🔥🔥🔥
Menjadi Nyonya Dewangga Baskoro? Astaga.
Dinar rasanya masih tak percaya kalau pada akhirnya menyanggupi keinginan Bas. Menikahi pria itu, yang artinya akan tinggal satu atap dan juga mengurus semua kebutuhan mereka bersama.
Pft. Dinar menghembuskan napas kasar. Sudah berganti hari, dan mereka belum membicarakan apapun secara khsusus soal itu. Bas memberinya waktu untuk menenangkan diri setelah kejadian kemarin. Lagipula, ada Om Lucky. Bas lebih banyak berbincang dengan pamannya, tentang apalah yang dia sendiri tak paham dan tidak diizinkan untuk ikut bergabung.
Dinar sudah bisa menebak apa yang mereka bicarakan. Pastinya tentang masalah yang ditinggalkan Om Umar.
Paman tak tahu diri yang belum tahu kemana rimbanya. Hilang bagai ditelan bumi. Dia bahkan tak tahu, apakah pamannya masih hidup atau tidak.
"Aldi mau daftar karate katanya, Mbak." Nuri, salah satu pegawainya yang saat ini menggantikan Aldi bertugas di meja resepsionis, berkomentar. Setelah kejadian kemarin, Dinar memberi hak cuti pada Aldi dan Pak Thamrin, agar bisa istirahat. Bahkan secara khusus, dia ditemani Bas dan Pamannya mengantar keduanya pulang, setelah periksa ke klinik terdekat. Dan ikut menjelaskan kenapa bisa babak belur.
"Kenapa dah? Biar bisa gelut kalau preman-preman itu datang lagi?" tanya Dinar penasaran.
Nuri mengangguk. "Katanya, gara-gara melihat pacar Mbak Dindin, dia terinspirasi mau jadi pendekar."
"Bukan pacar, Nu." Dinar geleng-geleng kepala sambil asyik mengecek media sosial Tjakra House melalui ponsel. Tangan kanannya sudah lebih baik, meski kadang masih terasa sedikit nyeri.
Nuri cekikikan. "Moso?" Dia masih menggoda atasannya. "Keren lho pacare Mbak Dinar. Wes ganteng, pinter gelut pula. Rasanya pengen ngomong, menyalaaa abangku." (Masa?)
Dinar terbahak, ketika Nuri menyebutkan kalimat yang lagi happening di obrolan anak muda zaman sekarang. Frasa yang digunakan untuk memuji orang lain, yang memiliki kemampuan menonjol atau keistimewaan, lengkap dengan emotikon api membara.
"Halah, awakmu wingi singidan," sindir Dinar lagi. (Halah, kamu kemarin sembunyi.)
"Gemeter, aku, Mbak. Wedi lah aku." (Takut)
Nuri menunjukkan kedua tangganya, memperagakan bulu kuduk yang merinding. Kemarin, saat preman-preman itu menghancurkan lobi, menghajar Aldi dan pak Thamrin, serta melecehkan Dinar, dia ingin membantu, tapi kakinya beku. Tubuhnya gemetar, di balik tembok bersama Bu Siti dan rekannya yang lain.
"Maaf ya mbak, kemarin aku, Bu Siti sama Winda pengecut, kami sudah hampir keluar. Alhamdulillah pacar Mbak Dinar datang."
"Namanya Mas Bas, jangan disebut pacar Mbak Dinar, pacar Mbak Dinar terus." Dinar mengoreksi panggilan itu, karena terdengar aneh di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Housemate
RomanceWarning : Adult romance. Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas, karena mau tidak mau, dia harus belajar menjadi seorang hotelier, dan me...