Empat Puluh Sembilan

24.3K 3.5K 255
                                    


Terkadang, kita suka sekali menikmati kebahagiaan semu. Sambil terus berharap dalam hati, suatu saat perasaan itu akan abadi. Lupa bahwa kenyataan tetaplah pemeran utama dalam kehidupan. Kita sibuk membesarkan imaji, sampai-sampai tak mengerti jalan mana yang sebaiknya kita pilih tuk meredakan sakit hati.

Setelah selesai bekerja, Nyala hanya ingin merebahkan diri. Tetapi, Mayang datang menjemputnya di gedung DPP. Mereka memang sudah mendengar bahwa Bagus mengalami demam tinggi sejak kemarin. Sedang dirawat di rumah sakit, Bagus yang banyak tingkah ternyata tidak memiliki BPJS. Walhasil, Mayang yang mendadak beralih fungsi menjadi wali dari Bagus, harus mendepositkan sepuluh juta uangnya untuk menjamin Bagus yang tengah dirawat di rumah sakit.

"Emang orang susah banyak tingkah, ya, gini," komentar Mayang setelah ia dan Nyala memasuki ruang inap Bagus. "Duit nggak ada. BPJS nggak punya. Belagu banget mintanya VIP," cerca Mayang dengan wajah masam. "Lagian, sakit demam doang, heboh minta ke rumah sakit! Biasanya juga lo minumin antangin, beres.

Dan alasan Bagus, teramat di luar nalar.

"Ck, gue 'kan, calon anggota dewan. Gue butuh pemberitaan, biar masa pendukung gue khawatir kalau caleg yang mereka sayangi, ternyata lagi sakit," ungkapnya penuh drama. "Nanti kalau duit gue cair, gue ganti," tambahnya sambil bergerak menyelimuti diri sendiri. Karena sudah sangat yakin bahwa adik-adiknya itu, mana sudi menyelimutinya. "Ketum partai gue belum jenguk nih. Belum ada yang bisa dicairin," lanjutnya sambil memejamkan mata. "Padahal gue udah spam di grup. Orang-orang di grup caleg juga udah pada ngerespon. Cuma ketum gue aja nih, belum ada tanda-tanda."

"Halah, ketum macam apa tuh si Denny-Denny bukan Caknan," sambar Mayang asal. "Lagian, lo tuh duit nggak punya, Gus. Nyaleg juga pasti nggak ada yang milih. Udahlah, mending lo banyakin zikir di rumah."

Sambil mengelus dada sok dramatis, Bagus menatap adiknya sembari menggeleng-gelengkan kepala. "Hebatnya orang sabar kayak gue gini, bukan cuma nahan sakit. Tapi juga berusaha menjaga perasaan orang yang menyakiti gue," desahnya menggeleng-gelengkan kepala.

"Najis!" Nyala yang sedari tadi memilih langsung menempati sofa empuk di ruangan itu untuk menyantaikan diri, seketika saja mengumpat sambil bergidik. "Amit-amit, Gus," ia membelai perutnya dengan gerakan memutar yang cepat. "Jijik banget gue denger lo ngoceh," imbuhnya bergidik.

"Amit-amit? Lo pikir gue demit apa?" seru Bagus menatapa Nyala tak senang. "Gue doain, anak lo mirip gue, amiinn!"

"Iihh, Baguss! Lo apaan sih?!" Nyala jelas tak terima. "Enak aja lo! Cabut tuh omongan lo!"

"Bodoh amat," timpal Bagus dengan wajah penuh seringai. "Aduh, adik-adikku sekalian. Kedatangan kalian adalah semangat gue," ia terkekeh dengan gaya menjijikkan. "May, selfie dong. Terus, jangan lupa tag gue nanti."

"Dih, males banget gue ngeladenin cowok yang suka pansos," walau begitu, Mayang tetap berjalan ke arah ranjangnya Bagus. "Pansos tuh sama lakinya, Nyala," ia menunjuk kakak perempuannya dengan dagu. Namun, tetap mengarahkan kameranya untuk membidik dirinya dengan Bagus yang terbaring di ranjang. "Lagi on fire banget lakinya Nyala sekarang," kini Mayang melempar seringai tipis.

Yang langsung dihadiahi dengkusan sinis oleh Nyala.

Ngomong-ngomong, suaminya itu sudah tahu bahwa ia tidak langsung pulang ke apartemen. Nyala sendiri yang mengirimkan pesan pada pria tersebut. Ia juga telah meminta Siska agar tak perlu repot-repot menjemputnya. Sebab nanti, Mayang sendiri yang akan mengantarnya ke apartemen.

"Lo sebenernya dikawinin siapa sih, La?" Bagus meminta Mayang tuk mengubah sandaran bednya. Ia sedang ingin duduk sambil bersandar. "Artis? Anggota dewan? Menteri? Atau yang siapa sih? Gue ada beberapa kandidat nama sebenarnya. Cuma kalau gue sebutin, kalian-kalian pasti kayak kampret yang nggak mau ngakuin," ungkap Bagus panjang lebat. "Lo juga, May," kini tatapnya mengarah pada Mayang. "Lo serius pacaran sama anaknya Rama Hutomo?"

Nyala RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang