Sembilan

43.6K 4.3K 259
                                    

Chapter ini panjaaangg yaaa hahaha

happy reading ....

Mayang Elvira, adik perempuan Nyala, muncul tiba-tiba di ruang perawatannya menjelang hari kepulangannya. Wanita 24 tahun bertubuh bak model, melenggang anggun menyusuri kamar VIP yang Nyala tempati. Tanpa raut terkejut atau sedih seperti bagaimana hubungan persaudaraan seharusnya terjalin. Mayang justru memandang kakaknya sambil berkedip lucu.

"Well, temen lo ngechat gue," begitulah kalimat pertamanya saat merebahkan bokong di sofa abu-abu yang tak jauh dari ranjang kakak tirinya. "Dia bilang lo kecelakaan," sambungnya sambil mengamati interior ruangan. "Jatuh dari tangga, berdarah-darah, terus kening lo robek."

Nyala menebak, pasti Adisti yang mengabari Mayang perihal kondisinya. Persahabatannya dengan Adisti memang sudah terjalin cukup lama. Dan seingat Nyala, hanya pada Adisti ia memberikan nomor ponsel kedua saudaranya. Begitu pula sebaliknya. Nyala juga memiliki nomor ponsel keluarga Adisti. Hanya berjaga-jaga, takut sesuatu terjadi. "Gue udah sembuh," Nyala mengedikkan bahu. Sudah tidak ada selang infus yang menancap di tubuh. Perban yang membebat pelipisnya pun telah berganti dengan plester hanya tuk menandai luka dibagian tersebut. Ia bersiap pulang sore nanti. "Tapi, makasih lo udah repot-repot jenguk gue."

Berbeda dengan Nyala yang tampil sederhana dan hanya berdandan bila sedang bekerja.

Mayang merupakan wujud dari wanita yang tahu betul kecantikannya. Profesi sebagai caddy golf membuatnya mengenal banyak orang-orang kelas atas. Penampilannya pun tentu saja berkiblat pada para sosialita yang haus pengakuan. Namun dalam kasus Mayang, ia butuh perhatian untuk menjerat para sumber uang. Rambutnya cokelat sebahu, dengan potongan shaggy layer yang begitu pas untuk proporsi wajahnya yang tirus. Floral crop top berwarna magentha, mempertegas kulit putihnya. Menentang hand bag dari salah satu luxury brand, Mayang menatap sang kakak dengan jengah. "Lo kecelakaan apa hampir keguguran?"

Deg.

Nyala menatap ngeri sosok itu.

Dan Mayang merespon keterkejutan sang kakak sambil tertawa. "Anak siapa?" tanyanya ringan. Sebenarnya sih, ia tidak tertarik untuk mencari tahu. Hanya sekadar bertanya saja. "Kalau ngeliat dari kamar lo ini, pasti nggak jauh-jauh dari—"

"Lo tahu dari mana?" Nyala memotong ucapan Mayang dengan pendar serius. Pasti bukan Adisti atau teman-temannya yang lain. Sebab sampai sekarang pun, mereka tidak tahu perihal kondisi Nyala yang sebenarnya. Dan Nyala berani bertaruh, bahwa semua perawat dan dokter yang menanganinya sudah diberi arahan agar tak membocorkan kondisinya pada siapa pun. Mengingat betapa pentingnya reputasi untuk ketua umum mereka saat ini. "Bukan Adisti 'kan?"

Mayang tertawa kecil. Kepalanya menggeleng lucu. Hubungannya dengan sang kakak tidaklah buruk. Hanya saja, mereka memang tidak pernah dekat. Semenjak ibunya meninggal, mereka bahkan tak pernah merayakan lebaran bersama. Nyala memutuskan pergi dari rumah. Mayang pun sama. Mereka tahu nomor ponsel masing-masing, tetapi tak ada yang mencoba menghubungi. Intinya, mereka memang tak saling peduli.

"Salah satu perawat lo, tetangga kosan gue. Tenang aja, dia cuma cerita sama gue kok. Rahasia lo aman."

Yang Nyala tahu, Mayang menempati salah satu kost elite yang biaya sewanya bisa serupa dengan biaya sewa sebuah apartemen. Tips yang dihasilkan oleh pekerjaannya, membuat Mayang juga sudah memiliki sebuah mobil matic. Entah dari mana lagi sumber pemasukan Mayang berasal, Nyala tak pernah ingin tahu. Sambil mengembuskan napas gusar, Nyala menyugar rambutnya. "Lo juga tenang aja," kini Nyala berhasil mengendalikan diri. "Gue nggak akan kayak Mama, yang bakal ngelahirin anak-anak kayak lo atau gue ke dunia," ucapnya miris.

Nyala RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang