Usher masa lalu tak pernah merasa seburuk ini hingga yakin bahwa kata lemah dan menyedihkan tidak cukup mampu untuk menggambarkan keadaannya. Dia kehilangan banyak berat badan, tubuhnya menjadi kurus, dan parahnya, dia benar-benar tak berdaya. Bahkan untuk sekedar berjalan pun dia harus bersusah payah, persis seperti seorang pesakitan yang hanya tinggal menunggu waktu untuk pergi dari dunia.
Kegagahan dan keagungan yang selama ini melekat pada Usher masa lalu seolah lenyap tanpa sisa sama sekali, hilang tanpa jejak sedikit pun. Sosoknya yang dulu penuh semangat dan kekuatan telah tergantikan oleh seseorang yang bahkan tak mampu dikenali oleh dirinya sendiri.
Wajah pucat dan mata cekung, pantulan di cermin membuat Usher masa lalu bertanya pada diri sendiri. Bagaimana dia bisa menjadi begitu memprihatikan?
Anehnya, menurut Scott, dia tak apa-apa. Tak ada yang salah dengan kesehatannya. Semua pemeriksaan menunjukkan bahwa dia tidak sakit, dia sepenuhnya sehat. Lantas hal melegakan yang seharusnya membuatnya tenang justru menghadirkan kekhawatiran. Sebenarnya apa yang tengah terjadi padaku?
Usher masa lalu terus bertanya-tanya pada diri sendiri. Bahkan ketika dia merebahkan tubuhnya yang ringkih di tempat tidur, tetap saja pertanyaan itu berputar-putar di dalam kepala. Namun, tak ada jawaban yang didapatkannya.
Pada akhirnya, Usher masa lalu menyerah. Lelah yang menjajah tubuhnya semakin tak tertahankan lagi. Dia ingin beristirahat dan dicobanya untuk menyingkirkan semua kebingungan. Pikirnya, masih ada hari esok untuk mencerna semua yang terjadi.
Sayangnya, Usher masa lalu merasakan kepalanya penuh tepat setelah dua detik dia memejamkan mata. Dia belum tidur, dia sedang mencoba untuk tidur, tetapi pikirannya benar-benar riuh. Alhasil dia pun tak tenang, dia meronta dalam kebisingan suara yang terus memenuhi benaknya.
"Anjing yang lucu bukan?"
"Kau tak apa-apa, Vione? Oh, Tuhan. Kau membuatku ketakutan."
"Usher? Kau tak mendengar perkataanku?"
"Aku mencintaimu, Vione."
"Terima kasih, Usher. Terima kasih karena selalu bersamaku."
"Kau tak membutuhkan cakar, Vione. Aku akan selalu menjagamu."
Usher masa lalu mengerang. Kedua tangannya naik, lalu meremas rambut.
"Kumohon, Usher. Bertahanlah. Kumohon. Bertahanlah untukku."
"Aku merindukanmu, Vione."
"Ingat, Alpha! Jangan sampai kau dan dirimu di masa lalu saling mengetahui. Bila itu terjadi maka keseimbangan waktu dan ruang akan terganggu. Hanya satu Alpha yang akan bertahan."
"Itu berbahaya, Usher. Kau memang selamat kali ini, Usher, tetapi tak ada jaminan untuk selanjutnya. Kau bisa saja terluka dan nyawamu bisa terancam."
"Kemungkinanku untuk gagal memang ada, tetapi itu artinya aku pun memiliki kemungkinan untuk berhasil. Untuk kemungkinan itulah aku akan mencobanya, Rowena."
Mata Usher masa lalu membuka nyalang dengan serta merta. Napasnya memburu sementara keringat sudah membasahi sekujur tubuh. "Apa itu? Aku ...."
Usher masa lalu kembali memejamkan mata ketika nyeri tak terkira menghantam kepalanya. Sakitnya benar-benar tak terkira dan kala itu, ketika dia mencoba untuk bertahan maka ada hal lain yang dipertanyakannya. "Apakah aku bermimpi?"
Mungkin ya, mungkin juga tidak. Usher masa lalu justru ragu akan kemungkinan tersebut. Sebabnya, semua kilasan-kilasan itu terasa amat nyata. Persis seperti semua itu terjadi padanya, tetapi tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlit Saga 🔞
WerewolfBuat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! **************** Luna tanpa cakar, begitulah orang-orang menyebutnya. Vione Celestie Munest sudah berada di titik tak lagi berharap pada takdir. Hidup tanpa asal-usul yang jelas dan tak...