26. Pesona overcook.

47K 3.9K 937
                                        

Pada nungguin tidak?
Btw, makasiiih, komennya kemarin banyak banget. 🥰🥰

Ohya, karena judulnya aja housemate ya, dan adaptasi dua orang yang menikah beda usia, pasti isinya gak jauh-jauh dari adegan tidak untuk di bawah umur. 😆

Tapi ya, eksplisit aja, gak yang vulgar, bar-bar ketumbar. Rada panas tipis-tipis, meski kata teman-teman, kurang panas 🤣 Ya udah, coba bacanya sambil duduk depan kompor 🤭🤭

Ohya, aku jarang bikin story di IG, lebih sering di WA. Jadi, yang mau berteman denganku, silahkan save no yang ada di bio. Aku suka spill tipis-tipis di story WA.

Yuk gaskeun barudak! Selamat membaca.

💋💋💋

"Tas harga milyaran itu, bentuknya kek apa, coba?"

Omongan Jess masih terngiang-ngiang di telinga Dinar. Membuatnya penasaran, seperti apa harga tas yang milyaran. Andalannya tentu saja Mbah gugel. Sekali menulis keyword, gambar-gambar pun bermunculan. Termasuk, berita artis mana saja yang tasnya milyaran. 

Eh, muncul juga nama Rosita Atmodjo. Menenteng tas seharga 1 milyar lebih. 

Iuh! 

Dinar mengecek gambar itu yang kemudian membawanya ke sebuah akun instagram fanbase Rosita. Akun itu membahas tentang outfit yang dikenakan mantan istri Bas. Dari baju, sepatu, tas, perhiasan, bahkan bando yang dikenakannya. Total, 1 Milyar lebih. 

"Ya Allah Gusti, ini duit Mas Bas semua, nih? Sekali tampilan?" ocehnya, sambil mengecek tanggal postingan, yang ternyata postingan lama sekitar empat tahun yang lalu. "Ya bener sih, duit Mas Bas. Mereka cerai kan tiga tahun lalu."

Dinar menopang dagu sambil tetap scroll medis sosialnya. Duduk di cafe lantai satu apartemen.

Setelah mengantar Jess dan Mona ke parkiran bawah, dia memutuskan duduk di pojok cafe, karena bosan di dalam rumah. Dan di sudut itu pula, dia kembali overthinking, meski adik iparnya mengingatkan agar tidak memikirkan masa lalu suaminya.

"Aku gak cemburu sih. Cuma, duit segitu kalau cuma buat beli tas,  sayang banget. Mending beli produk lokal Indonesia. Itung-itung membangun perekonomian bangsa. Biar UMKM juga terus maju. Bukannya malah beli produk-produk Luar Negeri begini."

Dinar mencibir, menyesap es kopinya. Meletakkan ponsel dan memandang jalanan Jakarta dari balik dinding kaca. 

"Kok rada kesal ya." Dia menghembuskan napas kasar. "Bener sih, kata Mami. Mas Bas bodoh. Mau-maunya diporotin. Eh, tapi aku termasuk morotin dia gak sih?"

Dinar terus bermonolog, lalu memilih diam, saat ada Mas-Mas dengan tampilan eksmud, yang baru membeli kopi dan duduk tak jauh darinya, menatap dengan heran. 

Jangan sampai dia mikir, aku gila. Gak pernah lihat film drakor apa ya? tokoh utama cewek kan sering ngomong sendiri kalau lagi kesel. 

Dinar pun kembali menekuri ponselnya. Membuang rasa bosan dengan menonton video-video lucu saja. Suaminya toh belum pulang.  Bosan juga menunggu di dalam rumah.

"Heh, istri orang." 

Dinar berjengit kaget, dan menganga melihat siapa yang baru duduk di depannya. 

"Kok sudah pulang?" Dinar melihat jam digitalnya, lalu kembali menatap Bas. Tak terasa, sudah tiga puluh menit dia di sini.

Pria di depannya mengangkat alis, kancing kemejanya sudah longgar, dan memperlihatkan kaos dalam yang dikenakanya. Lengan kemejanya juga sudah terlipat hingga siku.

Housemate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang