BAB 34

128 12 3
                                    

Menutup semua pekerjaannya, tatapan mata Yoongi berubah menjadi sangat serius. Tanpa mengatakan apapun, sikapnya sudah sangat menunjukkan kalau dia akan mendengarkannya sekaligus siap membantah apapun yang tidak sesuai dengan keputusannya.

"Kali ini aku benar-benar menyadari masalah besar datang bersamaku dan menghampiri kalian. Maaf karena ternyata keputusan yang ku buat justru melukai kalian.

Kau membenciku karena menganggapku sama sepertinya, aku mengerti itu. Aku memang sama kotornya dan sama menjijikkannya. Tapi kau juga harus tahu satu hal.

Kalau memang aku sama sepertinya, seharusnya aku sudah pergi sejak lama.

Kalau aku sama sepertinya, aku pasti akan dengan senang hati memanfaatkan kebaikan kalian.

Dan kalau aku sama sepertinya, kau pikir aku akan tetap bertahan dengan semua kebencianmu padanya yang kau lemparkan padaku?!

Aku dengan sangat tidak tahu diri bertahan di sekitarmu karena jika dia muncul dihadapanku sekalipun, nyatanya kau bisa membawaku pergi dari tempat itu!

Kebodohanku membuatku banyak berharap terlalu tinggi sampai aku lupa, kaki ku yang penuh lumpur ini rupanya masih terus meninggalkan jejak kemanapun aku melangkah.

Tapi jangan khawatir, hari ini aku sadar dimana posisiku dan kembali ke tempat yang seharusnya.

Apapun yang akan kau perintahkan padaku setelah ini akan ku lakukan. Bahkan jika kau ingin membawaku kembali padanya, aku akan melakukannya."

Detak jantungnya bergemuruh, genggaman tangannya mengepal kuat menutupi gemetar yang berusaha mempengaruhinya. Terlihat jelas dari tatapan matanya, gadis ini sedang berusaha menguatkan dirinya dari rasa takut dan putus asa.

'Aku tidak bisa lagi melihat orang lain terluka karena ku. Jadi biar aku saja'

"Pegang kata-katamu itu" Hanya itu yang Yoongi ucapkan dengan tatapannya yang tidak berubah sedikitpun.

"Aa.. aku juga ingin mengatakan sesuatu" Ucap Yoongi tepat sebelum Yoona meraih gagang pintu ruangannya.

Kedua tangannya berada di dalam sakunya. Langkahnya yang besar seolah membuat waktu berjalan lambat. Tatapan matanya bahkan membekukan seluruh ruangan.

"Camkan ini di kepala kecilmu itu sebelum kau membulatkan tekadmu untuk melakukan ini."

Cengkraman tangannya meraih dagu Yoona.

"Lihat dirimu baik-baik di depan cermin dan sekali saja gunakan otak kecilmu itu.

Bandingkan dia yang ada di dalam pantulan cermin itu dengan dia yang ada di dalam kepalamu itu!

Kau yakin kakinya masih penuh dengan lumpur? Aku rasa dia seharusnya sudah lebih layak untuk diterima oleh dirimu sendiri!

Tapi jika kau masih melihatnya berlumpur, itu artinya kau sendiri yang membawa dirimu kembali ke titik itu.

Kalau kau mengerti maksudku jangan pernah lagi menundukkan kepalamu kepada sembarang orang."

Malam itu juga David mengantar Yoona ke kamar yang sudah Yoongi siapkan untuknya. Yoongi memberinya kamar yang lebih layak di dalam bangunan utama. Lantai satu paling ujung di bagian selatan. Area khusus untuk tamu yang terlihat seperti rumah di dalam rumah. Karena peraturan yang Yoona terima masih sama, yaitu tidak muncul di hadapan Yoongi kecuali dia memanggilnya.

Sama seperti bagaimana Jungkook menjelaskan pada Yoona sebelumnya. David yang juga menyadari tatapan Yoona yang masih kosong, dengan seksama menjelaskan apa saja yang akan Yoona lakukan dan apa yang perlu Yoona dapatkan.

"Sepertinya ada yang harus ku tekankan padamu. Kita tidak memintamu untuk 'melayani' mereka dan kita tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Kau harus ingat itu."

Yoona pun mengangguk, "Aku yakin kalian juga sudah mencari tahu bagaimana mereka. Aku percaya pada kalian. Tapi aku butuh waktu untuk mengatur ini semua" Jawab Yoona menunjuk hati dan pikirannya.

Semuanya berkecamuk sampai Yoona sendiri bingung apa yang sedang dia rasakan. Semuanya tumpah begitu saja. Sedih dan putus asa masuk ke dalam ruang hampa yang kehilangan harapannya. Dia hanya bisa melamun sepanjang malam tanpa bisa meneteskan air matanya.

Sampai akhirnya Yoona melewati sebuah cermin di depan pintu kamar mandinya dan dia teringat dengan ucapan Yoongi.

"Jadi aku sendiri yang melakukan itu padamu?"

Hari demi hari berlalu, David terus membiasakan Yoona untuk mencoba berbagai macam alkohol yang semakin hari semakin kuat. Mereka sengaja ingin meningkatkan toleransi alkohol Yoona agar Yoona bisa menjaga kesadarannya.

Semua alkohol yang Yoona minum adalah milik Yoongi. Dan yang mengatur urutan dan jumlah alkohol yang harus Yoona minum adalah Yoongi.

David juga terus memberikan semua informasi yang perlu Yoona ketahui di luar catatan yang pernah dia buat. Mereka bahkan mendatangkan orang untuk memberikan perawatan pada Yoona. Meski tidak seintens dan selengkap yang Jin Ho Gyeong berikan.

Karena Jin Ho Gyeong dan Yoongi punya tujuan yang berbeda atas ini semua.

Sementara Yoona, dia seolah kembali ke pengaturan awalnya. Tanpa menanyakan apa alasan dan tujuannya, Yoona melakukan semua yang David katakan. Sejak hari itu ekspresinya sangat datar.

Di tempat lain, Yoongi akhirnya membiarkan Namjoon datang menemuinya setelah beberapa kali menolaknya. Yoongi tahu alasan Namjoon ingin menemuinya.

"Kenapa dia harus melakukannya?" Tanya Namjoon pada Yoongi.

"Karena hanya dia dan harus dia"

"Kalau begitu biarkan aku menemuinya"

"Kau pikir aku yang melarang? Kau bisa datang dan lihat sendiri kalau kau mau" Tutup Yoongi.

Memang itu yang juga Yoona lakukan sejak hari itu. Jungkook sudah mencobanya beberapa kali tapi Yoona tetap enggan menemuinya. Dia akan mengunci pintu kamarnya dan tanpa menjawab Jungkook, Yoona akan mengirim pesan pada David untuk membawa Jungkook pergi. Dia sedang tidak ingin menemui siapapun. Bahkan kepala pelayan Nam sekalipun.

Yoona menghindari orang-orang yang dia rasa tulus padanya.

Sampai akhirnya, Yoongi memanggil Yoona untuk menemuinya di meja makan.

"Kau pikir mereka ingin bicara dengan mayat hidup?" Ucap Yoongi setelah mereka saling diam dan tatapan Yoona masih kosong.

Tapi hanya dengan satu kalimat itu juga, Yoona tiba-tiba berubah 180 derajat. Senyumnya tiba-tiba mengembang dan tatapan matanya mendadak cerah.

"Katakan saja kau ingin aku melakukan apa dan kapan aku harus menemui mereka" Ucap Yoona dengan senyum cerianya yang sangat palsu.

Itu jelas palsu, tapi kepalsuan ini sangat sempurna. Perubahan sikapnya ini bahkan mengejutkan Yoongi yang duduk di dekatnya. Seolah Yoona punya tombol on off untuk merubah sikapnya itu.

"Aku yakin seharusnya kau memang seperti ini bukan? Selama ini kau hanya berpura-pura."

"Kau boleh percaya semua yang ini kau percaya tentangku." Jawab Yoona kembali merekahkan senyumnya.

"Baiklah, anggap aku mereka dan lakukan semua yang kau bisa agar aku terus bicara denganmu." Sambung Yoongi lagi.

'Apa?! Mempraktekkan itu padanya?!'

The Possesion of Yoona Lee (Part 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang