"Kamu gak buatin aku spring roll dulu, Din?" Bas berdiri di tengah pintu kamar ruang tamu, dan memperhatikan Dinar yang sibuk merapikan make up dan skin care-nya yang ada di meja.
"Aku packing."
"Packing apaan? Bajumu masih di koper semua. Tinggal angkut."
"Ya kan ada baju kotor yang belum kucuci." Dinar mengambil bag laundry yang terlipat kecil dan berada di salah sati selipan bagian koper.
"Aku laper, Din."
Dinar tak peduli, dengan wajah lempeng dia masuk ke dalam kamar mandi.
"Bukannya rapat-rapat kayak gitu, sudah ada konsumsinya ya?" Hanya suaranya yang terdengar.
"Ya aku makannya sedikitlah, kamu kan bawa spring roll tadi."
"Ya habislah, gak ngomong minta disisain."
Bas mendengkus. Semula dia berada diambang pintu kamar, lalu tiba-tiba memilih masuk dan memandang Dinar dari depan pintu kamar mandi.
"Bisa bikinin lagi gak sih? Aku penasaran rasanya. Sama gak seperti yang pernah kumakan?"
Dinar berjengit kaget, menoleh ke belakang dan langsung melotot sebal.
"Kok Mas Bas, masuk?? Gak bisa tunggu di luar? Aku lagi packing! Atau Mas mau lihat dalemanku? Aku ambilin nih, biar sawan kena daleman perawan."
Dinar segera memasukkan baju kotor yang sudah dilipatnya tadi pagi, dan menyodorkan pada Bas yang langsung mundur beberapa langkah.
"Kamu ini ngomong apa sih ah? Segala daleman dibawa-bawa."
"Ya lagian, kita kan disuruh Kanjeng Ratu pulang. Ini aku beresin baju dulu." Dinar keluar kamar mandi dan melewati tubuhnya. Aroma parfum Bas membuatnya mengernyitkan hidung. Aroma maskulin yang juga membuatnya menarik napas panjang.
"Iya, tahu. Nanti kita juga pulang ke sana, mending sekarang bikinin aku makanan deh, Din. Sebelum pingsan."
"Dih, wani piro?"
"Wani piro? Artinya berani berapa gak sih?"
Dinar menahan tawa dengan pertanyaan polos itu.
"Ya. Berani berapa minta dibuatin makan?" Dinar berbalik dan melipat kedua tangan di depan dada. Tidak ada takutnya berhadapan dengan Bas. Membuat pria ini jadi keki sendiri. "10 M? Mau?" tantang Dinar. Mayan lah, bikinin spring roll dapat duit.
"10 M bonus aku."
"Ih, males." Dinar mengedikkan bahunya. "Kalau mau pingsan, pingsan aja deh Mas, nanti aku kasih bantal."
Bas ketemu counter attack. Ini kalau gengnya pecinta janda tahu, atau Jess juga tahu, bisa habis dia di roasting tujuh hari tujuh malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Housemate
RomansaWarning : Adult romance. Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas, karena mau tidak mau, dia harus belajar menjadi seorang hotelier, dan me...