BAB 48

134 17 6
                                    

Wajah khawatir dan kesal Yoongi tidak bisa disembunyikan lagi. Semua orang bertanya-tanya apa yang membuat Yoongi tiba-tiba gelisah dan terus berusaha menghubungi seseorang.

"Ada apa?" Tanya Seokjin.

"Apa kau tidak punya ruang pertemuan sampai mereka harus bertemu diluar?! Tidak ada lagi pertemuan pribadi di luar gedungmu!" Tegas Yoongi menumpahkan kekesalannya pada Hoseok dan pergi begitu saja.

"Apa maksudnya? Apa yang terjadi? Apa yang ku lakukan?" Jawab Hoseok kebingungan.

"Pasti Yoona" Sahut Jimin.

"Apalagi sekarang" Sambung Seokjin.

Semua mata tertuju pada Jungkook yang sibuk dengan ponselnya. Tanpa perlu bertanya mereka sangat yakin kalau Jungkook sedang mencari tahu apa yang sedang terjadi.

"Jin Ho Gyeong, dia mendatangi Yoona." Ucap Jungkook.

"Habislah aku. Tamat sudah riwayatku." Keluh Hoseok.

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan sekarang" Sambung Seokjin terdengar seperti sedang memberi perintah.

Dengan kecepatan tinggi Yoongi bergegas mendatangi Yoona, meski Yoona sebenarnya sudah dalam perjalanan kembali ke rumah. Dan ajaibnya, mereka sampai di waktu yang bersamaan.

Yoona turun dari mobil dan berusaha berdiri tegak di atas heels tingginya. Sementara Yoongi seolah sedang mengejar sesuatu. Dia turun dengan sangat tergesa hingga membuatnya tanpa sengaja menutup pintu mobilnya dengan cukup keras.

Dihampirinya Yoona dan diraihnya pergelangan tangan Yoona dengan sedikit menariknya hingga membuat Yoona terhuyung ke arahnya.

"Kenapa dia menemuimu lagi?!" Tanya Yoongi menyelidik.

Semua orang yang ada di halaman itu tahu alasan kenapa Jin Ho Gyeong masih terus berusaha menemui Yoona. Apalagi Yoongi. Dan seribu kali pun dia menanyakan hal itu pada Yoona jawaban Yoona akan tetap sama.

"Kau pikir aku yang mengundangnya datang?"

"Apa yang dia katakan?" Lugas Yoongi sekali lagi.

"Dia hanya mengancam kalau ini terakhir kalinya dia memintaku kembali dengan cara baik-baik. Ch.. seingatku tidak ada satupun cara yang baik yang pernah digunakannya." Jawab Yoona berusaha terlihat tenang. Karena sejujurnya jantungnya masih berdegup kencang.

Tak lagi mengatakan apapun pada Yoona, Yoongi menurunkan genggamannya ke pergelangan tangan Yoona dan menariknya, atau mungkin akan lebih romantis jika kusebut itu dengan 'menggandengnya' masuk ke dalam rumah. Dan hal ini ternyata hanya membuat degup jantung Yoona berdetak semakin cepat.

'Ada apa dengan pria ini? Semakin hari dia semakin berlebihan' Gumam Yoona dalam hatinya.

"Dengar ini baik-baik!" Ucap Yoongi mendudukkan Yoona di sofa dan mengurungnya di antara kedua lengan kekarnya.

"Mulai sekarang tidak akan ada lagi pertemuan pribadi maupun bisnis di luar gedung Hoseok. Kalau mereka ingin menemuimu, minta mereka datang ke perusahaan Hoseok. Dan jika mereka menolaknya minta mereka datang padaku. Kau mengerti?!"

Dengan tatapannya yang tajam dan jarak yang sedekat ini dia pikir Yoona akan mendengarnya?!

Yoona sibuk menatap setiap inchi wajah pria yang selalu menjadi pelindungnya ini. Bahkan baginya, posisi mereka saat ini sangat menggambarkan bagaimana hubungan manis yang ada diantara mereka.

Di bawah kungkungan tubuh Yoongi yang selalu pasang badan untuk melindungi Yoona dari semua hal yang berusaha menyeretnya kembali ke dunia gelapnya. Inilah tempat teraman dan juga ternyaman untuk Yoona.

Dan setelah dia menyadari kalau ratusan kata yang baru saja terlontar dari mulutnya itu sama sekali tidak didengar oleh gadis di hadapannya ini, Yoongi justru melakukan hal yang hampir menghentikan detak jantung Yoona.

Dengan menarik dagu Yoona, Yoongi semakin menepis jarak yang menjauhkan mata mereka yang akhirnya saling beradu tatap, Yoona akhirnya tersadar dari lamunannya tapi kini seluruh tubuhnya membeku.

"Kau masih ingin disini bersamaku atau kau memang ingin kembali kepadanya?" Ucap Yoongi dengan deep voice nya.

"Tentu saja.. bersamamu.." Jawab Yoona terbata.

'Bersamamu? Jawaban apa ini? Kenapa terkesan aku ingin sekali menempel padanya' Gumam Yoona dalam hatinya.

"Bagus." Yoongi melepaskan dagu Yoona.

"Kau baik-baik saja? Apa ada yang terluka?" Sambung Yoongi memeriksa Yoona dengan tatapan tajamnya.

"Tidak ada.. aku baik-baik saja"

"Tubuhmu bahkan masih bergetar apanya yang baik-baik saja. Cepat istirahat dan jangan banyak berkhayal" Perintah Yoongi sambil menarik Yoona bangun dari tempat duduknya.

Sikap dan perlakuan Yoongi barusan cukup membuat Yoona lupa dengan yang baru saja dialaminya. Tapi saat dia berdiri tepat di depan pintu kamarnya, Yoona tiba-tiba ragu untuk membuka pintu kamarnya. Terbayang olehnya bagaimana jika ternyata ada seseorang di dalam kamarnya dan berusaha menyakitinya.

Dia masih berdiri di depan pintu kamarnya sampai akhirnya Yoongi membuka pintu itu dan masuk ke dalam kamar Yoona. Tanpa basa basi Yoongi duduk di kursi yang ada di dekat jendela dan menatap ke arah Yoona yang masih berada di ambang pintu.

"Sudah ku bilang jangan banyak berkhayal. Cepat tidur." Titahnya.

"Bagaimana aku bisa tidur kalau kau ada disana?!" Ucap Yoona dengan nada sedikit kesal.

"Lalu kenapa kau hanya berdiri disana dan tidak membuka pintunya? Haruskah ku tinggalkan kau sendirian dengan semua khayalanmu itu?"

"Kau bicara seolah-olah kau selalu ada untukku" Celetuk Yoona dan Yoongi hanya diam.

Kalimat yang baru saja dia ucapkan itu dengan sendirinya menyadarkan Yoona.

Pria ini memang selalu ada disana. Yoongi memang selalu ada di setiap waktu sulit Yoona. Meski dia tidak menjadi yang pertama menemukannya atau menjadi orang yang menepuk pundaknya untuk menenangkannya, tapi Yoongi akan tetap muncul di hadapannya. Dan hanya dengan kemunculannya saja Yoona selalu menjadi lebih tenang.

Pria yang sedang duduk menatapnya itu. Meski sikapnya dingin dan mulutnya tajam, tapi selama ini dia selalu ada disisinya. Sebesar itulah rasa percaya Yoona padanya.

"Kalau kau sudah menyadarinya cepat tidur sekarang atau aku benar-benar akan pergi dari sini" Ucap Yoongi sekali lagi.

Tanpa menjawabnya dan tak berani menatapnya, Yoona segera masuk ke dalam selimutnya dan bersembunyi di dalamnya. Tentu sangat sulit untuknya memejamkan matanya. Tak terdengar sedikitpun suara pergerakan dari Yoongi, artinya dia masih duduk di tempat yang sama.

Bukan lagi rasa takut yang sedang Yoona rasakan. Dia merasa malu dan gugup.

Benar-benar tidak masuk akal baginya. Memang beberapa saat yang lalu Yoona merasa ketakutan, tapi yang sedang Yoongi lakukan ini bukankah berlebihan? Sejak kapan dia secara terang-terangan menunjukkan kepeduliannya pada Yoona?

"Ini tidak benar!" Ucap Yoona tiba-tiba bangun dan keluar dari persembunyiannya. Tatapannya yang penuh tanya itu langsung ia tujukan pada pria yang masih setia duduk di tempat yang sama.

Sementara Yoongi menutup ponselnya dan menatap Yoona.

Beranjak dari tempatnya, Yoona berpindah ke sudut ranjang yang berada tepat di hadapan Yoongi. Duduk berhadapan dengan Yoongi, Yoona memberikan tatapan menyelidiknya pada Yoongi.

"Apalagi sekarang? Kau ingin memintaku untuk menemanimu tidur juga?"

"Kalau ku jawab iya apa kau akan melakukannya?"

The Possesion of Yoona Lee (Part 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang