas Haru lengkap, tapi tidak ada gurunya. Dan masing-masing anak kelas itu memegang PCB, sepertinya akan praktek, atau selesai praktek.

"Daffaaa! ayo masuk dulu!" ajak Bian yang posisi duduknya memang di paling depan, dekat pintu.

Sementara dari luar Daffa melihat si pacar yang dicarinya berjalan mendekat dari tempat duduknya. Mimik muka si empu menandakan sedang tidak bersahabat.

"maaf, nunggu guru gua dulu," ucap Haru.

"kenapa? punya lu ada yang rusak?" Atensi Daffa justru pada benda kecil di tangan Haru.

"iya. lanjutin besok aja punya gua."

"sekelas cuma Haru yang rusak," celetukan Jana ini membuat si sohibnya menghela napas panjang.

"nanti pulang beli komponen dulu ya," ucap Haru pada Daffa.

Yang diajak hanya mengangguk. Tak lama setelah itu guru kelas datang. Dan, dari luar Daffa mendengar Haru sedikit dimarahi oleh sang guru. Begitu keluar kelas pun, Haru tak mengucapkan apa-apa selain menggandeng tangannya untuk turun ke bawah.

Jika menyangkut tentang pelajaran, rupanya Haru sangat sensitif, pikir Daffa.

Sampai di parkiran, masih ramai. Daffa berdiri di gerbang menunggu Haru mengeluarkan motornya. Ia tak sendirian, bersama salah satu teman dekat pacarnya yang ia sendiri tak tahu namanya.

highway • harubby (another story about school life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang