Terima kasiiih, masih setia menunggu ceritaku, di era gempuran roasting cerita WP.
Semoga, kisah Bas dan Dinar kali ini, bisa menghibur teman2 semua.
Doanya ya, aku lagi migren huhuhu penyakit rutin kebanyakan natap layar.
Btw, agak sesek part ini, tapi, nanti tetap ada manis-manisnya kok.
Selamat membaca.
🍂🍂🍂
"Dari tadi, mataku kedutan. Sepertinya ada yang rasan-rasan sejak tadi." Dinar mengucek-ucek matanya. "Mas Rav pasti ini, ghibahi aku."
Alana yang sedang rebahan sambil membaca cerita wattpad dari layar tabletnya tertawa geli. Mereka sudah berada di rumah Alana, dan sedang bersantai menunggu waktu makan malam tiba.
"Mitos gak sih? Kedutan kan karena otot mata lagi tegang. Bentar, aku cek." Alana bangun, duduk bersila dan mengetikan sesuatu di kolom google. "Tuh, kedutan bisa terjadi karena perasaan gugup dan cemas. Kamu tegang kali, karena besok tes kedua."
Dinar meringis. "Pol tegangnya. Bentar, aku telepon Emakku dulu, minta doa. Tumben kok anteng, padahal tadi siang masih ribut saja."
"Ya sudah sana, telepon."
Alana mengibaskan tangan, menyuruh Dinar ke balkon kamar dan menghubungi orang tuanya. Beberapa kali panggilan, hanya ada nada sambung.
"Tumben, biasanya langsung gercep." Dinar melirik jam tangannya. "Apa masih ke Masjid ya? Tapi, sudah lewat waktu Maghrib kok." Gadis itu duduk di salah satu kursi yang ada di balkon. Lalu tersenyum riang saat akhirnya panggilan terhubung.
"Ibu habis dari Masjid?" tanyanya, setelah saling berbalas salam. "Tumben, lama gak diangkat."
"Enggak. Ibu tadi habis beberes."
Dahi Dinar mengernyit. Suara Ibunya terdengar sengau. "Ibu pilek?" Aneh, tadi siang perasaan masih cerewet saja suaranya. Kenapa tiba-tiba Ibu terdengar lemas dan tiba-tiba seperti orang kena pilek?
"Oh. Iya nih, Ibu tadi minum es oyen, dibawain Bulikmu, jadi sekarang pilek begini."
"Yeee, sudah tahu musim hujan malah mimik es. Tuh, pilek kan jadinya?"
Ibu terkekeh di seberang sana.
"Dari tadi kamu menghindar kalau Ibu telepon. Sekarang, malah telepon Ibu, kenapa? Grogi, karena besok wawancara?"
"Hu um." Dinar mengangguk, padahal Ibunya di seberang sana tentu saja tak bisa melihat gerakan kepalanya. "Sampai kedutan lho, matanya Dinar. Kata Alana, itu karena tegang."
Ibu terkekeh. "Banyakin sholawat, nanti malem bangun tahajud, minta dimudahkan semuanya. Minta diberikan yang terbaik, apapun hasilnya. Jangan dibikin beban, biar gak grogi."
"Pengen peluk Ibu." Dinar menyandarkan punggungnya.
"Halaah, kemarin gak mau diantar Ayah sama Ibu, sekarang begini."
Dinar terkekeh. "Doakan Dinar lolos ya Bu."
"Ibu sih pengennya adik gak lolos."
"Ibuuuuuu."
Wanita senior di seberang sambungan terkekeh. Dengan suara sengau dan serak. Dinar menjadi resah dan curiga. Apa jangan-jangan terjadi sesuatu dan sengaja ditutupi?
Setelah ibunya berpamitan mau minum obat dan menyudahi komunikasi, Dinar buru-buru menghubungi kakaknya.
"Mas, ibu kenapa?" tanyanya tak sabar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Housemate
RomanceWarning : Adult romance. Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas, karena mau tidak mau, dia harus belajar menjadi seorang hotelier, dan me...