"lu masih sakit maksain berangkat!!!"
Daffa tidak habis pikir. Ia sudah siap dengan motornya di halaman rumah, tinggal menutup pintu garasi, lalu naik, dan ia berangkat. Tapi, kedatangan Haru tiba-tiba usai 2 hari lalu tidak masuk karena sakit, membuat niatnya urung.
"cuma pilek. lagian sekelas yang belum ngerakit gua doangg..." Haru mendengus. "jangan bawa motor, sama gua aja," pintanya dengan raut memelas.
"ntar gua ketularan," cibir Daffa.
"udah sembuh pileknya, tinggal batuk-batuk dikit."
"ntar gua ketularan juga??"
"kagaakkkk. ih jangan gitu dong elu, gua jadi kayak apa yang gak boleh dideketin."
Daffa tertawa. Menaiki motornya lalu dimasukkan lagi ke dalam garasi. Usai mengunci rumah, ia menghampiri Haru dengan menenteng helmnya.
"udah gak anget," ucapnya senang ketika punggung tangannya menyentuh dahi Haru.
"iya. lu jangan sakit ya, musimnya lagi gak jelas," sahut Haru. Mulai menyalakan motornya dirasa Daffa sudah naik pada boncengannya.
"lu nyuruh jangan sakit tapi ngajak gua berangkat bareng sama lu yang lagi batuk??" Lagi-lagi Daffa membalas sarkastik.
"ga bakal ini virus mampir ke elu, percaya dah. kalo lu sakit kita balikan," balas Haru santai.
"ya semoga gua ga sakit ya!"
Tentu saja balasan Daffa ini membuat Haru sebal.
Minggu ini jurusannya mulai sibuk dengan bahan untuk ujian kejuruan. Sebenarnya masih dua minggu lagi, tetapi persiapannya dari sekarang. Karena itu Haru takut makin jauh dengan Daffa.
Sampai di sekolah dengan begitu pagi, parkiran masih sepi. Daffa turun dari motor lebih dulu, matanya menelisik ke dalam sekolah saat melihat motor Aldo sudah di sana, dan menemukan si empu tengah menatapnya juga. Lalu tersenyum pada si sahabat yang berdiri tak jauh dari parkiran.
Helmnya ia berikan pada Haru segera, kemudian berlari kecil menghampiri Aldo yang masih pada tempatnya, —menunggu Daffa dan Haru.
"Haru kalo bareng sama lu jadi pagi berangkatnya," celetuk Aldo.
"iya. bikin males kalo pulang sekolah ntar ribet ambil motornya," sahut Haru.
"ya udah berangkat siang lah, siapa suruh nyamperin gua?" cebik Daffa malas.
"gua sendiri."
Sebagai pendengar, Aldo hanya menggelengkan kepala. Masih sama, lama-lama ia akan memakai headphone saja jika ada Haru, tapi juga ada Daffa. Mereka bertiga berpisah setelah masuk ke dalam gedung, menuju ke bengkel masing-masing.
Jika biasanya Haru akan ikut ke bengkel mereka sampai bel masuk, sekarang tidak lagi. Ia dimarahi oleh Ayahnya akibat ketahuan masuk bengkel jurusan lain.
"Ruu, tadi gua lihat Daffa mau praktek ya kelasnyaa!" sapaan Jana yang masuk kelas usai 5 menit bel masuk itu, menarik atensi Haru.
"iyaa. di tiang depan?" tebak-tebak Haru.
"kaga, belakang. tadi gua ke kantin dulu."
Haru melirik jam dinding kelasnya. Mengira-ngira guru yang masuk kelasnya akan datang jam berapa. Ia sulit untuk keluar masuk seenaknya dengan alasan ke kamar mandi akhir-akhir ini, karena mendekati ujian.
"jangan melipir lagi lu kemaren udah ditegur pak Sapto gara-gara alesan ke kamar mandi malah ketahuan ada di bengkel TKL," cibir Gavin, seolah memahami isi hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
highway • harubby (another story about school life)
Teen FictionLembaran cerita tentang Haru, si murid STM yang meyakini di bumi ini tidak ada orang jahat dan orang baik, hanya berisi orang-orang sedang menjalani hidup. "menjalani hidup tuh nggak selalu harus tawuran, Daf." "gua bukan tawuran, Ru." "balas denda...