24. Sore yang panas (21-)

55.4K 3.5K 592
                                    

21- yaaa bukan 21+ 😩 tapi tetap aja hati2 kalau baca.
Tinggalin komen dan jangan lupa tap2 bintangnya.

Thank youuu.

👀👀👀

"Good, itu bagus kok. Kamu coba bikin flyer untuk promosi digital Tjakra House. Isinya tentang produk package. Mulai, room package, meeting room package, full board meeting. Soal harga, suami kamu bisa lah itu kasih arahan. Bikin harga bottom untuk marketing, sehingga mereka bisa improve harga saat penjualan, tapi tidak bikin rugi."

"Misal, paket meeting room untuk half day meeting, 350.000/ pack. Itu harga jual kan? Dan klien pasti akan nawar. Apalagi jika klien lama dan sifatnya paket. Nah, kamu harus punya harga bottom, sebagai batas bawah harga yang tidak bisa ditawar lagi. Misal, dari 350.000, bisa turun di angka 325.000, dengan perubahan varian menu coffee break dan lunch. Itu contoh. Atau kalau di full board meeting, bisa dengan pilihan jenis kamar. Sehingga, sama-smaa tetap untung."

Dinar manggut-manggut. Mereka sudah selesai makan dan sedang ngobrol bebas saja. Dinar memanfaatkan kesempatan ini untuk bertanya pada Fathan, mumpung mantannya ini duduk di dekatnya, dan sedang ramai-ramai begini. 

"Gak nyangka ternyata Mas manajer dulu satu kampus sama Nyonya Bos, ya." Mita, salah satu anak buah Fathan menggoda. "Temen kuliah aja kan? Gak ada ehem-ehem sebelumnya?"

"Ehem-ehem apa? Jangan mulai deh." Fathan seketika menampik. Bagaimanapun juga, dia tak mau menggadaikan posisinya saat ini, hanya karena isu dan membuat Bos kecil marah.

Awalnya, dia ingin kembali mendekati Dinar. Namun, foto pernikahan yang dikirim Presiden Komisaris Grand Royal di grup kantor, membuatnya sadar kalau dia harus mundur. Lawannya tak imbang, resikonya besar. Dia mencapai posisi ini dengan susah payah, ya kali harus rela melepaskan gaji, tunjangan dan fee yang selama ini dia dapatkan?

Meski, tetap saja dia penasaran. Dengan pernikahan yang terkesan buru-buru dari si Mantan.

Hmmm, dia juga tak mau cepu kalau semalam bertemu Bos kecil di salah satu klub malam. Meski, rasanya juga sangat penasaran, apalagi pria itu datang sendiri.

"Ya mantan, misalnya." Kali ini Rio ikut menggoda. "Kelihatan akrab aja."

"Jangan gosip!" Voni seketika menyela. "Kedengeran Bos kecil, potong gaji, tahu rasa."

Satu meja panjang pun tertawa.

"Mas Fathan ini kakak senior, pernah pacaran sama temenku. Seksi banget ceweknya dulu." Dinar ikut menjawab, yang langsung mendapat tendangan kaki yang pelan dari Fathan.

Siapa lagi cewek seksi yang dimaksud, kalau bukan selingkuhannya dulu.

"Masa?" Cewek-cewek marketing dan PR seketika menatap penasaran.

"Iya gitu deh." Dinar melirik pongah. "Emang selama di Jakarta, dia gak gebet cewek?"

"Sudah kayak kaum pelangi sih, Mas Fathan. Nempelnya ke Mas Rio mulu." Mita yang menjawab dan langsung membuat Rio ikutan melotot, sama seperti Fathan.

"Jangan ngawur ya." Keduanya kompak protes. Dan gelak tawa pun kembali mewarnai meja paling pojok.

Mereka mengobrol random, sampai Mita menepuk-nepuk Rio, yang duduk di sebelahnya. 

"Pak De, Pak De." Gerakan dagunya yang pelan, membuat seluruh kepala otomatis menoleh. 

Bas muncul, membuat Dinar menghela napas besar. Apalagi ketika Voni dengan suka rela berpindah tempat agar pria itu bisa duduk di sebelahnya. 

Housemate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang