Ada sesuatu yang salah tengah terjadi, Usher muda bisa merasakannya dengan jelas. Perasaannya tak nyaman, seperti ada yang mengganjal di dada sehingga langit malam yang dihiasi bulan purnama pun tak bisa memberikan ketenangan seperti biasa. Suasana terasa menggelisahkan. Angin yang berembus pelan pun malah terasa menyengat, seakan mempertegas keresahan yang tengah dirasa olehnya.
Usher muda membuang napas panjang. Lalu diedarkannya pandangan ke sekitar dengan cemas. Dicobanya untuk mencari petunjuk atas perasaan tak biasa yang terus menghantuinya selama beberapa hari belakangan, tetapi jawaban yang didapatkannya hanyalah kebingungan.
Semua seperti berputar-putar sehingga membuat kepala Usher muda menjadi penuh. Beragam peristiwa yang telah terjadi kembali mengisi benak dengan menyertakan pemikiran yang berbeda dari sebelumnya. Jadilah dua pertanyaan dengan makna serupa terus membebani pikirannya.
"Mengapa? Mengapa kau begitu baik padaku? Mengapa kau selalu mengkhawatirkanku? Mengapa, Usher?"
"Mengapa kau begitu perhatian pada Vione? Dia bukanlah siapa-siapa. Dia hanyalah putri angkat dari sepasang petugas kehutanan. Selain itu, tampaknya dia lemah. Bisa dikatakan bahwa dia adalah wanita serigala yang merepotkan. Jadi, mengapa kau peduli padanya?"
Semula Usher muda tak begitu menghiraukan pertanyaan-pertanyaan itu, tetapi semua berubah ketika sore itu dilihat olehnya Vione muda tengah bercengkerama dengan Lewis. Mereka tampak akrab dan dimulailah ketidaknyamanan itu menggelayuti perasaannya sepanjang waktu.
Usher muda mencoba untuk menenangkan diri, tetapi sayangnya dia malah lepas kendali. Tak mampu dirinya mengenyahkan semua keresahan itu dari dalam pikiran dan jadilah dia risau selama berhari-hari. Dia tak bisa fokus pada jam belajarnya, juga tak bisa menikmati makanan yang tersaji. Parahnya, istirahatnya pun turut terganggu.
Kegundahan mendesak. Kali ini Usher muda terpojok oleh pertanyaan serupa yang ironisnya justru dilayangkan oleh diri sendiri. Dia mencoba untuk mengelak, tetapi keadaannya benar-benar menyedihkan.
"Apakah ada sesuatu yang terjadi, Usher? Kuperhatikan, kau tampak tak sehat belakangan ini."
Usher muda mengerjap. Pertanyaan Jemma menarik kesadarannya yang sempat terjerat sesaat dalam alam lamunan. Jadilah dia mendeham dan menjawab sembari menuntaskan sarapan yang tak benar-benar dimulainya. "Tidak ada, Ma. Semua baik-baik saja."
"Benarkah?" Jemma menatap Usher muda lekat. Dahinya tampak mengerut, menunjukkan keraguan untuk jawaban Usher. "Sepertinya bukan itu yang terlihat."
Usher muda memutar otak. Jadilah didapatkannya alasan paling masuk akal yang bisa diberikan untuk Jemma. "Mungkin aku hanya sedikit stres karena persiapan konferensi umum pertamaku."
Kali ini Jemma tak bisa berkata-kata lagi. Alasan Usher muda terdengar logis. Lagi pula dia pun tahu betapa Usher muda sangat fokus belakangan ini. Usher muda ingin mempersiapkan diri sebaik mungkin dan bukan hal aneh bila pada akhirnya dia mengalami stres.
Jemma menarik napas sekilas. "Lebih baik kau istirahat selama beberapa hari. Aku yakin, persiapanmu sudah matang. Sekarang penting untukmu menjaga kesehatan. Semua persiapanmu tak akan berguna bila kau jatuh sakit."
"Baik, Ma." Usher muda mengangguk sembari bangkit dari duduk. Dihampirinya Jemma untuk memberikan pelukan hangat. "Aku akan pergi ke Perpustakaan sebentar, setelah itu aku akan beristirahat."
Usher muda bisa menangkap kekhawatiran di sepasang mata Jemma. Jadilah dia meyakinkan Jemma untuk terakhir kali agar tak mencemaskan dirinya secara berlebihan. Setelahnya, dia pun pergi dari ruang makan dan tujuannya adalah Perpustakaan.
Ada sedikit hal yang harus Usher muda pastikan sebelum bisa beristirahat seperti janjinya pada Jemma tadi. Dia ingin mencari sebuah buku dan—
Langkah Usher muda terhenti seketika tatkala Vione muda melintas di hadapannya dengan panik. Tampak olehnya, Vione muda mendekap seekor anak anjing yang terlihat lemah dan tak bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlit Saga 🔞
WerewolfBuat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! **************** Luna tanpa cakar, begitulah orang-orang menyebutnya. Vione Celestie Munest sudah berada di titik tak lagi berharap pada takdir. Hidup tanpa asal-usul yang jelas dan tak...