43. Dalem, Sayang.

52.9K 4K 669
                                    

"Please Ros. Lo harus bisa berpikir jernih." Bella mengomel saat mereka sudah kembali ke dalam kamar.

Ros berdecak sambil duduk di tepi tempat tidur. Menyilangkan kaki dan melipat ke dua tangannya di depan dada. Wajahnya tampak kesal. Bella lebih kesal lagi. Dia merasa malu pada Dewangga Baskoro dengan membiarkan kelakuan sepupu yang juga artisnya saat ini.

"Lo semalam lihat sendiri, cara Bas memperlakukan istrinya. Dia bahkan tidak malu mencium perempuan itu di depan umum." Bella berkacak pinggang. "Lo sama Bas sudah masa lalu, gak usah lo resekin lagi."

"Apa sih ah? Bawel banget."

Bella melotot. Dia benar-benar kesal dengan respon Ros yang selalu seperti ini.

"Lo kalau ada masalah sama Icad, selesaikan. Jangan cari pelarian. Bas sudah gak sendiri. Lagipula, tiga tahun lalu, lo yang ninggalin dia. Emang lo gak malu? Tiba-tiba nyari dia lagi."

Ros memalingkan muka dengan sindiran itu. Menatap pegunungan dari balik dinding kaca kamarnya.

"Tuhan pernah ngasih lo cowok seperti Bas, tapi lo sia-siain. Lo tinggalin hanya karena Maminya yang judes dan julid itu. Sekarang, lo mau deketin dia lagi. Mau lo apa sih, sebenarnya?"

"Maminya memang resek. Dari awal Maminya memang gak suka sama aku." Ros menoleh ke arah Bella.

"Ya bertahan lah, kalau emang lo beneran cinta sama anaknya."

Ros berdecak lagi dengan omelan itu.

"Kayaknya sih, elo gak beneran cinta sama Bas."

"Apa sih?"

"Gue tahu ya, lo diem-diem menemui Icad saat hubungan lo sama Bas di ujung tanduk gara-gara Maminya."

Ros kembali memalingkan muka.

"Dan Lo tidur sama Icad." Bella menambahkan dengan nada kesal.

Ros menghela napas besar.

"Gue salah."

"Lo emang salah. Lo gila ya? Kalau lo belum jadi bini orang, terserah lah, lo mau tidur sama siapa. Tapi konteksnya lo masih jadi istri Bas, dan lo mudah banget bertekuk lutut di depan Icad, hanya karena dia memberikan bahunya saat lo ribut sama laki lo. Lo gila ya?" Bella melempar paper bag berisi jam tangan senilai ratusan juga ke atas tempat tidur, lalu menghempaskan diri di salah satu kursi kamar.

"Gue ngomong apa adanya. Dan sorry, kalau lo tersinggung." Bella membuka air mineral botolan yang disediakan hotel, dan menenggaknya karena emosi.

"Lo lari ke Bas, ketika hubungan Lo sama Icad gak ada masa depan. Icad gantungin lo tanpa kepastian dengan alasan ibunya enggak memberikan restu. Padahal lo udah kasih segalanya buat dia kan? Lo kasih kehormatan lo, karena lo bucin sama Icad. Tapi cowok dark itu gantungin lo."

Bella benar-benar melampiaskan kekesalannya. Tangannya sampai menuding Ros dengan botol yang ada di tangannya.

"Waktu lo deketin Bas, gue seneng Ros. Sumpah seneng. Bas cowok baik-baik. Dari cara dia nge-treat lo waktu clubbing aja, udah kelihatan, kalau dia bukan cowok brengsek yang memanfaatkan tubuh lo ketika lo mabuk. Dia hubungi gue, dan nganterin lo pulang dengan selamat. Dia mengusahakan berbagai cara agar dapat restu Maminya, dan begitu dapat, lo sia-siakan hanya karena Maminya setengah hati memberi restu. Harusnya lo juga usaha Ros, gimana caranya Maminya suka. Bukannya lo selingkuh dan lari ke Icad. Lo bahkan beberapa kali tidur sama Icad, padahal status lo masih istri orang."

"Bisa diem gak sih?"

"Gak bisa." Bella sudah muntap. "Gue udah nahan lama banget, Ros. Gue udah sering ngingetin elo, tapi elo masa bodoh."

Housemate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang