Aduuh, maaf yaaa akuu baru up hri ini.
Pokoknya part2 di cerita ini tuh panjang2 deh.
Happy reading ...Makan malam bersama para kader bukanlah hal baru di DPP Nusantara Jaya. Mereka cukup sering melakukannya. Apalagi, bila elite partai sudah turun gunung. Tak hanya sekadar makan malam, acara buang-buang uang berkedok senang-senang, pasti akan terjadi dalam satu malam yang panjang.
Seperti yang terjadi malam ini, setelah menghabiskan makan malam di salah satu restoran yang di booking sejak kemarin, para kader elite menambahkan list bersenang-senang itu dengan membooking satu pub yang cukup terkenal. Ninetyfour pub merupakan sebuah pub baru yang didirikan oleh pemilik kelab malamnya para sultan uang. Konsepnya seperti sebuah kafe, namun yang membedakan ada minuman beralkohol yang tertera di daftar menunya. Live music selalu ada setiap malam. Namun, hanya buka sampai jam 12 malam saja. Karena bila ingin melanjutkan acara senang-senang, silakan pergi ke ninetyfour club. Kelab itu adalah paket kenikmatan dunia malamnya para orang kaya yang tak peduli pada berapa lembar rupiah yang harus mereka gelontorkan demi menginjak kelab mewah tersebut.
"Kenapa nggak sekalian ke clubnya aja sih?" Adisti berbisik gemas setelah mendaratkan bokongnya di salah satu kursi bermeja bundar di bagian sudut ruangan. Sebagai staf yang tidak terdaftar sebagai kader, para frontliner harus tahu diri. Mereka tak boleh mengambil tempat di tengah-tengah orang berkantong tebal. "Padahal kalau di clubnya, kita 'kan bisa cuci mata, liat anak-anak konglo lagi tebar pesona," imbuhnya memanyunkan bibir. "Banyak juga lho, bapak-bapak fakir kasih sayang di sana. Ck, gue selalu kena aja rayuan mereka yang minta diadopsi walau cuma semalaman doang," ia cekikikan.
"Yang punya juga ganteng banget, walau udah punya istri, nggak apa-apa deh, buat penyegaran mata," tambah Rani sambil tertawa. "Ownernya suka keluar waktu strepteasenya muncul. Bikin suasana makin rame, sumpah," lanjutnya bersemangat. "Kita juga kalau nggak dibawa sama Ko Jerry, nggak bakal nginjak ninetyfour, ya, Dis?"
"Terus strategi marketingnya juga bagus banget," Ajeng ikut memberi komentar. "Walau tenarnya udah kebangetan, tapi mereka nggak mau buka kelab lagi. Jadi, ninetyfour club tetap kelihatan exclusive karena cuma ada satu-satunya. Makanya, buat yang pengin ngamanin tempat di sana, wajib jadi member. Dan sialannya, jadi member kelab elite tuh nggak cukup bayar uang pangkal aja. Deposite di sana juga gila-gilaan. Dari yang gue denger, 500 jeti buat deposite setahun doang. Gila, tuh kelab malam atau bank sih?" cebiknya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Ngomongin kelakuan orang kaya tuh emang suka banget ya, di luar nurul," desah Adisti yang merasa tak habis pikir dengan tingkah orang-orang berduit. Matanya memindai penampilan-penampilan kader partai Nusantara Jaya, yang sepertinya tidak ada yang merasakan kesulitan finansial. Katanya saja, partai wong cilik, tapi dari pandangannya tak ada yang pernah merasakan hidup sulit. "Gue denger, nih, ya, Pak Gani abis beli yacht seharga 15 em. Terus, Ko Fellix bangun resort lagi di Bali, Ko Harry katanya baru deal ngebeli 20 persen sahamnya SinarCo," sambil berbisik ia mengabsen nama-nama elite partai yang kekayaannya seperti tiada habisnya. "Pak Ketum kelihatannya anteng aja ya, kan, tapi kabarnya doi tinggal di apartemen Number Master Tower."
"Ya, itu tadi yang kayak gue bilang, marketingnya Hartala Group luar biasa deh. Mereka kalau bikin sesuatu tuh emang harus dengan embel-embel exclusive," Ajeng kembali berpendapat. "Kayak nintetyfour club yang jadi satu-satunya kelab elite orang-orang berduit. Mereka juga ngebuat satu-satunya apartemen yang harga satu unitnya tuh rata di atas 30 em."
Nyala menyimak semua informasi itu dalam diam.
Bila Adisti menginginkan berada di kelab malam, Nyala justru ingin pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nyala Rahasia
RomanceSebagai putra sulung, Harun diberi warisan politik yang membingungkan. Alih-alih bahagia, ia justru menderita sakit kepala tiada habisnya. Partai yang didirikan orangtuanya, menyisakan kader-kader kacau yang minta dibina. Hingga geliat saling sikut...