Weekend di sekolah, makanan sehari-hari bagi Haru dan teman-temannya. Senin adalah hari pemilihan ketua OSIS dan MPK, jadi mereka semua tengah mempersiapkan di aula usai debat tiga hari lalu.
"coblos siapa, No?"
"kayaknya ga nomer dua yang MPK. dari wajahnya keliatan kayak tukang afk, persis Aldo."
Mendengar namanya disebut-sebut, Aldo menoleh ke arah Haru dan Vano dengan raut tidak terimanya.
"berisik lu berdua. nyoblos tuh sifatnya rahasia," cibir Aldo.
Mengabaikan si ketua MPK, netra keduanya pada Bian yang datang dengan membawa sapu. Entah apa yang adik kelas lakukan padanya hingga ia menekuk wajah sampai seperti ini.
"anak-anak kurang ajar. padahal gua ga sependek itu!"
Giliran mereka bertiga tertawa mendengar keluhan Bian, tanpa dijelaskan pun sudah tahu.
Menghabiskan waktu lebih dari 3 jam di aula untuk segala persiapan. Lalu hampir pukul 2 siang semuanya sudah beres. Kini mereka semua menikmati makanan yang dipesan Haru —dari Ayahnya untuk anggota organisasi.
"kenapa bapak lu ga jadi pembina OSIS? kenapa harus kepala sekolah??" celetuk Vano.
"males ngurusin elu," jawab Haru, tak peduli wajah kesal oleh si teman.
Di tengah kegiatan makan mereka, ponsel Aldo yang letaknya tepat di depan Haru berdering. Ia mengerutkan kening membaca nama Daffa di sana.
Lalu menepuk bahu Aldo memberitahukan.
Panggilan diangkat oleh Aldo tanpa menjauh dulu dari teman-temannya atas permintaan Haru yang begitu rewel. Takut jika Daffa ada apa-apa di belakangnya, padahal mereka hanya teman.
"Daf?" Saat panggilan diangkat, Daffa tak kunjung bersuara.
"Do."
Aldo dan Haru saling pandang. Ia berdiri setelah mendengar nada tak biasanya dari seberang.
"kenapa, Daf?" tanya Aldo, kali ini berjalan menjauh dari kerumunan, dan masih diikuti Haru di belakangnya.
"udah gak ada."
"apanya?"
"kak Arfa. meninggal."
Aldo paham, umur memang tidak ada yang tahu, semua kehendak Tuhan. Tetapi ia bingung, kenapa Daffa harus menjadi bagian yang ditinggalkan dengan begitu tiba-tibanya tiga kali.
"lu di mana sekarang?" Haru merampas ponsel Aldo.
"di rumahnya."
Panggilan dimatikan. Ketika Haru hendak pergi, Aldo menahan tangannya.
"kalo gua juga tiba-tiba pergi, lu gak boleh pergi ya, Ru." Senyumnya kecut, padahal ia hanya tak ingin Daffa kembali merasakan kehilangan.
Dengan emosi Haru menggoyangkan pundak Aldo. "jangan ngomong sembarangannnnn!" kesalnya. Menarik tangan si empu untuk diajaknya juga, karena Haru tahu. "Daffa tuh butuh lu sekarang." Yang dibutuhkan Daffa adalah Aldo.
🦋🦋🦋
Kecelakaan beruntun di jalan tol karena truk rem blong. Ada lebih dari 10 korban, hanya 1 yang tewas. Sisanya luka-luka. Berita ini tersebar di mana-mana.
"kak Arfa nyusulin abang ya."
Nada bicara Daffa terdengar datar, tapi Septian paham jika anak itu kembali terpuruk. Mama Daffa sendiri, menangis begitu kencang. Itu tangisan yang pernah Daffa dengar saat kematian kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
highway • harubby (another story about school life)
Teen FictionLembaran cerita tentang Haru, si murid STM yang meyakini di bumi ini tidak ada orang jahat dan orang baik, hanya berisi orang-orang sedang menjalani hidup. "menjalani hidup tuh nggak selalu harus tawuran, Daf." "gua bukan tawuran, Ru." "balas denda...