•31 - rs lagi

318 60 2
                                    

Haru masih tidak mengerti, ia ingin menanyakan lebih tapi secara baik-baik. Hanya saja, saat ia tertegun tadi, si pelaku menjadikannya momen untuk melarikan diri. Tanpa membalas serangan Haru tadi.

Tersadar hanya diam, ia membuka ponselnya. Bergegas menuju arah lokasi ponsel Galang yang sempat tertunda.

Begitu sampai, ia menemukan sosok yang dicarinya tengah terduduk lemas di bawah. Menyadari kehadiran Haru, Galang mendongak. Darah pada ujung bibir dan pelipis, lalu di depan lelaki itu ada satu orang lagi tersungkur tak berdaya.

Haru menghampiri orang asing yang tak sadarkan diri itu. Mengecek napas dan nadinya. Ia bersyukur, masih ada. Lalu mendekat ke arah Galang hendak membantunya berdiri.

"lu kenapa kesini? Daffa ada di sana," ucap Galang, menolak bantuan dari Haru.

"iya, gara-gara lu kan Daffa pingsan," desis Haru ketus.

"gua ga mau dia ikut campur, lu juga."

"dia hampir mati, sialannn!"

Habis kesabaran Haru kali ini. Menarik kerah Galang untuk berdiri. "lu, bisa-bisanya bilang gitu habis bikin anak orang sesek napas? lu pikir gua bakal diem aja?!"

"gua tau Daffa ga bakal mati." Galang tak memberontak, sahutannya pun terdengar datar. "menurut lu, gua harus iyain tiap dia mau bantu gua yang dikejar-kejar kayak kriminal? ga bisa, Ru."

Baru semalam Haru merasa Galang mau membuka pertemanan dengannya. Ternyata belum genap sehari, hilang semua ekspetasinya.

"cara lu salah," ucap Haru, lebih tenang walau matanya masih dibumbui amarah.

Galang terkekeh. "Daffa bukan elu yang bisa dikasih tau baik-baik," balasnya.

Hening setelahnya. Haru, berusaha menetralkan emosinya. Lantas melepaskan cengkramannya pada kerah seragam Galang. Ia membuang napas kasar. Akan lebih baik jika sekarang pergi menyusul Daffa.

Namun, teringat ucapan lelaki asing yang tadi hampir menyerangnya. Ia kembali menatap Galang.

"maksudnya nyawa dibayar nyawa apa? lu pernah ngabisin nyawa salah satu dari mereka?"

Si anak otomotif itu tak terlihat kaget dengan pertanyaan Haru.

"pertanyaan lu ga penting."

"penting. gua ga tau nantinya lu bakal gimana sama Daffa."

Orang yang pernah membunuh, berteman baik dengan pacarnya sekarang. Haru pikir itu bukan keputusan yang baik. Apalagi sepertinya Daffa tahu tentang hal itu.

Atau bisa saja menjadi orang yang pernah membunuh juga? Haru terdiam, berharap semoga saja tidak.



























🦋🦋🦋



















"ini upaya pembunuhan—"

"bukan, Ma— ah enggak. maksudnya ya udah, biarin aja... pelakunya siapa ga ketangkep."

"terus kamu mau Mama cuma diem padahal kamu hampir mati?"

"iya, Mama diem aja."

"Mama bilang ke Papa—"

"jangann!!!"

Dari luar, terlihat Daffa dan Mamanya berdebat, dan karena pintu ruangan terbuka, Joel dan Bian masih bisa mendengar. Sekarang Daffa menahan tangan Mamanya yang hendak mengambil ponsel.

"ada cctv di tempat kamu kejadian?" tanya Mama Daffa.

"gak ada. udaah, pelakunya udah kapok."

"tau darimana pelakunya kapok? emang kamu kenal? TEMEN KAMU YANG BERANDAL ITU?!"

highway • harubby (another story about school life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang