Lima Belas

69.2K 5.7K 398
                                        

Harun menyadari apa yang ia lakukan.

Ia juga memahami isi kepala yang mendesaknya menginginkan sesuatu yang lebih dari sekadar cumbuan. Di dalam lift dingin yang mengurung tubuhnya dan tubuh istrinya, Harun dapat melihat seperti apa ia merengkuh wanita itu.

Astaga.

Benar.

Ia telah memiliki istri.

Yang kini tengah di peluknya penuh damba.

Yang kini sedang disentuhnya penuh hasrat.

Ingatan mengenai tubuh mereka yang nir busana menari-nari dalam kepala. Keinginan tuk mengulang semua, mendadak saja membuatnya dipacu semangat yang tak ada habisnya.

Nyala ....

Demi Tuhan, hasratnya menginginkan wanita itu berada dalam kungkungan tubuh.

Demi Tuhan, jiwanya harus meloloskan belenggu yang menyandra tubuh.

Ah ...

Sementara bibirnya terus mencumbu, tangannya yang berada di pinggang ramping itu bergerak leluasa. Membelai lekuk pinggul Nyala yang seingatnya, masih terasa sama seperti malam itu. Kehamilan yang berada di minggu kelima, belum membuat banyak perubahan di tubuhnya. Jadi, semua lekuk Nyala masih terasa sempurna untuk gerak tangannya.

Astaga, Harun benar-benar tak mampu menyingkirkan bayangan tubuh mereka yang pernah berpeluh. Aktivitas yang menjadikan benihnya bersemayam nyaman di rahim Nyala saat ini. Ketika dirinya tak mampu hanya menyentuh Nyala sekali. Harun mendulang peluhnya berkali-kali di malam itu.

Tak ada minuman yang mengandung afrodisiak yang ia teguk. Namun tampaknya, seluruh udara yang mengendap di tempat ini mengandung perangsang yang buatnya mendamba tanpa bisa menunggu.

Bahkan kini, Harun telah merapatkan Nyala ke dinding lift yang sepenuhnya memperlihatkan aktivitas mereka. Dingin, sunyi, dan yang terdengar adalah deru napas yang mencicit ragu. Cumbuan Harun yang sedari tadi melabuh pada bibir Nyala, kini bergerak menyusuri telinga. Desah terkesiap dari wanita yang saat ini mengandung bayinya, entah kenapa justru membuatnya mendamba wanita itu sepenuhnya.

Ia ingin lebih.

Darahnya telah mendidih.

Tetapi pertentangan akal sehat yang ternyata masih tersisa, buatnya bergerak ragu walau napasnya telah memburu.

"Hm, Pak ...."

Namun sial, rasanya.

Desau tersengal dari bibir Nyala, malah mengaburkan pikiran jernih yang hampir tercipta.

"Pak!"

Remasan kuat wanita itu di lengannya, justru memacu Harun makin menggila.

Ia sedang dikejar sebuah acara.

Tuhan, tolong kembalikan fungsi otaknya.

Riak dalam darah kembali berkhianat.

Jelajahan tangannya justru menyasar di sekujur punggung Nyala. Buat wanita itu tanpa sadar merapatkan tubuh kepadanya. Membuat Harun merasakan puncak tubuh wanita tersebut yang seingatnya, pernah ia cumbu berulang kali di malam itu. Yang mengeras saat ia sentuh. Yang menantang kala ia kecup.

Sial!

Harun harus berhenti.

Jika tidak, ia takut tak mampu mengontrol laju jemari.

Tetapi aroma Nyala membuat Harun kembali didera bimbang. Tepat ketika ia menjatuhkan cumbu pada tulang selangka wanita itu, ia bisa mencecap kelembutan dari kulit putih yang seingatnya malam itu, ia berikan beberapa tanda akibat serangan gairah yang menyiksa. Dan haruskah malam ini ia melakukannya juga?

Nyala RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang