27. Ujian praktek

41.6K 3.7K 920
                                    

Part kemaren hampir 700 komen 😫
Terhura, kayaknya lapak ini memang panen komen terbanyak diantara cerita-ceritaku lainnya.

Kamsia, matur nuwun, makasiih. 😘
Jangan lupa tap-tap bintangnya.

Ohiye, tetep yeee, karena ini cerita agak dewasa jadi ada adegan-adegan skinship. Kalau gak suka boleh skip. 😘

💋💋💋

"Gak mau tahu, pokoknya Mas Bas yang ngasih tahu Mami sama Jess, kalau aku gak bisa kemana-mana. Terserah alasannya apa, asal alasan yang benar, jangan ngawur, nanti bisa kena roasting."

Dinar memakai masker karena malu. Sungguh, dia syok. Bagaimana bisa, hanya ciuman saja bisa bikin bibir bengkak?

Hmm, ya sih, ciuman mereka memang hot seperti di drakor yang pernah dia lihat. Seingatnya, tangan Bas bahkan sempat kemana-mana. Membuatnya refleks memberi pukulan karena kaget. Namun, bukannya berhenti, Bas tetap saja lanjut. Mereka berciuman sampai kehabisan napas. Setelah ambil napas, ciuman lagi. Begitu terus, sampai Bas yang menyudahi. 

"Kok Mas Bas gak bengkak? Kenapa cuma bibirku yang bengkak?" Dinar mengekori suaminya yang kembali ke kamarnya sendiri. 

"Ya, karena aku buldoser, seperti katamu."

"Kalau kayak gini sih, lebih tepatnya vacuum cleaner. Di sedot sampai jontor."

Bas tertawa. "Gak jontor, Din."

"Bengkak, iya. Gak lucu ah, pakai tertawa, Om Mesum."

Apapun panggilan Dinar, Bas puas. Semalam, setelah istrinya tidur. Susah payah dia menurunkan tegangan karena yang di bawah pun bereaksi dengan baik. Untung saat berciuman, dia mengambil jarak tubuh yang pas, sehingga Dinar tidak tahu. Bisa-bisa istri kecilnya panik. 

Bas melepas kaos. Memperlihatkan punggungnya yang, hmmmm. Tegap, seksi, menawan hati. 

"Kok buka baju?" Dinar membelalak. 

Bas menoleh, mendapati istrinya yang kaget dan salah tingkah.

“Mau mandi, Din. Subuhan.”

“Oh.” 

"Kenapa? Mau ikut, mandi?"

"Ih, ogah ya." Dinar balik badan dan keluar kamar, meninggalkan suaminya yang tertawa penuh kemenangan.

Hih kesal. Mending dia juga mandi. Gerah,  dan harus ganti ini itu. Awal-awal datang bulan selalu deras, dan kadang dia insecure karena takut bau anyir.

Masa dia gak risih sama bauku? Ini saja rasanya bau banget badanku. Meskipun kamar full AC, tetap saja gak pede.

Dinar menghela napas besar. Mengambil handuk dan masuk kamar mandi. Biasanya, setiap datang bulan, dia selalu minum jamu kunyit asam. Nah, karena sekarang lagi di Jakarta, dan tidak begitu familiar dengan tempat-tempat di sini, dimana dia mencari jamu tradisional? Apalagi, mereka mendiami hunian elit. 

Delivery aja kali ya, pasti ada lah yang jual. Nanti deh,  cari di gopud.

Setelah mandi. Dinar merapikan kamar. Menata bantal, menarik selimut dan memastikan semuanya rapi. 

Bayangan tadi malam kembali berputar, membuat jantungnya berdesir halus. Mulai dari kehebohan di IGD klinik, pesan manis yang di sematkan di gelato, lalu ciuman panas sampai bibir bengkak. 

Perasaan apa ini? Masa aku menyukai Mas Bas secepat ini? Gak mungkin. 

Dinar meraba dadanya sendiri, lalu meraih ponsel, dan merebahkan badannya di atas kasur. Separuh kakinya menggantung di tepi tempat tidur. 

Housemate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang