Wah part ini lebih panjang deh beb dari part kemaren wkwkwk
Happy reading yaaa***
Secara resmi, sudah ada tiga kandidat calon presiden yang akan melaju pada pemilu tahun depan.
Kandidat pertama, tentu saja ada Irawan Pramoedya. Diusung langsung dari dua partai besar, yaitu partai Demokrasi Pancasila dan partai Indonesia Merdeka. Berlatar belakang seorang pengusaha yang kemudian terjun ke politik sebagai salah satu Gubernur terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Irawan Pramoedya berasal dari Jawa tengah. Prestasinya dalam membangun daerah juga luar biasa. Masih berusia 52 tahun, dengan visi misi yang disukai anak muda. Sosoknya pun begitu ramah. Mudah bergaul dengan segala kalangan.
Lalu, kandidat kedua adalah Kusno Aji. Mantan perwira tinggi TNI. Pernah menjabat sebagai seorang Menteri. Selain itu, Kusno Aji memang memiliki partai sendiri. Sebuah partai raksasa, yang berisi orang-orang elite negeri ini. Kabarnya, para konglomerat yang enggan disorot media, merupakan kader loyal bagi partai Barisan Indonesia Baru. Partai ini jelas tidak akan memusingkan dana untuk melaksanakan kampanye secara besar-besaran.
Dan yang terakhir diumumkan adalah Effendi Ghazali. Tak tanggung-tanggung, partai pengusungnya merupakan partai yang dulu memenangkan Presiden saat ini para pemilu sebelumnya. Partai Indonesia Perjuangan, tidak pernah bisa dianggap sepele. Di sana, berkumpul para cendikiawan politik yang telah mengabdikan pemikiran-pemikiran mereka untuk kemajuan Indonesia. Partai yang banyak memberangkatkan para kadernya ke gedung parlemen. Sekaligus partai yang paling disegani di negeri ini.
Setelah kemarin diisukan akan merapat sebagai pasangan Irawan Pramoedya, kali ini Harun harus kembali menjadi buah bibir dikalangan media. Pidato Effendi Ghazali saat dilantik sebagai calon presiden dari partai Indonesia Perjuangan, menuai sorotan. Effendi Ghazali terang-terangan menyebut nama Harun sebagai salah seorang kandidat yang pantas mendampinginya menuju panggung politik. Sebagaimana yang diketahui, Effendi Ghazali pernah menjadi dosen sebelum memulai karir politiknya. Dan kebetulan lainnya, Harun juga pernah menjadi mahasiswa di kelas Ilmu Politik yang diajar oleh Effendi Ghazali.
Secara struktural, Harun dan Effendi Ghazali memang sudah mengenal sejak lama.
Namun secara mental, Harun harus mengakui bahwa ia muak terus dikait-kaitkan dengan para capres saat ini.
"Secara pribadi, Mas Harun lebih condong ke mana?"
Sambil mengiris hidangan steiknya, Harun menatap ibunya sebentar. Makan malam hari ini, tidak digelar di rumah. Melainkan menyewa sebuah private dinning dengan hidangan western yang dipilih sang ibu. "Semua masih abu-abu, Ma," ia menjawab sekenanya saja.
"Abu-abu pun, pasti ada yang lebih pekat dari yang lainnya 'kan?"
Harun menghela. Memang tak pernah mudah membuat ibunya menyerah. "Kusno Aji," ia menyebutkan satu nama.
Dan tanggapan ibunya adalah tertawa. Wanita keturunan jawa itu, menatap Harun dengan senyum yang sarat akan cemoohan. "Terlihat sekali, ya, Mas. Kalau Mas Harun nggak pengin dilantik," ucapnya lembut. "Ada yang sudah Mas Harun rencanakan ternyata, ya?"
Sebenarnya, iya.
Ada rencana besar yang tengah ia siapkan.
Berkat ketenarannya akhir-akhir ini, segalanya tampak mudah untuk dilakukan. Hanya saja, Harun harus tetap pelan-pelan.
"Menyumbangkan seluruh iuran dana dari para kader baru, nggak bisa membuat satu Indonesia sejahtera, Mas."
Deg.
Harun langsung menatap sang ibu.
Bagaimana mungkin ...
Mendapat tatapan terkejut dari putra sulungnya, tak membuat Dewi mengubah senyum kecil di wajah. Tanpa terpengaruh, ia justru beralih pada sang suami. "Namanya Mas Harun, ternyata jauh lebih menjual daripada nama besarnya Papa atau bahkan si Rangkuti, ya?" ia tertawa kalem. "Rakernas baru sebulan yang lalu, ya, Pa? Tapi isi kas partai sudah lebih dari ratusan milyar," ungkapnya takjub.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nyala Rahasia
RomanceSebagai putra sulung, Harun diberi warisan politik yang membingungkan. Alih-alih bahagia, ia justru menderita sakit kepala tiada habisnya. Partai yang didirikan orangtuanya, menyisakan kader-kader kacau yang minta dibina. Hingga geliat saling sikut...