BAB 18

138 15 0
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya Yoona dibangunkan oleh sinar matahari dan hembusan angin yang masuk lewat jendela kamarnya. Heningnya pagi itu terpecahkan karena suara sendok dan gelas yang sedang beradu. Sepertinya seseorang sedang membuat minuman. Tapi di jam ini, seharusnya hanya ada Yoona di dalam kamar super besar itu.

Berusaha tidak membuat suara, dengan sangat perlahan Yoona beranjak dari tempat tidurnya dan memeriksa siapa yang berada di dalam kamar mereka.

Jendela di ruang TV yang sudah terbuka lebar membuat cahaya masuk memenuhi setiap sudut ruangan dengan dominan cat berwarna putih itu. Dan di balik mini bar yang ada di dalam ruangan, seseorang terlihat sedang membuat secangkir kopi.

Bahu lebar, rambut hitam legam dan kulit putihnya yang semakin bersinar karena dia mengenakan kemeja putih di ruangan yang sangat terang ini. Yoona tentu saja mengenalnya.

Kalau saja dia selalu terlihat selembut ini, siapapun yang melihatnya pasti akan benar-benar jatuh hati padanya. Termasuk Yoona.

"Kau benar-benar tidak ingin melihat keluar?" Ucap Yoongi yang menyadari keberadaan Yoona sambil membalikkan badan menghadap Yoona.

Rambutnya yang berantakan tapi juga terlihat rapi, kulitnya bersinar karena dukungan cahaya matahari, dengan setelan tidur yang nyaman tanpa menunjukkan lekuk tubuhnya. Pemandangan pagi yang baru kali ini Yoongi lihat ini rupanya mampu membuatnya kagum walau hanya untuk sesaat.

"Eung.."

"Kenapa? Takut ada yang menculikmu? Memangnya semua orang menginginkanmu?" Sahut Yoongi dengan senyum sinisnya sembari berjalan menuju balkon melewati Yoona.

"Walaupun seseorang menculikku satu-satunya orang yang akan kau salahkan pasti tetap aku kan?"

"Satu jam lagi kita pergi. Lebih dari itu kau cari sendiri cara untuk pergi dari sini." Sambung Yoongi lagi sambil menikmati secangkir kopi miliknya di balkon tanpa menatap Yoona.

Yoongi sengaja mengajak Yoona pergi hari ini karena Jungkook memberitahunya, kalau kemarin Yoona menolak tawarannya karena dia terlalu takut untuk pergi dengan orang yang asing untuknya. Karena itulah Yoongi membawanya pergi kali ini.

Dan meskipun Yoongi sendiri masih disibukkan dengan pertemuan terakhirnya di milan pagi ini. Yoongi meminta David yang menemani Yoona menghabiskan waktu di sekitar tempat Yoongi mengadakan pertemuannya.

"Apa ini benar-benar tidak masalah?" Tanya Yoona masih saja tidak yakin.

"Tiga di belakang, dua di kanan, dua di kiri, dan satu disini. Apa yang harus kau khawatirkan?" Jawab David.

"Kau juga pasti tahu bagaimana saat dia tiba-tiba muncul dihadapanku kemarin. Dia muncul di waktu dan tempat yang sangat tidak terduga. Mana mungkin aku bisa tenang setelah dia muncul seperti itu."

David adalah salah satu orang yang cukup mampu untuk menjawab pertanyaan itu. Karena dia termasuk salah satu orang yang Yoongi perintah untuk terus memantau Yoona dan juga mencari tahu bagaimana kejadian hari itu bisa terjadi. Tapi memberitahu Yoona kalau hal itu terjadi bahkan saat Yoona berada di dalam pengawasan mereka hanya akan menambah ketakutan Yoona.

"Setidaknya kami muncul tepat waktu bukan? Sekarang kau ada disini dan kau baik-baik saja. Kau bisa lihat sendiri sekarang, mata mereka bahkan tak sedetikpun melepaskanmu."

"Seingatku hari itu juga sama." Jawab Yoona membuat David tidak bisa lagi menjawabnya. Karena dia juga tahu kalau seharusnya hari itu juga ada banyak orang yang menjaga Yoona.

Seiring berjalannya waktu dan semakin sering mereka memantau keseharian dan gerak gerik Yoona. Jelas mereka akan semakin mengenalnya. Gadis ini punya perisai besar yang dia pakai untuk menutupi jati dirinya. Dan seperti bagaimana Yoona bisa menyimpan semua ingatannya dengan sangat baik, mereka yakin Yoona juga cukup pintar untuk membaca situasi di sekitarnya.

Setidaknya itu yang Yoongi sampaikan pada anak buahnya supaya mereka lebih berhati-hati di hadapan Yoona.

Sementara itu, beberapa meter di belakang Yoona. Yoongi menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Yoona dari kejauhan. Berulang kali Yoongi mempertanyakan hal yang sama pada dirinya sendiri.

Apakah dia melakukan hal yang benar atau justru membuang-buang waktunya saja.

"Kenapa tuan masih menjaganya?" Tanya Jay saat Yoongi menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Yoona dari kejauhan.

"Entahlah."

David hanya beranjak sedikit dari tempat dia berdiri dan Yoona langsung menatap ke arahnya dengan penuh tanya, kemana dia akan pergi. Menyadari itu David pun menunjuk ke arah Yoongi yang sudah tinggal beberapa langkah di belakang Yoona.

Hanya beberapa saat setelah Yoongi duduk, seorang pelayan kembali menghampiri Yoona untuk menanyakan pesanannya. Sejak tadi dia hanya memesan kopi dan mengatakan pada pelayan kalau dia sedang menunggu seseorang.

"Kalau aku sudah makan kau pasti akan tetap diam kelaparan" Gumam Yoongi setelah mereka selesai memesan makanan mereka.

Mereka menghabiskan sarapan mereka tanpa saling bicara atau bahkan sedikit saja saling menatap pun tidak. Lebih seperti orang asing yang kebetulan duduk di meja makan yang sama karena restoran itu kehabisan meja.

Membawa Yoona ke pusat perbelanjaan Yoongi yakini sebagai pilihan yang salah. Terakhir kali dia menemani Yoona membeli sebuah pakaian saja suasana di antara mereka benar-benar sangat canggung. Karena itulah Yoongi lebih memilih membawanya ke sebuah taman dan berjalan di sekitar taman.

"Sampai kapan kau akan menyimpannya sendiri" Ucap Yoongi tiba-tiba.

"Apa maksudnya?"

Yoongi merebut tas kecil milik Yoona dan mengeluarkan ponsel Yoona. Dan di saat bersamaan sebuah panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Yoongi pun menunjukkannya tepat di depan wajah Yoona. Ponsel Yoona bahkan dalam mode getar tapi Yoongi bisa mengetahuinya?

"Ini ! Setelah kejadian kemarin kau masih berusaha menyimpannya sendiri?!" Nada bicara Yoongi mulai tinggi dan tatapannya berubah tajam.

"Lalu apa?! Apa aku harus menyapanya?!" Jawab Yoona berusaha merebut ponselnya tapi Yoongi justru melemparnya ke tengah danau.

Dia yang memberi Yoona ponsel itu dan dia juga yang membuangnya. Yoona merasa tidak berhak marah pada Yoongi karena secara tidak langsung benda itu adalah milik Yoongi.

"Kalau kau tidak mengatakan apapun bagaimana orang tahu kalau kau sedang dalam masalah dan tidak bisa menemukan jalan keluar!"

"Kalau kau seperti ini, orang akan berpikir kau peduli padaku"

Mata yang sejak tadi tak saling bertemu akhirnya saling beradu. Mulut yang sebelumnya saling bungkam kini akhirnya saling berdebat. Belum ada satu titik dimana mereka bisa saling bicara dengan tenang tanpa harus menimbulkan ketegangan di sekitarnya.

Tidak menjawab ucapan Yoona, Yoongi justru berpaling dan berjalan lebih dulu meninggalkan Yoona.

Selagi masih di Italia, Yoongi merasa perlu untuk menyempatkan diri menemui Ares. Lagi-lagi tanpa memberitahu apapun pada Yoona, mereka menempuh perjalanan udara selama satu jam untuk kemudian tiba di kota Ares.

Ares tidak segan-segan membawa mereka ke kediaman pribadinya untuk menyambut kedatangan mereka. Melihat bagaimana megah dan mewahnya rumah Ares, lengkap dengan penjagaan yang super ketat. Jelas dia bukan pebisnis biasa.

"Ini hal biasa di kota ini. Kalau kau datang ke beberapa rumah pengusaha di kota ini kau akan melihat hal yang sama. Bagi kami, rumah harus menjadi benteng yang paling kuat." Ucap Ares.

"Senang bertemu denganmu lagi Yoona" sambung Ares lagi.

The Possesion of Yoona Lee (Part 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang