BAB 16

130 12 1
                                    

"Kenapa kau menanyakannya?"

"Kenapa kau diam saja dengan yang ku lakukan tadi?"

"Kenapa? Kau pikir aku membawa penyakit menular?"

"Kau melepas kalungmu?"

"Jangan bertingkah seolah-olah kau peduli." Dan Yoona pun memilih segera meninggalkan ruangan itu.

Sementara itu di tempat lain, Chaeyoung sedang menemui seseorang.

"Dia akan datang sebentar lagi. Aku tidak menyangka mereka benar-benar sangat menjaganya. Apa dia sepenting itu?" Tanya Chaeyoung pada pria yang duduk di hadapannya.

"Begitulah. Tapi tidak masalah. Asal dia bisa mempercayaimu dan tidak mencurigaimu, semuanya akan berjalan lancar"

"Kau akan menepati janjimu kan?" Tanya Chaeyoung lagi.

"Tergantung." Jawab pria itu tersenyum sinis kemudian pergi.

Setelah Yoona sampai di tempat Chaeyoung menunggunya, Chaeyoung membawa Yoona untuk berbelanja. Dia bahkan membelikan banyak barang untuk Yoona dengan alasan Namjoon yang memintanya dan kartu yang dia pakai untuk Yoona juga milik Namjoon. Tapi hal itu justru semakin membuat Yoona tidak enak hati pada Namjoon.

Bahkan setelah memborong banyak pakaian, tas dan sepatu, Chaeyoung masih membawa Yoona untuk menikmati perawatan di sebuah salon. Sesaat setelah memasuki salon itu, Yoona merasa mengenali seseorang. Dan benar saja.

Salah satu staf unggulan di salon itu bahkan menyapa Yoona. Dia adalah salah seorang yang sering datang untuk memberinya perawatan saat berada di rumah Jin Ho Gyeong. Saat Yoona membalas sapaan itu, staf lain terlihat saling berbisik dan menatap Yoona dengan tatapan yang sangat mengganggu.

Brak!!

"Haruskah ku tutup tempat ini atau kalian tutup mulut kalian sekarang juga?!" Ucap Chaeyoung membanting tasnya di meja resepsionis dan bicara dengan nada tegas dan tatapan tajamnya.

Penanggung jawab salon bahkan datang menghampiri mereka karena mendengar keributan yang Chaeyoung buat. Disaat Chaeyoung sedang memprotes sikap staf salon itu, Yoona mulai merasa gelisah karena semua mata menatap ke arahnya. Dia akhirnya memberanikan diri untuk menghentikan Chaeyoung dan mengajaknya pergi.

"Aku sedang memberi mereka pelajaran, kenapa menarikku keluar?!"

"Kurasa mereka sudah cukup mendapat pelajaran. Kau tidak perlu membuatnya semakin panjang."

Sepanjang perjalanan meninggalkan pusat perbelanjaan Chaeyoung masih merasa kesal dan itu sangat terlihat jelas di wajahnya. Yoona berusaha meredakannya dengan membawa Chaeyoung menikmati ice cream. Sebuah cafe kecil dengan desain yang cukup menarik perhatian Yoona.

Mereka duduk di dekat jendela dengan meja yang menghadap keluar. Meski berulang kali meyakinkan Chaeyoung kalau dia baik-baik saja rupanya Chaeyoung tetap merasa kesal dengan sikap staf salon itu.

"Apapun alasannya, jumlah yang mereka terima pasti sudah termasuk untuk menutup mulutnya rapat-rapat. Benar-benar tidak bisa menjaga privasi" Celoteh Chaeyoung cukup membuat Yoona menganggapnya lucu.

— Pesan Teks —

Unknown :

Jadi mereka mengenalimu?
Sama seperti dia mencari yang terbaik,
aku juga selalu mencari yang terbaik untuk merawatmu
Kebetulan sekali

Unknown :

Medium mint choco chip
Benarkan?
Seharusnya kau juga tidak asing dengan rasanya

Membaca pesan teks itu Yoona sontak meletakkan ponsel dan sendok ice creamnya. Dia sudah berusaha tidak menanggapi pesan teks itu. Tapi ponselnya kembali bergetar karena seseorang menelponnya, tapi Yoona segera mematikannya.

"Kenapa? Siapa yang menghubungimu?" Tanya Chaeyoung menyadari sikap Yoona.

"Bukan siapa-siapa. Bisakah kita pulang sekarang?" Jawab Yoona dengan wajah gugupnya.

"Baiklah, aku ke kasir sebentar"

Hanya beberapa saat seteah Chaeyoung meninggalkan Yoona sendiri, seseorang tiba-tiba berdiri di luar dan mengetuk kaca di hadapan Yoona. Saat Yoona menatapnya, pria itu justru menunjuk ke arah lain.

Tepat di seberang cafe, sebuah sedan hitam mewah terparkir di tepi jalan. Seorang pria keluar dan bersandar di pintu mobil menatap Yoona dengan senyum sinisnya. Sontak Yoona berdiri dan sekali lagi ponselnya bergetar. Dengan isyarat singkatnya, pria itu meminta Yoona mengangkat teleponnya.

— Panggilan telepon —

Jin Ho Gyeong :

Seperti yang pernah ku katakan,
aku akan segera menemuimu.

Dan sepertinya aku datang di saat yang tepat.
Ku lihat tidak ada satu orangpun yang mengawalmu sekarang.

Harus berapa kali ku katakan padamu,
di dunia ini, hanya aku yang akan selalu menjagamu.

Mendengar itu Yoona langsung melihat ke sekelilingnya dan dia baru menyadarinya, beberapa pengawal yang tadi mengikutinya tiba-tiba hilang. Bahkan Chaeyoung pun tidak terlihat ada di tempat itu.

— Panggilan telepon —

Jin Ho Gyeong :

Kau ingin aku menjemputmu kesana,
atau kau yang datang sendiri padaku?

Saat Jin Ho Gyeong mulai terlihat berdiri tegap dan tidak lagi bersandar di mobilnya, dengan tubuh gemetar Yoona memberanikan diri untuk melangkahkan kakinya.

— Panggilan telepon —

Yoona :

Aku akan keluar.
Tidak perlu membuat keributan di tempat ini.

Jin Ho Gyeong :

Bagus, aku yakin kau sangat menyadarinya
Kau tidak punya pilihan lagi

Mungkin inilah akhirnya. Atau lebih tepatnya mungkin memang seperti inilah takdirnya.

Sejauh apapun dia berusaha melarikan diri dari Jin Ho Gyeong, bayang-bayang Jin Ho Gyeong seolah selalu mampu untuk menariknya kembali. Bagi Yoona, rasanya semesta memang tak pernah berpihak padanya. Dia bahkan dengan mudahnya membuat Jin Ho Gyeong menemukannya, tepat saat tak seorang pun berada disisinya.

Di setiap langkah kakinya yang terasa sangat berat itu Yoona sudah membayangkan apa yang akan terjadi padanya setelah ini. Bagaimana Jin Ho Gyeong akan semakin semena-mena memperlakukannya. Hingga bagaimana dia harus mengakhiri semua ini jika Jin Ho Gyeong benar-benar kehilangan akalnya.

Langit tiba-tiba meredup seolah sedang menyelaraskan diri dengan suasana hati Yoona saat itu. Angin berhembus melewati setiap helai rambutnya saat Yoona sudah berdiri tepat di depan pintu cafe itu.

Meski menyadari tatapan mata pria yang ada di seberangnya itu tak pernah lepas darinya. Melihat Jin Ho Gyeong membuka pintu untuknya rasanya seperti sedang melihat pintu neraka terbuka untuk menyambutnya.

Semakin kencang hembusan angin dan semakin gelap langit seolah sedang mengembalikan Yoona ke jalannya yang gelap. Tanpa seorangpun disisinya apalagi datang untuk membawanya pergi dari tempat itu. Jalannya menuju ke masa kelamnya seolah terbuka sangat lebar.

'Hal mustahil apalagi yang sedang kau harapkan? Sejak awal memang hanya aku sendiri di jalan gelap ini. Kau hanya kembali ke tempat asalmu Lee Yoona' ucap Yoona dalam hatinya.

The Possesion of Yoona Lee (Part 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang