4497 kata 😲😲
Ini kalau vote dan komennya gak banyak, aku ngambek. 😡💋💋💋
Bas memandang sepiring nasi goreng yang masih mengepulkan asap dan baru saja diletakkan Dinar di hadapannya. Aromanya yang menggiurkan membuat perutnya yang keroncongan sejak tadi, makin ribut. Nasi goreng yang dihadapannya, tentu saja berbeda dengan nasi goreng yang biasa dibelinya di restoran.
Nasi goreng di hadapannya tidak di plating unik dengan porsi sekiprit. Nasi goreng di hadapannya, lebih mirip nasi goreng porsi jumbo, dengan isian yang melimpah. Ada potongan sosis, telur orak-arik, slice beef yang sudah di potong kecil-kecil, juga satu buah telur mata sapi yang kuningnya bulat sempurna.
Dinar juga memotong mentimun, dan diletakkan dalam piring kecil yang terpisah. Aroma lezatnya melebihi yang biasanya dia beli di restoran.
"Level berapa ini?"
Meski sangat lapar dan tergoda untuk melahapnya, Bas perlu memastikan lebih dulu.
"Level minus setengah." Dinar menjawab dengan tampang cuek, membuka kaleng kerupuk yang sebelumnya tak pernah ada di rumah ini.
Ya iyalah, buat apa ada kaleng kerupuk di rumah ini. Bas saja makannya di luar, rice cooker saja baru punya. Sungguh mengenaskan sekali hidup si mantan duda satu ini.
"Maksudnya apa tuh?" Bas masih tak mau menyentuh nasi gorengnya, wajahnya seolah takut kalau makanan lezat ini berisi racun. Padahal kelaparan.
"Gak pedas Mas. Aku pilih ngalah nih, pedasnya pakai ini saja." Dinar menggoyang botol kecil bertuliskan sambal chilli flakes ikan roa. Lalu menuangnya banyak-banyak di atas nasi gorengnya sendiri.
Bas bergidik. "Gak kepedesan kamu?"
"Masih pedesan omongan orang julid."
Pria di depannya menahan tawa. "Terima kasih ya," ucapnya tulus, sambil menyendok nasi goreng, lalu menggumamkan bismillah dan menyuapkan ke mulutnya
Dinar jadi penasaran, jika hal sesederhana ini saja —Doa sebelum makan— Bas tidak pernah lupa, kenapa urusan norma tidur satu tempat tidur dengan wanita yang belum dinikahinya menjadi lupa? Sebucin apa pria ini dengan mantan istrinya saat itu, hingga nekat pakai cara yang di luar nalar, hanya untuk mendapat restu.
Kalau aku tanya dan bikin insecure, mending gak perlu tahu sih.
Dinar fokus dengan nasi gorengnya sendiri.
Toh, itu masa lalunya.
Saat ini, ada yang lebih membuatnya penasaran, tentang siapa yang meninggalkan memar di dada Bas. Jika itu perbuatan rentenir-rentenir yang mencari pamannya, maka dia akan selalu mengekor Bas, untuk memastikan pria ini baik-baik saja. Dia tak mau, Bas mengambil resiko besar menjadi tameng baginya. Setelah banyak uang yang digelontorkan pria itu padanya.
Bahkan, beberapa hari yang lalu, Bas sudah menginstruksikan Pak Thamrin untuk mulai merenovasi Tjakra House secara bertahap, sesuai dengan ide Dinar yang tertuang di proposal bisnis, sebelum mereka menikah.
Dan tentu saja, biaya renovasinya tidak sedikit. Jadi, kalau pamannya membahayakan pria ini, dia tidak akan tinggal diam.
"Tadi sore, Mas minta agar aku melupakan Om Umar. Pasti ada hubunganya dengan memar yang ada di dada kamu, iya kan?"
Bas yang sedang khusyuk makan malam, mengangkat wajahnya. Sepertinya Dinar sudah tidak sabar, sehingga mendesaknya menjawab meski makanan mereka belum habis.
"Iya. Kamu makan dulu, kalau sudah habis, baru kita ngobrol."
Dengan patuh, Dinar langsung fokus menghabiskan makan malamnya, membuat Bas geleng-geleng kepala sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Housemate
RomanceWarning : Adult romance. Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas, karena mau tidak mau, dia harus belajar menjadi seorang hotelier, dan me...