41. Jangan ganggu suamiku.

32.7K 3.2K 414
                                    

Dinar tak pernah membayangkan sebelumnya, kalau dalam sehari, akan pontang-panting seperti ini. 

Kedatangan Kanjeng Mami dan Paduka Papi yang dadakan berikut rombongan putri-putri mahkota membuatnya kaget setengah mati. Ditambah, rombongan dari sahabat-sahabat suaminya yang muncul tanpa pemberitahuan sebelumnya. 

Di waktu yang sesingkat itu, dia memastikan semuanya tertangani dengan baik. Makan malam di tepi kolam. Persiapan syukuran esok hari. Tak lupa, dia juga meminta Pak Thamrin untuk mengkondisikan Tjakra House esok hari. siapa tahu, Papi tiba-tiba ingin melihat proses renovasi hotel.

Di sela-sela keriwehannya, Dinar menyempatkan diri masuk dapur Grand Royal. Meminta izin pada kepala koki, kalau dia akan meminjam sedikit tempat di bagian cake&pastry, untuk membuat tart ulang tahun. 

Untuk kali pertama dalam hidupnya, dia membuat kue ulang tahun untuk seorang pria. Dulu, dia selalu menemani Ibu, ketika membuat kue untuk almarhum Ayah dan kakaknya, dan sekarang, dia membuat kue untuk suaminya. 

Kue itu dibuatnya dengan perasaan yang berdebar. Penuh kehati-hatian saat menakar, dan meminta pendapat koki bagian pastry untuk beberapa hal, karena dia kurang percaya diri. 

"Pak Dewangga, pasti bahagia sekali, ya? Punya istri seperti Mbak Dinar." Bu Kristin, penanggung jawab Appetizer dan dessert, di Grand Royal Batu berkomentar, saat menemani Dinar menghias kue yang sudah jadi. 

"Mudah-mudahan, begitu,Bu. Enggak kapok, punya istri bawel seperti saya."

Bu Kristin tertawa. "Perempuan memang harus bawel, kalau enggak bawel, kadang laki-laki suka seenaknya sendiri."

Dinar tertawa kecil. Setelah cake-nya selesai dan aman di lemari pendingin, Dinar menyusuri koridor hotel dan hendak menemui suaminya. Jam di pergelangan tangannya menunjukkan angka empat lewat tiga puluh menit. Saat melewati kolam renang, dia melambai pada Tiara yang sedang berada di kolam dan Ben yang duduk di salah satu pool chair.  Tanpa mendekati mereka, dia berjalan lurus dan berbelok menuju lift. 

Langkahnya berhenti, saat melihat seorang perempuan berdiri di dekat lift yang pintunya tertutup. Jantung Dinar berdebar. Meskipun memakai masker dan topi, Dinar bisa menebak siapa perempuan berambut panjang itu. 

"Hai, Dinar." Suaranya lembut mendayu. Dan Dinar ingat, siapa pemilik suara ini.

Kenapa dia ada di sini? 

"Kak Ros? Hai." Dinar berusaha bersikap luwes. Tak menutupi keterkejutan. Namun, tidak menunjukkan rasa panik. "Nginep di sini? Sejak kapan? Kok Mas Riko gak ngasih tahu ya?"

"Riko?" Dahi Ros mengernyit. 

"Oh, General Manager hotel ini."

Dinar  menjelaskan, meski penasaran juga. Kenapa Ros tidak tahu nama GM Grand Royal Batu, padahal Riko bekerja di sini sudah lima tahun. Apakah Ros tak pernah peduli dengan siapa saja pegawai di sini, atau, belum pernah diajak Bas ke sini?

"Oh. Yah, aku susah mengingat nama, lebih mudah mengingat wajah."

Ros tertawa kecil, dan Dinar menanggapi dengan senyum tipis. 

"Aku check in, atas nama managerku. Kami liburan saja ke sini. Tanpa sepengetahuan siapapun. Yaaah, merepotkan kalau ketahuan wartawan gosip. Mereka suka melebih-lebihkan, berita." Ros melipat kedua tangannya dan berwajah kesal sendiri. Seolah, menunjukkan kalau dia adalah artis terkenal yang akan diserbu penggemar jika ketahuan. Menggelikan. Bukankah, dia baru kembali setelah vakum dari dunia hiburan? Memangnya masih punya banyak penggemar? 

Dinar tersenyum tipis. "Well, selamat liburan kalau gitu. Aku permisi dulu, kak. Suamiku lagi nunggu." Malas berada dalam satu lift yang sama, Dinar hendak memakai lift di bagian sisi gedung yang lain. Namun, Ros dengan cepat menahannya. 

Housemate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang