Akhir-akhir ini, Nyala merasakan hidupnya seolah-olah tengah berada di atas meja perjudian. Tetapi, karena tak memiliki banyak harta, Nyala menyerahkan hati dan jiwanya untuk dipermainkan. Namun rupanya, ia selalu dihinggapi ketidakberuntungan. Hingga yang ia dapatkan, bukanlah sebuah kemenangan. Melainkan kekalahan, berulang.
Hidupnya yang semula biasa-biasa saja, berubah mencekam.
Kehamilan yang tak terencana, pernikahan yang harus disembunyikan. Lalu kini, ia mengalami tekanan ketakutan.
Gusti Hanif Wibowo, bukanlah orang yang mudah memaafkan. Dan aduan Nyala pada ketua umum partai di ruang publik, tentu saja membuat anggota dewan tersebut tidak senang. Setelah sempat dipanggil langsung oleh sang ketua umum, Nyala berusaha tak mau tahu pada apa pun yang diperbincangkan kedua laki-laki itu. Sebab kini, Nyala bersembunyi di bilik toilet usai mengeluarkan cairan lambungnya.
Terduduk lemas di atas kloset, Nyala membuka tas demi mencari ponsel. Ia menemukan pesan dari teman-temannya di grup yang mengatakan bahwa Pak Hanif telah pergi dari pub ini dengan keadaan marah.
Hidupnya, akan kembali tidak tenang. Sebab, esok ia pasti akan dipanggil Dewan Kehormatan Partai untuk kasus malam ini. Bayangan pemecatan sudah berada dalam angan. Namun sepertinya, Gusti Hanif akan kembali mempersulit hidupnya. Entah apa yang dilakukan pria itu kelak, yang jelas Nyala tahu bahwa pemecatan bahkan terasa jauh lebih manusia untuk dijatuhkan padanya.
Teman-temannya mulai menanyakan keberadaannya, dan Nyala menjawab bahwa ia sudah pulang. Bukan apa-apa, ia sedang tidak ingin bertemu orang-orang. Mereka pasti akan bertanya bagaimana kondisinya. Dan Nyala bahkan tak tahu, apa yang ia rasakan sekarang.
Mereka semua tidak tahu bahwa kini, Nyala sedang mengandung. Mereka juga tak paham, ia menderita tekanan bahwa statusnya telah berganti menjadi istri orang. Namun sayangnya tidak ada yang boleh tahu dengan siapa ia menikah. Kandungannya akan membesar seiring berjalanannya waktu. Orang-orang akan menggunjingnya mulai saat itu.
"Eneg banget gue lama-lama ngeliat Ginta."
Nyala yang berada di bilik toilet, mendadak menegakkan punggung.
Terlalu lama merenungi nasib, ia sampai tak mendengar ada langkah-langkah yang memasuki toilet.
"Gue tuh dulu satu kampus sama dia, jadi paham banget deh karakter tuh cewek yang ambis gila. Tapi, ya, rata-rata anak HI gitu sih."
Nyala tidak tahu siapa yang tengah berbicara.
Dan dirinya pun tidak berani untuk keluar sekarang juga.
Karena siapa pun yang berada di luar sana, sudah pasti merupakan kader partai.
"Dia nggak nikah-nikah, emang karena pemilih kok. Dia nggak mau nikahi ahli waris dinasti. Kalau bisa, ya yang harus punya dinasti. Nah, karena Pak Harun sekarang udah jadi ketua umum, makanya dia deketin terus. Karena metik hasilnya nggak bakal lama. Dia bakal bersinar secepatnya."
Suara pertama yang Nyala dengar terus mengeluarkan asumsi mengenai sosok wanita yang seingatnya sedang dekat dengan suaminya.
Ah, suaminya.
Ck, bagaimana bisa narasi yang ia pilih terdengar begitu menyedihkan?
"Cewek ambis, butuh atensi. Makanya, dia nyambut banget waktu Pak Harun dijodoh-jodohkan sama dia. Tujuannya jelaslah, bakal jadi ibu ketua umum. Nah, selanjutnya, ibu wakil presiden. Next, lima tahun kedepannya, rencana partai adalah ngebuat Pak Harun jadi kandidat presiden 'kan? Itu sih yang dia cari. Predikat ibu Negara. Ck, najis gue."
"Hush, jangan kenceng-kenceng," suara wanita lain mengintrupsi kekesalan temannya. "Pendukungnya banyak," lalu tawa kecil berderai. "Cewek manipulative, pinter banget nyari masa. Hati-hati lo, entar lo yang disakiti, tapi dia bikin narasi lagi terzholimi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Nyala Rahasia
RomanceSebagai putra sulung, Harun diberi warisan politik yang membingungkan. Alih-alih bahagia, ia justru menderita sakit kepala tiada habisnya. Partai yang didirikan orangtuanya, menyisakan kader-kader kacau yang minta dibina. Hingga geliat saling sikut...