"Buddy! Buddy! Jangan berlari terlalu jauh!"
Buddy menggonggong, lalu kembali berlarian ke mana-mana seolah memang sengaja untuk tidak menuruti perintah Vione muda. Ia masuk ke semak-semak dan mengejutkan Vione muda sesaat kemudian. Jadilah Vione muda yang fokusnya teralihkan untuk beberapa detik menjadi terlonjak.
"Buddy," lirih Vione muda dengan wajah gemas. Dihampirinya Buddy dengan kedua tangan terangkat, seakan-akan ingin menangkap. "Sepertinya sekarang adalah waktumu untuk kembali ke paviliun belakang. Waktu bermainmu sudah selesai."
Buddy kembali menggonggong, lalu melompat-lompat dengan riang. Agaknya ia paham bahwa Vione muda hanya bercanda. Jadilah mereka saling mengejar hingga satu pemandangan menarik perhatian Vione muda.
Ada Usher muda dan Graham berjalan di lorong luar Istana. Mereka tampak berbincang-bincang dan Vione muda memandanginya dari kejauhan hingga tanpa sadar seuntai senyum merekah di wajahnya.
"Apakah kau melihat pria tampan itu, Buddy?" tanya Vione muda sembari berjongkok dan meraih Buddy ke dalam pelukannya. "Bukan yang tua, tetapi yang masih muda. Ehm dialah yang memberi nama Buddy untukmu."
Buddy mungkin tak mengerti bahasa manusia, termasuk perkataan Vione muda, tetapi ia menyalak dengan sorot yang penuh dengan keceriaan, tak ubah tengah memberi isyarat bahwa ia menyukai nama yang diberikan untuknya. Selain itu keempat kakinya bergerak lincah seperti ingin melepaskan diri dari pelukan Vione muda agar bisa menghampiri Usher muda.
Vione muda mempererat pelukannya pada Buddy. "Jangan. Sepertinya dia sedang sibuk sekarang. Kita tak boleh mengganggunya."
Agaknya ada kemungkinan Buddy mengerti bahasa manusia, setidaknya perkataan Vione muda. Sebabnya, keceriaan Buddy menjadi redup sesaat kemudian. Buddy tampak murung dan dia menyadari hal tersebut dengan rasa heran—mungkinkah Buddy memang ingin bertemu dengan Usher?
"Kau tak perlu bersedih, Buddy," lanjut Vione muda sembari membelai kepala Buddy dengan lembut. Diembuskannya napas panjang sembari tersenyum dengan tatapan yang kembali tertuju pada Usher muda. "Aku berjanji padamu, kita akan menemuinya nanti setelah dia memiliki waktu luang. Bagaimana?"
Gonggongan Buddy menjadi jawaban yang membuat Vione muda tertawa. Jadilah dia melepaskan pelukannya pada Buddy. Dibiarkannya Buddy untuk kembali berlarian di taman yang luas itu.
Vione muda terus memperhatikan Buddy sambil sesekali melihat pada Usher muda. Tak mampu ditahannya keinginan hati yang mendorong untuk memanfaatkan kesempatan yang ada. Dia tahu, belakangan ini Usher muda memang sangat sibuk sehingga mereka pun jarang bertemu.
Paling tidak, melihat Usher muda dari kejauhan adalah hal yang patut untuk disyukuri oleh Vione muda. Lagi pula dia sadar diri, siapakah dirinya sehingga berharap agar bisa bertemu dengan Usher muda. Dia bukan siapa-siapa sementara Usher muda adalah calon alpha di masa yang akan datang.
Sayangnya rasa rendah diri Vione muda terbantahkan oleh sekelebat ingatan yang melintas dengan serta merta di benak. Terbayanglah olehnya semua perhatian yang diberikan oleh Usher muda padanya selama ini.
Vione muda buru-buru memejamkan mata. Ditepisnya sekelumit perasaan berbunga-bunga yang tumbuh di hati. Dia tak ingin jatuh ke dalam fatamorgana yang tak berdasar.
"Vione."
Satu suara menyentak Vione muda. Jadilah matanya membuka dan dia berpaling. "Lewis."
Lewis menghampiri Vione muda sembari tersenyum. Sempat dilihatnya Buddy yang berlompatan di antara tanaman sebelum kembali beralih pada Vione muda. "Sepertinya kalian sedang bersenang-senang."
Vione muda mendeham dan balas tersenyum. Di dalam hati, dia bersyukur. Kedatangan Lewis bisa mengalihkan pikirannya dari Usher muda. "Begitulah. Lagi pula kami tak punya banyak waktu untuk bermain sebentar lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlit Saga 🔞
WerewolfBuat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! **************** Luna tanpa cakar, begitulah orang-orang menyebutnya. Vione Celestie Munest sudah berada di titik tak lagi berharap pada takdir. Hidup tanpa asal-usul yang jelas dan tak...