Warning : Mengandung mature content.
***
Dinar melenguh pelan, ketika Bas menempatkan miliknya dengan utuh sempurna. Sesuatu yang melesak masuk dan membuat Dinar merasa sesak dan penuh. Padahal, dia baru saja mencapai pelepasan dan masih mengatur napas.
"Pelan-pelan, kenapa sih Mas?" Dinar protes dengan wajah yang terasa panas. Suhu tubuhnya meningkat. Dan dengan posisinya saat ini, Dinar merasa terekspose jelas. Bas yang ada di bawahnya tersenyum nakal, menatap hasil kerjanya yang membuat Dinar berantakan. Tali bra warna nude itu, luruh melewati bahu, dan menjuntai ke lengan, sangat seksi di mata Bas. Selimut yang menutup tubuh mereka, juga melorot sampai ke pinggang Dinar yang mulus.
"Aku cuma masukin doang. Gak ngapa-ngapain, gini lho."
"Doangmu itu lho."Dinar cemberut. "Setelah ini, apa?" tanyanya dengan wajah memerah. Merasa tak nyaman dan juga malu karena berada di atas suaminya. "Jangan diliatin seperti itu." Dinar menutup mata elang yang menatapnya dengan telapak tangan kiri. "Malu, tahu gak sih?" Dia merasa seperti pameran, karena ditatap dengan lekat.
Bas tertawa kecil. "Gak ada bagian tubuhmu yang belum kulihat, Din. Jadi enggak perlu malu." Tangannya mencoba menyingkirkan tangan Dinar, tapi rupanya tangan kecil itu sangat kokoh bertahan.
"Iya, tapi posisi kayak gini, rasanya vulgar banget. Mas Bas ngeliatin segitunya."
"Kamu cantik, Din."
"Ya, tapi malu."
Oke. Dia harus memikirkan cara. Bas memutar otaknya dengan cepat, agar kelas malamnya bisa segera dimulai.
"Kamu mau gerak, kalau aku tutup mata?" tanyanya.
"Iya. Tapi aku enggak percaya kalau Mas cuma merem. Mas gak bawa dasi ya?"
"Hah? Ya enggak lah Din. Buat apa,dasi? Buat nutup mataku?" Masih dengan mata yang tertutup telapak tangan Dinar, Bas bertanya keheranan.
"Iya. Buat nutup mata Mas Bas. Gak mungkin kupegangi terus begini kan?"
"Gak usah dipegangi, aku tutup mata sendiri."
"Maaf, Mas, aku enggak percaya denganmu untuk urusan yang seperti ini."
Bas tertawa. Bahkan berdebat dengan posisi seintim ini, terasa menyenangkan, ketika dilakukannya bersama Dinar.
"Ada di ruang kerjaku. Aku meletakkan dua dasiku di sana. Mau ngambil? Tapi, yang kaku ini harus lemes dulu sih, Din. Kalau enggak, masa aku ke luar kamar dengan posisi tegak begini? Yang benar aja."
Dinar menganga dengan omongan tanpa filter itu. Saat mereka belum menikah, Dinar suka membuat Bas mati kutu. Setelah menikah, ganti dia yang rasanya mati kutu dan susah mengatasi kemesuman suaminya. Apalagi ketika memulai pengajaran kelas malam dan kadang kelas siang.
"Ada dasterku." Selintas ide muncul di otak Dinar.
Bas terdiam sepersekian detik. Mungkin dia syok. "Wajahku mau ditutup daster, gitu?" tanyanya ragu.
"Iya."
Bas terbahak. Tak menyangka, ada saja kerandoman istrinya.
"Dasterku wangi ya." Dinar memukul pelan lengan suaminya dengan tangan kanan yang bebas.
"Bukan wanginya, tapi ya sudah, kita pakai daster saja. Biar kamu cepat gerak."
Dinar gemas. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu mendapati dasternya berada di ujung tempat tidur. Saat dia meraih benda itu, Bas tiba-tiba bangun, mengeluarkan salah satu dada Dinar dari balik bra dan melahap dengan rakus.

KAMU SEDANG MEMBACA
Housemate
RomanceWarning : Adult romance. Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas, karena mau tidak mau, dia harus belajar menjadi seorang hotelier, dan me...