5. Ada yang--

43.2K 3.7K 395
                                    

Siapa kena praaaaank? Ahahhahahaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa kena praaaaank? Ahahhahahaa.

🥪🥪🥪

Tidak ada waktu untuk larut dalam kesedihan. Setelah komunikasinya dengan Bas selesai, Dinar mencari kakak iparnya yang sedang menemani Ebra dan Ibu di taman samping.

Dinar lega, Ibunya sudah terlihat lebih baik, meski wajahnya masih pucat. Perempuan senior dalam keluarganya itu, sedang bermain lempar bola plastik dengan sang cucu.

Semalam, Ebra rewel, dia menangis mencari ayahnya dan membuat pilu seisi rumah yang mendengar. Dinar bahkan tidak kuat, dan diam-diam keluar rumah. Bersembunyi di sudut taman dekat paviliun, dan menangis di sana. Menumpahkan semua duka, tanpa tahu kalau diam-diam ada yang mengawasi.

Pak Thamrin benar-benar melaksanakan tugas baru yang diminta Bas. Mengawasi dan melaporkan dengan detil hal-hal yang dirasa perlu untuk diketahui pria itu.

"Mbak, aku ke ruang kerjanya Mas Rav ya? Di sana pasti banyak buku-buku manajemen bisnis. Aku perlu belajar," kata Dinar.

Citra mengangguk. Membiarkan adik iparnya ke paviliun sendirian. Tempat dimana Rav dan keluarga kecilnya tinggal selama setahun terakhir. Setelah suaminya meninggal, Citra lebih memilih menempati kamar lama suaminya, yang berada di dekat kamar ibu mertuanya. Paviliun terlalu besar, untuk dihuni berdua dengan Ebra. Lagipula, tempat itu hanya akan membuatnya menangis, untuk saat ini.

***

Dinar tak menyangka, mempelajari tentang aset saja, ternyata tak cukup dalam sehari. Dia membawa buku-buku yang dianggapnya perlu, dari ruang kerja Rav, ke kamarnya yang ada di bagian depan rumah induk.

Selama beberapa hari dia tenggelam di kamar, menandai bagian yang penting. Lalu membuat rangkuman catatan di sebuah buku. Beberapa kali dia menahan diri untuk tidak menghubungi Bas, jika ada hal yang tidak dipahaminya. Pria itu bilang, dia harus berusaha sendiri terlebih dahulu.

"Dinar." Suara lembut dan ketukan di pintu membuatnya menoleh. Amelia Wongso muncul dengan segelas susu hangat di nampan.

Dinar melepas kacamatanya, dan menerima susu itu.

"Terima kasih, Bu," ucapnya tulus.

Ibu tersenyum, duduk di tepi tempat tidur dan menatap buku-buku yang terbuka di meja anaknya.

"Susah ya?"

"Gak kok Buk, seru malahan. Nih, Dinar sudah catat semua."

Amelia Wongso tersenyum, mengusap lembut kepala anaknya.

"Ibuk jangan khawatir, Dinar akan melanjutkan mengurus penginapan itu. Tugas Ibu mendoakan sama jaga kesehatan."

"Kamu juga jaga kesehatan, Nduk. Jangan diforsir sampai larut."

"Enggeh."

"Om kamu masih di rumah Tante Leni ya?" Amelia Wongso menyebut nama istri kedua adik iparnya.

Housemate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang