Hening menyelimuti, hanya terdengar deru napas yang pelan dan teratur. Asalnya dari Vione masa lalu yang tengah tertidur lelap dalam dekapan Usher. Wajahnya yang cantik tampak lelah, tetapi juga menyiratkan bahagia. Sayangnya itu justru membuat perasaan Usher menjadi tak karuan dalam hantaman rasa bersalah.
Usher menahan napas di dada. Dicobanya untuk membendung gelombang emosi yang semakin menguasai diri, tetapi teramat sulit. Sebabnya, setiap kali dia melihat wajah tenang Vione masa lalu maka rasa bersalah itu kian menekan. Jadilah hatinya bergemuruh dengan perasaan yang sulit untuk diungkapkan. Dia benar-benar merasa buruk ketika menyadari bahwa Vione, wanita yang paling dicintainya, berada di sisinya tanpa mengetahui apa pun yang tengah terjadi di antara mereka.
Kehangatan timbul di sudut mata Usher sesaat kemudian. Air mata mulai berontak dan dia berusaha keras untuk tak menangis kala itu. Namun, kenangan masa lalu membanjirinya dengan tak kira-kira. Jadilah dia teringat pada janji-janji yang pernah diucapkannya. Janji untuk selalu melindungi dan membuat Vione bahagia. Sayangnya kenyataan tak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Kenyataannya Usher bukan hanya tak bisa menepati janji di masa lalu, melainkan dirinyalah yang menjadi penyebab untuk semua penderitaan bertubi-tubi yang dialami Vione. Dia sungguh menyesal dan sekarang timbullah ketakutan lagi. Sebongkah keraguan hadir dan mempertanyakan kesanggupannya untuk menepati janji di masa depan.
Usher buru-buru mengusir keraguan itu dari benak. Diyakinkannya diri bahwa dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua yang didapat. Tekadnya telah bulat, apa pun akan dilakukannya demi memperbaiki masa depan, demi memberikan kebahagiaan seutuhnya pada Vione.
"Jangan khawatir, Vione," ucap Usher dengan suara lirih sembari mengusap rambut Vione masa lalu dengan penuh kasih sayang. "Aku tak akan menyia-nyiakan kepercayaan dan pengorbananmu. Aku berjanji."
Usher menutup janjinya dengan satu kecupan lembut yang dilabuhkannya di dahi Vione masa lalu. Setelahnya dia pun memaksa diri untuk turun dari tempat tidur. Dia segera mengenakan pakaian dan merapikan selimut yang menutupi tubuh polos Vione masa lalu.
Tatapan Usher jatuh pada kalung berliontin separuh bulan yang dikenakan oleh Vione masa lalu untuk sejenak. Lalu barulah dia bergegas keluar dari sana dengan satu pemikiran ironis yang mengiringi langkahnya.
Usher tersenyum miris. Aku memang pria paling biadab. Bagaimana mungkin bisa aku menuduh Vione tak setia?
Kemungkinan yang dulu sempat terbersit di benak Usher mendapatkan pembuktian. Nyatanya, Vione memang tak pernah mengkhianatinya. Vione tak pernah berselingkuh dengan siapa pun. Pria yang dituduh menjadi selingkuhan Vione dan kerap mendatanginya di Istana adalah dirinya. Pria itu adalah dirinya sendiri.
Di titik itu, Usher yakin bahwa tak ada pria yang lebih buruk ketimbang dirinya. Jadilah itu tak ubah lecutan yang membuatnya semakin bertekad untuk memperbaiki keadaan sebelum semua terlambat.
Tiba kembali di ruang rahasia sekitar lima menit kemudian maka Usher pun segera merenungkan langkah selanjutnya. Dia duduk di hadapan layar monitor dan terus mengamati Vione masa lalu yang masih tidur dengan otak yang terus berputar. Disadari olehnya bahwa dia tak memiliki banyak waktu. Sebabnya, dia ingat betul bawah situasi menjadi tak terkendali setelah pertengkaran hebat semalam, semua menjadi kacau dalam waktu yang teramat singkat. Dia harus segera bertindak karena menyadari bahwa usahanya malam itu tak cukup mampu untuk meredam kekecewaan Vione masa lalu padanya. Setelahnya Vione masa lalu akan kembali bertengkar dengan Usher masa lalu dan dia harus mencegah itu terjadi.
"Usher?" Usher menggumamkan namanya sendiri dengan ekspresi tak terbaca. "Semua ini berawal dariku. Semua keadaan menjadi kacau karena aku dan itu disebabkan oleh ramuan sihir yang diberikan oleh Mireya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlit Saga 🔞
WerewolfBuat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! **************** Luna tanpa cakar, begitulah orang-orang menyebutnya. Vione Celestie Munest sudah berada di titik tak lagi berharap pada takdir. Hidup tanpa asal-usul yang jelas dan tak...