•16 - just haru and daffa

446 70 8
                                    


⚠️ mention of kissing











Sore yang semakin mendung, Haru tak menjamin jika malam ini tidak hujan. Ia memandang gedung tinggi dengan banyak motor di depannya.

Tak sulit mencari sosok yang ia khawatirkan sudah pulang. Bersyukur dari sekolah kemari jaraknya begitu dekat. Ia membuka kaca helmnya, mampu membuat Daffa berdiri dengan menenteng helm, berjalan mendekat.

Daffa sudah familiar dengan motor, helm, serta jaket milik Haru, padahal hanya pernah berboncengan sekali.

"lu habis darimana kok bengkel deket sini?" tanya Haru.

"cari angin."

"ga ketemu sama anak-anak kapal?"

"gak. kenapa jadi interograsi gini?" Daffa mendengus, masih dibiarkan berdiri.

"ya udah. ayo."

Menaiki motor besar itu dengan sedikit usaha, karena cidera pada kakinya belum sepenuhnya sembuh.

"lu ikhlas anter gua?" tanya Daffa sebelum Haru melajukan motornya.

"kalo ga ikhlas gua ga kesini."

Haru, menjawab dengan datar, nada suara itu membuat Daffa berpikiran lelaki itu tidak ikhlas. Tapi tindakannya —seperti mengambil tangan Daffa agar berpegangan pada pinggang, menarik kembali semua pikiran awalnya.

Lagipula dengan cuaca ekstrim ini, jika bukan karena Daffa, pasti Haru lebih memilih pulang, beristirahat terlebih dirinya harus berangkat saat hari libur sekolah karena sesuatu.

"gerimiiiis!!" seru Daffa sedikit berteriak.

"iyaa. duh gua ga bawa jas hujan," gumam Haru.

Siapa sangka sore ini akan hujan. Padahal hari-hari kemarin begitu cerah, bahkan pagi hingga siang hari ini panas matahari begitu terik.

Haru menambah kecepatannya kala gerimis semakin kencang. Ia bersyukur, saat gerimis kencang itu mulai, kurang dari 2 km sampai di rumah Daffa.

Rumah yang pernah ia datangi sekali, tapi ia hapal betul jalannya.

"langsung masukk!"

Perintah Daffa ini langsung Haru lakukan. Itu bentuk refleks karena semakin deras, lama-lama hujan. Motornya sekarang ada di depan garasi, membiarkan si pemilik rumah membukakan pintu garasinya.

"di sini dulu sampe reda."

"emang gapapa?" tanya Haru ragu, sembari membuka helmnya.

"gapapa."

"ortu lu di rumah? udah dibolehin?"

"ga ada di rumah, lagian kalo ada tetep dibolehin kali. hujan deres juga." Daffa menutup setengah pintu garasi, menunggu Haru untuk turun.

"tapi baju gua basah."

"ayo masuk duluuu! dingin tau di sini?" kesal Daffa.

Ragu-ragu Haru mendekat. Karena keraguannya itu membuat si pemilik rumah emosi, tangannya ditarik begitu saja untuk masuk ke dalam.

"Daf—"

"lu di dalem dulu, gua pinjemin baju."

Mendorong tubuh yang lebih besar itu untuk masuk ke dalam kamar mandi. Raut Haru bingung, sungguh.

"plastik juga kalo gitu," ucap Haru sebelum Daffa tak terlihat.

"buat apa?" Sukses membuat lelaki itu berhenti.

"tempat baju kotor gua?"

"ntar taro atas mesin cuci ajaa, sekalian gua cuci."

"ya jangan! kalo gitu gua numpang cuci aja sekalian," tolak Haru.

highway • harubby (another story about school life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang