7. Mantan Vs Masa Depan

30.6K 3.4K 461
                                    

Tinggalkan komen yang banyaaak kalau kamu sukaaaa 😄 Seneng baca komentar lucu kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tinggalkan komen yang banyaaak kalau kamu sukaaaa 😄 Seneng baca komentar lucu kalian. Bikin semangat.

🚎🚎🚎🚎

Setelah mendapat izin Sang Ibu, dan  berhasil mendapat surat perjanjian kredit yang disimpan Om Umar di rumahnya. Dinar ke Jakarta dengan menggunakan kereta malam.  Orang pertama yang dihubungi tentu saja Alana.  Karena untuk beberapa hari ke depan sampai urusannya dengan Bas selesai, dia akan menumpang di rumah sahabatnya. 

Dinar mengabaikan rasa malu jika nanti bertemu pria itu. Yang ada dalam pikirannya sekarang adalah, bagaimana caranya melepaskan diri dari orang-orang yang mengejar Om Umar. Dengan kosongnya rumah sang paman, orang-orang itu tentu akan mencari rumah saudaranya. Tidak ada orang di dunia ini yang senang, uangnya hilang tanpa kejelasan. 

Sambil memandang gelapnya malam dari jendela kereta, Dinar mengelus dada. 

"Penginapan dan rumah harus aman. Karena dua tempat itu milik Ayah. Aku gak boleh kehilangan."

Dinar membuka ponselnya, membaca kembali lembar kerja yang dikirimkannya pada Bas. Lembar kerja yang batal dibahas pada kamis malam.
Pria itu masih belum menghubunginya, dan dia juga belum mengabarkan kalau akan ke Jakarta.

Dinar membaca kembali, hasil analisa aset Tjakra House yang sudah dirangkumnya. Mempertimbangkan harta mana saja yang sekiranya bisa dia jual. Meski dia tidak tahu, mana dulu yang harus dibayar. Pihak bank, atau bapak-bapak arogan dengan lima preman di belakangnya. Mau dijual hampir seluruhnya dan hanya menyisakan penginapan pun, rasanya tetap saja tidak bisa menutupi hutang yang ditinggalkan Om Umar. 

"Aku bahkan tidak tahu, om ku masih hidup atau tidak."

Dinar menghembuskan napas kasar. Memikirkan bagaimana cara menyampaikan ini pada Bas, tanpa terkesan minta belas kasihan. Dia tak mungkin meminjam uang pria itu untuk menutup semua hutang-hutang pamannya.

Yang ada malah gali lubang tutup lubang. Duit dari mana juga untuk membayar cicilannya pada Bas?

Nominal hutang yang ditinggalkan pamannya tidaklah sedikit.

Dimanapun kamu berada Om. Semoga hidupmu takkan tenang dan segera pulang.

***

Bas menguap. Semalam pulang dini hari setelah kumpul dengan geng pecinta janda. Mengingat  kembali nama grup yang dibuat Diki, membuatnya berdecak malas. Dia adalah orang pertama yang protes, tapi diabaikan empat teman lainnya. 

Hari Minggu, dan dia memilih bermalas-malasan di rumah. Tangannya meraih ponsel yang semalam mati daya dan baru di charge-nya, dua puluh menit yang lalu. 

Saat benda pipih itu menyala. Ada beberapa pesan masuk dan panggilan tak terjawab. Dari Kanjeng Mami. 

Kelayapan kemana kamu Bas? 

Housemate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang