"maaf ya, nyokap gua bawel."
Selama perjalanan Daffa banyak diam. Seusai keluar dari parkiran dan menuju ke dalam mall, baru ia lontarkan kalimat itu.
"kenapa minta maaf? gapapa kok. Mama lu kaya ibu pada umumnya kan," balas Haru santai.
"tapi Mama suka jelekkin temen-temen gua."
"gua ga peduli sih, yang penting gua diterima aja."
Haru menyebalkan, detik berikutnya Daffa mencubit pinggang si empu hingga membuatnya meringis.
Menuntun langkah menuju ke area food court usai menaiki eskalator. Mall ini nampak tak begitu ramai, mungkin karena hari produktif. Daffa fokus melihat kesana-kemari.
Lantai dua bagian food court, area terbuka. Ini masih menjelang malam, tapi lampu-lampu pada tempat itu terlihat sudah sangat indah. Sebenarnya mall ini memang bertemakan outdoor, hanya toko-toko di dalam yang memakai pendingin.
"duduk deket sana ajaaa. view di bawahnya bagus!" seru Daffa, diangguki oleh Haru.
Memilih tempat duduk yang diinginkan Daffa. Saat melihat ke bawah, ada taman. Penataan lampunya cantik, Daffa suka. Jika saja Haru tidak mengajaknya kemari, sepertinya ia tidak akan ke tempat ini.
"mau makan apa?" tanya Haru.
Daffa diam, berpikir. Selang beberapa saat ia ingat akan sesuatu.
"dompet gua kan di eluuu!" serunya.
Haru tertawa. Kemudian menyerahkan dompet yang sejak kemarin ditagih itu.
"jadi mau makan apa?" Namun, tak membiarkan Daffa mengambilnya dulu.
"apa aja samain kayak lu," jawab Daffa, merengut karena dompetnya masih digenggam Haru. "mau bayar sendiri-sendiri!"
"gua yang ngajak, gua yang bayar," sahut Haru.
"ya udah gua yang beli minumnyaa!" seru Daffa.
"mahal di sini mah. lu kebanyakan jajan di warung ntar kaget."
Daffa berdecak sebal. Memang yang dikatakan Haru benar, namun ia bukan tak pernah sama sekali pergi ke mall. Padahal keluarganya berada, tapi lingkup pertemanan Daffa yang biasa saja, membuat si empu turut mengikuti gaya hidup teman-temannya.
Tahu-tahu Haru sudah kembali, dengan benda kecil hitam bernomor di sana. Tanpa dijelaskan pun Daffa tahu benda itu akan berbunyi jika makanan mereka sudah siap.
"dompet gua," cibir Daffa lagi begitu Haru duduk di depannya.
"nanti aja pulang dari sini. mau cari minum apaa?"
"yang murah. es teh 3 ribuan ada gak?"
"ada, tapi masuk mall jadi 10 ribu. mau gak?"
"ih mending balikin dompet gua duluuu." Daffa cemberut. Ia ingin memukul Haru sekarang, tapi terhalang meja.
Berhenti tertawa, Haru menatap lamat mata bulat di depannya. "udah gua pesenin minum. ntar kalo lu ga suka bilang ya, cari yang lain."
Anak SMK mana lagi yang seperti Haru, menyisihkan uang jajan selama dua hari kemarin hanya untuk mengajak Daffa jalan-jalan. Ia pun sempat menghilang pagi tadi karena merusuhi teman-temannya meminta rekomendasi tempat apa yang tenang untuk jalan-jalan.
Mall baru ini jauh dari pusat kota, jadi lumayan sepi. Tapi tidak sesepi itu mengingat parkiran masih terlihat ramai. Dan Haru pikir ini rekomendasi yang pas. Lalu bertemu Mama Daffa itu bonus untuknya.
"padahal cuma taman, terus jalan raya yang rame sunyi kaya jalan tol gitu, tapi kerasa cakep banget kenapa ya?"
Seusai makan, mereka turun. Untuk menuju ke taman melewati tangga yang ada di area food court juga. Jadi tidak perlu kembali ke dalam guna menggunakan eskalator.
KAMU SEDANG MEMBACA
highway • harubby (another story about school life)
Teen FictionLembaran cerita tentang Haru, si murid STM yang meyakini di bumi ini tidak ada orang jahat dan orang baik, hanya berisi orang-orang sedang menjalani hidup. "menjalani hidup tuh nggak selalu harus tawuran, Daf." "gua bukan tawuran, Ru." "balas denda...