Vione pasti salah mendengar. Mungkin juga Usher salah berucap. Lagi pula bagaimana mungkin seorang alpha mengancam lunanya sendiri di hadapan selingkuhannya?
Itu bukan memalukan, tetapi menyedihkan. Bahkan tamparan Mireya tak sebanding dengan kenyataan yang baru saja menohoknya.
Benar. Di mata Usher, hanya ada Mireya. Vione tak pernah berarti apa-apa. Persis yang dikatakan oleh orang-orang, ia hanyalah seorang manusia serigala yang tak bernilai apa-apa. Ia adalah luna yang tak berharga.
Jadilah pandangan Vione kabur oleh genangan air mata. Di sela-sela usahanya dalam mengatur napas, dilihatnya Usher yang beranjak meninggalkan dirinya demi kembali merengkuh Mireya.
Mereka tampak serasi. Sama-sama gagah dan cantik. Keduanya tak ubah dewa-dewi yang memang sepatutnya bersama.
"Usher, apa tindakanmu tidak sedikit keterlaluan? Lihatlah Vione. Tampaknya dia benar-benar kesakitan."
Usher berpaling dan melihat Vione seraya mendengkus. Tatapannya mencemooh dan amat merendahkan.
"Kupikir malah sebaliknya. Hukuman itu belum cukup setimpal dengan perbuatan yang telah dilakukannya padamu."
Vione berusaha bangkit dengan susah payah. Digigitnya bibir bawah kuat-kuat sementara tangan mengepal kuat. Perih hatinya sudah tak bisa diungkapkan dengan kata-kata lagi, tetapi ia mencoba untuk bertahan dengan seluruh tenaga yang tersisa.
"Kau benar-benar keterluan, Usher."
Usher tak memedulikan Vione. Ia abaikan perkataan Vione ketika lebih memilih menaruh perhatian pada Mireya. Didekapnya Mireya dan dibiarkannya Mireya mendaratkan kepala di dadanya yang bidang, lalu ia membelainya.
Vione tak bisa bertahan lagi. Sisa tenaganya benar-benar tak mengizinkannya untuk bisa berdiri lebih lama dari itu. Jadi ia putuskan untuk pergi secepat mungkin sebelum Usher dan Mireya semakin merendahkan dirinya.
"Kau sungguh tak punya hati, Usher."
Itulah kalimat terakhir yang Vione lirihkan sebelum benar-benar angkat kaki dari sana. Ia melangkah sembari menguatkan hati ketika menyadari bahwa keadaannya yang menyedihkan tak cukup untuk menyentuh rasa iba Usher.
Tubuh gemetar. Kaki Vione mulai goyah. Ia nyaris tersungkur ketika berhasil keluar dari aula Istana. Namun, ia bersyukur. Setidaknya ia keluar dari sana di waktu tepat, yaitu ketika Usher mulai mencium Mireya dan menimbulkan decakan yang memekakkan telinga.
Vione bertahan di dinding untuk sejenak. Dihirupnya udara sebanyak mungkin sembari memejamkan mata. Ia menabahkan hati dan lalu kembali melangkah sebelum ada yang melihatnya dalam keadaan memalukan seperti itu.
Tiba di kamar, pertahanan Vione benar-benar runtuh. Tubuhnya benar-benar lunglai dan ia terjatuh di atas tempat tidur. Air mata yang sedari tadi ditahannya pun luruh.
Vione meremas seprai. Ditahannya luapan untuk menjeritkan semua sakit di dalam hati karena tak ingin Usher dan Mireya mendengarnya, mereka pasti akan tertawa.
Namun, sakit ini sungguh menyiksa. Dada terasa sesak dan Vione pikir dirinya akan benar-benar meledak.
Vione meratap. Di antara semua sedih dan rasa tak terima, satu tanya menggema di dalam benaknya. Mengapa harus ia yang mengalami itu semua?
Seharusnya takdir tidak sekejam ini. Seharusnya takdir tidak memberikan kesedihan bertubi-tubi.
Tak cukup lahir tanpa asal-usul dan tak memiliki cakar, Vione pun harus kehilangan harga diri dengan perilaku Usher. Ia benar-benar direndahkan hingga titik terendah yang tak pernah ia bayangkan selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlit Saga 🔞
WerewolfBuat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! **************** Luna tanpa cakar, begitulah orang-orang menyebutnya. Vione Celestie Munest sudah berada di titik tak lagi berharap pada takdir. Hidup tanpa asal-usul yang jelas dan tak...