•45 - upaya balikan

256 54 3
                                    

Daripada menonton debat pemilom di aula, Haru justru melipir ke kantin. Duduk bertiga dengan Jana dan Gavin, mengobrolkan sesuatu yang menurut dua temannya tidak penting, tapi menurut Haru sangat penting.

"kayaknya Daffa gak mau balikan gara-gara lu nyebelin," celetuk Jana.

"nyebelinnya gimana sih?!" Haru tidak bisa santai.

"ya banyak lah lu nyebelinnya. kalo gua jadi Daffa juga males debat tiap ketemu, apa aja diributin, poni mlencong dikit dikomenin," celoteh Jana.

Sukses membuat Haru tercengang. Namun ia menggeleng cepat. "kayaknya Daffa kaga se-sewot itu??" cibirnya.

"ya lu mana tau isi hatinya?" sahut Gavin.

"terus gua kudu apa?" Haru membuang napas panjang.

"lebih pendiem aja coba kalo sama dia."

















🦋🦋🦋




















"lu apa gak bantu anak OSIS?" Daffa menoleh pada Haru yang berjalan di sampingnya usai sepulang sekolah ini langsung menuju kelasnya.

"kaga."

Kemarin sempat minta untuk ditemani ke mall, Haru bilang ingin membeli sesuatu. Jadilah Daffa hari ini tidak membawa motor.

"mau nyari apa sih?" tanya Daffa ketika mereka mulai mengelilingi mall.

"ada."

"buat orang ulang tahun ya?"

"bukan."

"buat acara OSIS?"

"kaga."

"lu sariawan?"

"ngga."

"lu sakit? demam?"

Daffa berhenti berjalan, menahan tangan Haru untuk berhenti juga. Lantas memutar tubuh yang lebih muda agar menghadapnya sekarang. Ia tempelkan punggung tangannya pada dahi Haru yang terasa tidak hangat, normal.

"gua ga sakit, Daf," ucap Haru. Menarik tangan Daffa lagi untuk digandengnya, lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

"buat cowok apa cewek?"

"cowok."

"buat gua?"

"iya."

Daffa mendengus mendengar jawaban itu. Mereka masuk ke dalam toko pakaian, Haru mencari jaket di sana. Tangan kanannya tergerak untuk memilih sementara tangan kirinya betah saja menggandeng yang lebih kecil.

"buat kado ulang tahun?" Daffa bertanya kesekian kali.

"bukan," jawab Haru lagi dan lagi.

"males gua, lu ngajak keluar tapi diajak ngobrol nyebelinnn!"

Ia tersentak ketika tangan kirinya dihempaskan begitu saja. Wajah Daffa ditekuk, bahkan menatap tajam padanya sekarang. Haru jadi panik sendiri. Saat si empu ingin pergi, cepat-cepat Haru kembali menahan tangannya.

"eh gak gitu. maaf. ya udah kenapa?"

Kali ini Daffa merotasikan bola matanya. "kenapa apanya? ga jelas lu, gua tanya apa daritadi emang?"

"loh lu nanya kan udah dijawab, ini mau beli something buat lu, Daffaaaa," ucap Haru memelas.

"kenapa tiba-tiba?!" seru Daffa.

"gapapa, mau aja. beli dua, kopelan kita."





jana

highway • harubby (another story about school life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang