⚠️tawuran jamet
Kantin penuh pada Selasa pagi ini. Usai upacara pembukaan classmeet, dan lomba dimulai sekitar 1 jam lagi. Di meja ujung Daffa dan teman-temannya berada.
"ulang tahun sekolah sebenernya rawan sih," celetukan Joel itu membuat lebih dari 5 orang di sana menoleh.
"tapi tahun lalu katanya, aman aja?" celetuk Bian.
"soalnya kita magang. gak ada Daffa," sahut Joel.
Daffa yang merasa diam saja, begitu namanya disebut ikut bersuara. "lagian gua cuma mau satu orang, ni orang malah ngirim banyak pasukan. raja apa gimana?"
"ya sama. lu juga butuh banyak orang."
Daffa menggelengkan kepala menyahuti si murid Elektro.
"gak mau. pokoknya gua kaga ikutan di luar masalah gua ama tu orang!" balas Daffa.
"tapi kita mau ikutan??"
"ngeyel lu pada."
Percakapan mereka terhenti. Suara langkah kaki beramai-ramai menuju kantin. Secara kantin adalah area paling belakang sekolah. Lalu mereka —para murid dari area depan nampak berlari ke kantin.
"DIGEDOR SAMA KAPAL!"
Sontak Galang berdiri. Namun, Daffa menahan tangan lelaki itu cepat.
"lu di sini aja, anjir," ucapnya.
"sialan emang. MEREKA BAWA SAJAM GAK?!" Mengabaikan, Galang bertanya pada murid-murid yang dari depan.
"kurang tauu, tapi pada lemparin batu!"
Tak peduli akan seruan Daffa, kini Galang berlari menuju depan usai mengambil satu balok kayu dari gudang samping kantin.
"Galang emang, ada cobaan malah dicobain," komentar Joel, sebelum menyusul sohibnya itu pergi diikuti yang lain.
Mau tak mau pun Daffa ikut bangkit menyusul ke depan.
"BAJINGAN BERHENTI LU PADA, ANJINGGG!"
"WOY JAMET, KNALPOT MOTOR LU BERISIK!!"
"GA PUNYA OTAK LU PADA YA, SIALAN!"
Daffa, hanya diam di parkiran, sembari menatap anak-anak lain di depan yang malah menantang sekolah lawan itu. Batu-batu dan sampah di lemparkan kepada mereka tanpa henti.
Entah seberapa panjang gerombolan murid sekolah lain itu, motor mereka tak habis-habis.
Beruntung setelah gerbang, halaman begitu luas jadi tidak sampai ke ruang-ruang kelas dan bengkel jurusan. Tetapi yang jadi korban adalah kendaraan-kendaraan, karena dekat tempat parkir.
Diamnya Daffa hanya sampai ketika batu lumayan besar jatuh di dekatnya. Ia menoleh, menyipitkan mata mengetahui di mana batu itu terjatuh.
"WEH BANGSAT KACA SPION GUA PECAH!"
🦋🦋🦋
"Ayah pol—"
"baik, ditunggu sekarang juga."
Haru mendengus, baru sampai di parkiran depan menyusul Ayahnya. Lalu sang kepala sekolah sudah menutup telepon. Usai memanggil polisi datang ke sekolah.
"sekolah mana sih? sekolah yang sama kayak semester kemaren ya? yang sampai diliput berita?" tanya Ayah pada Haru.
"iyaa. kepsek yang kemaren terima ajakan damai dari kepsek sekolah itu, habis ini Ayah jangan iyain, biar pada ditangkep," ucap Haru sebal.
"yakin? ntar cowok yang kamu suka ikut ketangkep dong?" celetuk Ayah, sukses membuat si anak menoleh kaget.
"hah? kenapa? dia kan ga ikutan?"
Ayah tertawa kecil. Lalu menunjuk pada luar gerbang. "kata siapa?"
Melihat itu Haru membulatkan mata terkejut, dengan segera berlari menyusul keluar. Menerabas banyaknya orang bertengkar dan beberapa motor yang dijatuhkan begitu saja.
Fokusnya hanya pada lelaki yang sekarang menggunakan spionnya untuk menghabisi si lawan. Bahkan si empu tak sadar sepertinya sang lawan membawa senjata tajam.
"anjing," umpat Haru ketika senjata tajam itu diarahkan.
Ia berlari, mendorong murid sekolah lawan itu hingga tersungkur. Mampu membuat Daffa, si murid yang memegang spion membuang napas kasar, menghampiri lawannya yang tersungkur.
"ganti kaca spion gua, monyet. kemaren motor gua di bengkel habis banyak gara-gara ketua lu yang monyet itu nabrak motor gua, tau?!" celetuk Daffa.
Namun, terlihat si lawan terkekeh.
"hah dikit lagi padahal. jagoan lu dateng terus."
Suara sirine polisi terdengar. Murid sekolah lawan itu hendak bergegas pergi, namun Haru menahan. Setidaknya satu orang harus ada di sini untuk dibawa.
Walaupun sekolahnya membalas, tidak ada api jika tidak ada koreknya. Biarlah kata polisi mereka sama, yang terpenting orang ini harus ditangkap.
Perlahan suasana mulai tenang, beberapa murid dari sekolah lain dibawa ke kantor polisi, sementara lainnya kabur. Kepala sekolah pun meminta bantuan untuk menjaga sekolah sampai pulang nanti.
"lu kenapa ikutan, jadi ikut dimarahin kan?"
Di sisi lain, mereka, murid-murid asli sekolah yang keluar melawan, harus berkumpul di hall sekolah. Berhadapan dengan guru-guru kesiswaan serta kepala sekolah.
"sama bapak sendiri, udah biasa," balas Haru berbisik menjawab pertanyaan Daffa di sampingnya.
🦋🦋🦋
"kak?! lu gapapa?"
Anak ini, yang pernah disebut Jana sebagai pacar Daffa seminggu lalu. Menyusul mereka di UKS yang sedang mengobati luka sendiri-sendiri.
"kok lu kesini? bukannya lu ikut lomba basket urutan pertama?" celetuk Daffa heran.
"diundur lombanya." Bukan Juan yang membalas, melainkan Haru. Ia beralih menatap Juan, anak itu memilih duduk di samping Daffa sementara banyak orang lain di sini.
"lu berdua pacaran?"
Satu pertanyaan keluar begitu saja. Sukses membuat beberapa orang di sana, termasuk Galang dan Joel, memasang raut terkejut pada Haru. Beberapa dari mereka terlihat menahan tawa.
"kagak!"
Bukan Daffa dan Juan yang menjawab, tetapi orang-orang itu.
"oh."
Hanya seperti itu. Lalu Haru diam, ia hanya membersihkan diri sedikit karena lukanya juga sedikit. Itupun akibat menahan orang yang hendak kabur tadi.
Daripada berada di lingkungan yang berisi orang-orang asing, ia memilih keluar cepat setelah selesai.
"gua kaget sih tiba-tiba Haru ikut baris. kapan dia keluar?" tanya Galang usai memastikan orang yang dibicarakannya tidak ada.
"gua juga ga tau. tiba-tiba keluar," sahut Daffa.
"nyamperin elu?" Joel menoleh.
"suka kali sama lu tuh Haru," ucap Bian.
Sembarangan saja, Daffa jadi kesal karena di sini banyak orang.
"kagak, jangan ngawur."
KAMU SEDANG MEMBACA
highway • harubby (another story about school life)
Teen FictionLembaran cerita tentang Haru, si murid STM yang meyakini di bumi ini tidak ada orang jahat dan orang baik, hanya berisi orang-orang sedang menjalani hidup. "menjalani hidup tuh nggak selalu harus tawuran, Daf." "gua bukan tawuran, Ru." "balas denda...