Dinar tak lagi bisa menikmati jalanan Jakarta dengan tenang. Satu jam perjalanan terasa hanya lima menit. Perasaan, mereka baru keluar dari apartemen, kenapa tiba-tiba sudah sampai saja?Rumah orang tua Bas memiliki halaman yang luas dengan banyak pepohonan yang rindang. Dinar pikir, rumahnya pasti besar dengan desain modern yang megah. Mengingat, Danu Gumelar adalah pemilik hotel bintang lima. Namun, ternyata tidak. Rumah Induk justru modelnya seperti rumah kuno dengan desain eropa klasik. Cukup besar, dengan bangun kecil berdinding kaca yang menempel pada rumah induk. Tempat berbagai tanaman bunga kesayangan Mami. Meski tidak terlihat megah seperti rumah konglomerat atau artis papan atas, tapi rumah orang tua Bas terkesan elegan.
Tangan Dinar terasa dingin. Baru semalam, dia menelpon kakak iparnya dan bercerita dengan senang kalau Tjakra House akan baik-baik saja. Bas akan menjadi investor untuk menutup hutang dan juga memberi modal untuk peningkatan penginapan. Masa iya, dia akan menelpon dan mengabari kalau, gak cuma dapat investasi tapi juga investornya?
"T-turun nih, Mas?" Suaranya sampai gemetar karena takut, saat mobil berhenti di depan rumah.
"Iya, turun. Ketemu orangtuaku. Setelah itu kita ke kantor." Bas menarik kunci dan membuka pintu.
"Kok Mas Bas, B saja sih?" Dinar menyusul masih dengan segala overthinking di kepalanya.
"Mau bagaimana lagi? Namanya juga ketahuan."
Dinar gondok. Jawaban Bas tidak memuaskan. Lantas, tiba-tiba saja dia teringat pertemuannya dengan Fathan di Stasiun.
"Ya Tuhan, masa ini karma karena ngibulin Fathan sih? Akhirnya kejadian beneran ketemu orang tua Mas Bas."
Bas yang baru saja menekan tombol lock pada kuncinya, menghela napas kasar.
"Bisa-bisanya kamu inget mantan disaat kita mau disidang, begini, Din."
"Ya gimana? Nanti aku jawab apa kalau Ibu kamu tanya macem-macem, Mas? Aku gak siap."
"Kamu diem saja, aku yang ngomong."
"Kalau aku dipaksa ngomong?"
"Jawab saja apa adanya, kamu datang untuk belajar. Jangan bahas masalah Om Umar."
Seketika Dinar terdiam. Benar kata Bas, bisa makin runyam kalau orang tua Bas tahu soal masalah ini. Bisa-bisa dikira, dia sengaja mendekati Bas karena hartanya. Di sinetron dan film-film kebanyakan kan begitu. Orang tua dari pihak lelaki yang kaya raya, seringkali merasa di atas angin, kalau ternyata perempuan yang bersama anaknya, tidak satu level.
"Eh, Mas."
"Apalagi, Din?" Bas yang sudah berjalan lebih dulu, terpaksa berhenti dan mendekati Dinar yang masih berdiri di samping mobilnya.
"Usia kita kan beda jauh. Level kamu juga Sultan. Apalah aku yang remahan peyek keinjek ini. Jadi, kalau Ibu kamu menyuruh kita pisah dan ngasih uang 10 Milyar, aku terima saja ya. Jadi, sama-sama untung. Aku dapat uang, kamu gak jadi keluar uang dan tetap bebas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Housemate
RomansaWarning : Adult romance. Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas, karena mau tidak mau, dia harus belajar menjadi seorang hotelier, dan me...