Warning : Adult romance.
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas, karena mau tidak mau, dia harus belajar menjadi seorang hotelier, dan me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Part ini yang kalian minta kaaaan? Dan seneng kolom komentar part kemarin rameee. Part ini juga ramein komentarnya 🤭
🌲🌲🌲
"Hapus gak?" Bas geram dengan tingkah adik bungsunya. Setelah menangkap basah, main foto sembarangan. Sudah gitu, dengan wajah tanpa dosa, Jessika menjabat tangan Dinar dan memperkenalkan diri.
"Jessika, adiknya Mas Bas."
"Oh. Dinar." Dengan kikuk, Dinar membalas jabat tangan itu. "Aku kira mantan istri Mas Bas, sudah takut duluan, aku."
Jessika tertawa terbahak-bahak. Mereka masih berdiri di depan pintu, di bawah tatapan tajam Bas yang ketar-ketir.
"Ngapain takut sama mantan istri Mas Bas? Sudah mantan, gak ada hubungan. Yang terpenting adalah saat ini, untuk masa depan."
Dinar mengernyit, tidak paham dengan maksud perempuan cantik berambut panjang di depannya. Tampilan wanita ini menggambarkan isi dompet. Cantik, berkelas, meski tidak dandan menor dan tidak terlalu menggunakan perhiasan yang mencolok.
"Ngomong apa sih,kamu?" Bas kesal, berusaha merebut ponsel adiknya. Buru-buru Jessika menghindar dan masuk ke dalam rumah. Meletakkan goody bag berisi makanan yang menjadi titipan mami di atas island table, dan tertegun dengan apa yang tersaji di sana.
"Ini?" Tangannya menunjuk makanan yang ada di atas meja.
"Mbak, sudah makan? Kalau belum, gabung yuk." Dengan ramah dan cekatan, Dinar segera kembali ke dapur dan menyiapkan satu porsi lagi. Jessika mengernyit, memperhatikan Dinar dengan cermat.
"Yang di meja masih utuh kok, buat Mbk Jessika saja. Aku pakai yang di sini gak papa." Gadis di depannya menoleh sebentar, lalu sibuk memindah ini itu.
Jessika lantas menoleh pada abangnya yang masih menatap tajam. Tatapan Bas jelas menyuruh pergi, tapi tentu saja dia tidak mau. Apa yang dia tangkap saat ini adalah jackpot. Baru saja tadi, Mami mengeluh karena abangnya masih membujang setelah tiga tahun bercerai Lalu, sekarang? Dia mendapati abangnya tidak sendiri.
Ini kan tangkapan bagus, buat cepu ke Kanjeng Mami.
"Kamu yang masak, nih, Din?" Jessika duduk di tempat Dinar semula. Wajahnya ngeces melihat tampilan ayam panggang yang ada di depanya.
"He em, tapi gak tahu deh rasanya. Cocok apa enggak." Setelah selesai menata sisa potongan ayam panggang dan potato wedges di atas piring, Dinar mengambil duduk di sebelah Bas yang masih mengintimidasi adiknya lewat tatapan. Akan tetapi Jessika tetap bodoh amat. Lebih antusias menatap hidangan di depannya.
"Itu punya Dinar." Bas hendak mengambil piring di depan Jessika tapi dengan cepat adiknya itu berdiri mengangkat piringnya.
Bas berdecak, foto yang diambil Jessika saat di depan pintu adalah ancaman. Karena bisa bikin huru-hara jilid dua. Ya kalau Mami merestui tanpa drama setelahnya, kalau enggak? Dia tidak mau Dinar menjadi bulanan-bulanan Mami seperti Rosita saat itu.