Tujuh Belas

32.9K 3.7K 270
                                    


Ayok, kota kenalan sama Mayang dan Saudara-saudaranya yaaaa

Happy reading

Apa yang paling membuat risau?

Kepastian dalam kehidupan yang tak pasti.

Dan apa yang paling membuat galau?

Berada dalam persimpangan pilihan yang tak tahu di mana letak kebenarannya.

Pada malam yang dijanjikan untuk pertemuannya dengan ketua umum partai, Nyala malah mendapat kabar bahwa Bagus Cendrakna alias kakak laki-lakinya ingin bertemu dengan mereka. Mereka dalam hal ini adalah Nyala dan juga Mayang.

Mereka bisa saja mengabaikan Bagus. Masalahnya, Bagus itu super nekat. Dan biasanya, Bagus akan mendatangi kost-kostan mereka hanya tuk membuat malu. Jadi, daripada Bagus membuat ulah, mereka pun memutuskan mengalah.

"Gue mau nyaleg."

Adalah kalimat pertama yang terlontar tanpa basa-basi. Khas Bagus sekali. Karena, ya, memang begitulah sifatnya. Hal yang kontan saja membuat Nyala dan juga Mayang merotasikan bola mata.

Tetapi tampaknya, pria yang beberapa bulan lalu seingat Nyala masih memelihara rambut panjang, mendadak saja rambutnya sudah berpotongan pendek sekarang. Kemeja oranye loreng-loreng milik organisasi yang Bagus geluti, tak nampak menempel di tubuhnya yang jangkung. Bagus itu tinggi, namun kurus. Dan sekarang, pria tersebut tampil rapi dengan kemeja bergaris-garis lengan panjang. Yang dimasukkan ke dalam celana jeans hitam, tak ketinggalan sepatu kulit mengkilap menjadi alasnya.

"Well, gue butuh dana. Makanya, rumah mama mau gue jual," tanpa rasa bersalah Bagus melanjutkan ucapannya. "Tapi belum ada yang mau beli. Kalian punya solusi?"

"Oke!" Mayang berseru tiba-tiba. Mereka hanya bertemu di sebuah kafe yang lumayan sunyi. Jadi, Mayang merasa tak butuh menjaga suara agar pengunjung lain tak terganggu. "Setelah sukses jadi pengangguran berkedok seksi-seksi sibuk ikatan-ikatan pemuda nggak jelas itu, lo luar biasa berdedikasi, ya, Gus?" cibirnya tanpa peduli sopan. "Nyaleg? Sumpah, lo bikin gue eneg."

Saat ini, Bagus berusia 29 tahun.

Pekerjaannya, seperti yang dikatakan oleh Mayang barusan.

Secara teknis, ia tidak memiliki gaji tetap. Tergabung dalam organisasi Ikatan Pemuda Pembangun Bangsa yang di kepalai oleh Denny Franshandy yang saat ini sudah menjadi anggota DPR RI dari fraksi Partai Bintang Indonesia. Bagus, merupakan anggota yang sibuk bila ketuanya tengah mengadakan acara-acara pertemuan.

Kesibukkan Bagus di situ adalah untuk mengerahkan masa, supaya tampak banyak sekali pendukung Denny Franshandy itu. Nah, dari sanalah Bagus mendapat bayaran yang tak menentu tersebut. Kadang, dalam sepuluh juta dana yang keluar untuk membayar orang-orang yang datang, Bagus akan mengantongi tiga atau empat juta sendiri.

Ya, seperti itulah hidup Bagus.

Menjilat sana-sini supaya bisa hidup di negeri ini.

Ck, menyebalkan, ya?

"Kali ini, gue bakal telen bulet-bulet bacotan lo, May," Bagus memberenggut sambil menatap Mayang. "Lo boleh ngebacot apa aja, asal setelah itu lo bisa cariin gue dana buat nyaleg."

"Idiiihh," Mayang mencebik jijik. "Gue kerja panas-panasan nemenin para hidung belang yang suka banget nyerempetin pantat gue. Dan lo enak banget nadahin tangan. Ck, lo jual aja deh tuh rumah. Lelang kalau perlu. Tapi inget, ya, Gus, jatah gue sama Nyala ada di situ."

"Emang nggak guna lo," sembur Bagus kesal. "Nah, kalau lo gimana, La?" ia menatap adik perempuannya yang lain. "Atau, lo bisa nggak sih kasih gue koneksi biar bisa nyaleg di partai lo? Tapi, jangan ada iuran anggotalah. Nusantra Jaya tuh kampret! Iuran anggotanya nggak ngotak!" cerocosnya kesal. "Tapi nggak masalah sih, kalau gue bisa jadi kader di sana. Cuma, gue ogah bayar iuran."

Nyala RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang