Kalau nanti aku cetak, pada mau ikutan PO tidak? Mungkin sekitar Juni. Daaan sepertinya jadi dua buku karena tebal. 😄
Selamat membaca. Maaf lama update karena aku sempat stuck dan riweh ke sana-ke sini. 🥲
🏓🏓
Seharusnya aku enggak perlu nyekek Mas Bas, tapi ya gimana lagi? Rasanya kayak dikerjain, jadi tanganku refleks saja.
Dinar menghela napas besar sambil memandang kedua tangannya. Kalau teringat kejadian kemarin siang, memang rasanya masih panas dingin. Meskipun yang mereka lakukan adalah perbuatan yang sah sebagai suami istri. Tetap saja bayangan itu belum hilang dari ingatan Dinar.
Wajah Bas yang kesakitan seolah dunia akan runtuh kalau keinginannya tidak segera dituruti. Suara rintihan, erangan, dan sesuatu yang ukurannya membuat Dinar melotot, membuat bulu kuduknya kembali meremang.
"Mau teriak shibal sekiya, tapi suami sendiri." Dinar memijit pelipisnya. "Pelajaran apalagi, yang akan dia berikan setelah ini?" Tangannya menopang dagu, duduk di depan meja kamarnya sambil scrolling ponsel, lalu melirik pintu kamarnya yang tertutup. "Apa Mas Bas kapok ya gara-gara kucekik? Halah, gak mungkin."
Dinar meletakkan ponsel dan berjalan keluar kamar.
"Mana ada kamus kapok dalam hidupnya? Nanti juga, pasti minta lagi." Sambil terus bermonolog, dia berjalan menuju dapur. Hendak menyiapkan sarapan.
Hari ini weekend, mereka punya agenda yang cukup sibuk. Fitting, lunch bareng keluarga besar Papi Mami, lalu mendatangi gala premiere film horor yang dibintangi Rosita Atmodjo.
Nama itu lagi. Dinar masih penasaran, apa alasan utama Ros mengundang mereka hadir? Ros bukan Krisdayanti, dan dirinya juga bukan Ashanti. Untuk berteman akrab dengan perempuan itu, rasanya bukan ide yang bagus. Dinar justru feeling tidak enak.
Apa mereka yang menikahi duda cerai, akan selalu berhadapan dengan mantan istri? Sepertinya, hubungan Mas Bas, Ros dan Richard cukup rumit.
Dinar membuka lemari pendingin dan mengecek beberapa bahan makanan untuk membuat sarapan.
Pasti tidak mudah saat tahu hanya sebagai second choice. Poor Mas Bas. Kasihan juga. Ganteng-ganteng kena tipu. Kalau aku jadi dia, males banget ngasih harta gono gini.
Apa dia memang seroyal itu ya? Denganku yang baru kenal saja, sudah sekian miliar yang keluar. Dia juga mengeluarkan biaya untuk mencari Om Umar dan pelaku tabrak lari Mas Rav. Jika dipikir-pikir lagi, aku gak jauh beda sama Ros. Sama-sama memanfaatkan uangnya Mas Bas. Dan sekarang aku mulai nyaman dengan kehadirannya.
Dinar menghela napas besar.
Benar kata Alana, seharusnya aku menjaga ATM ku baik-baik, jangan mudah diserahkan pada orang lain.
Dinar jongkok di depan lemari pendingin. Membuka bagian bawah, hendak mengambil sayur. Dia ingin membuat sandwich. Saat tangannya mengambil selada, matanya termangu menatap terong ungu. Dia suka balado terong, itu sebabnya dia membeli beberapa meski belum sempat mengolahnya. Untuk sesaat pikirannya blank. Melihat terong itu, mengingatkannya pada sesuatu yang keras panjang besar dan kemarin kalah di tangannya.
Gila ya? Kemarin aku memegang punya dia yang sebesar ini?
Tangannya mengambil satu dan syok sendiri. Seketika pikirannya travelling kemana-mana. Campuran antara heran, kaget, lalu penasaran.
"Memang sebesar ini bisa muat, kalau masuk?"
"Masuk kemana Din?"
"Allahu Akbar."

KAMU SEDANG MEMBACA
Housemate
RomanceWarning : Adult romance. Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas, karena mau tidak mau, dia harus belajar menjadi seorang hotelier, dan me...