30. Deep Talk

37.8K 3.6K 510
                                    

Pada kangen tidak? 🤭 Maaf ya, part 30 yang saat itu aku revisi dan publish ulang. Klo lupa jalan ceritanya, bisa baca ulang dr awal 🤭
Selamat membaca.

💕💕💕

Dinar melirik suaminya yang sejak keluar apartemen terlihat serius menyetir. Selama beberapa menit, tak ada pembicaraan apapun diantara keduanya. Bas fokus menyetir, sementara Dinar berisik dengan isi kepalanya sendiri.

Pengen tahu seperti apa kelas malam berikutnya? Bisa-bisanya, aku ngomong seperti itu. Keluhnya dalam hati. Menyesali kalimat yang diucapkannya tanpa sadar.

Sejujurnya, Dinar tak bermaksud menunda-nunda kebutuhan Bas yang satu itu. Akan tetapi sebagai anak gadis, yang tiba-tiba menikah tanpa persiapan mental apapun, rasanya skin to skin menjadi sesuatu yang menegangkan. Dia butuh mental yang kuat untuk berani membuka diri secara vulgar di depan pria yang sudah menikahinya. Wajar kan? 

Ciuman Bas masih terasa asing, meski mereka sudah melakukannya berkali-kali sejak kemarin. Jejak bibir pria itu di lehernya saja masih menyisakan getaran aneh yang membuat tubuhnya merinding jika teringat. Beruntung sekali, Dinar pandai menyembunyikan kegugupannya dengan menyerang balik secara membabi buta.

Dinar masih bisa meng-handle perasaannya, ketika Bas menguasai bibir dan lehernya. Namun, jika pria itu memperluas daerah jajahannya hingga ke dada, Dinar merasa belum siap. Membayangkannya saja rasanya sudah panas dingin. Lalu, kenapa tadi dia sendiri yang menawarkan kelas malam? Sudah pasti dijabanin lah sama ahlinya. 

Dasar mulut iniii. Kamu tadi sadar gak sih, waktu ngomong? 

Dinar merutuk di dalam hati.  Namun, apa daya? Dia harus menjalani konsekuensi dari apa yang diucapkannya bukan? Beberapa kali Dinar menoleh dan menatap horor pria di sampingnya. Apa yang harus dilakukannya ketika pria ini menyentuh dadanya? 

"Kenapa sih?" Bas refleks menoleh ketika istri kecilnya tiba-tiba menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Aku jadi kepikiran."

"Kepikiran apa?" tanya Bas heran.

"Eksploitasi sumber daya alam pegunungan, maksudnya ngapain saja?" Dinar menghela napas besar. "Maksudku, kita bahas secara teori dulu, bisa? Jadi, malam ini, kita teori saja dulu, teori."

Bas terbengong. "Kamu gak ngerti?"

"Enggak!"

"Serius? Gak pernah nonton film dewasa?"

Wajah Dinar merona. "Drakor yang aku tonton sebatas ciuman."

"Usiamu 25 tahun, Dinar. Masa gak tahu apa saja tahapan seks? Maksudku, minimal baca."

"Siapa yang kemarin bilang, gak usah baca buku, karena nanti langsung diajari? Siapa?"

Bas meringis, karena dipelototi dengan tajam. Bukannya menyeramkan, kesalnya Dinar justru terlihat lucu di matanya. Membuat Bas ingin segera balik saja ke apartemen dan mengajari anak didiknya yang satu ini, karena gemas. 

"Drakor kamu harus naik level, deh, Din. Cari yang genre dewasa."

Dinar cemberut. Sedewasa-dewasanya drakor yang dia lihat, adegan dewasanya banyak yang di cut. Saat ciuman saja, dia sering mengalihkan pandangan dengan minum atau dipercepat. Meski kadang ngintip juga karena penasaran. Lagipula, genre yang dia suka kebanyakan tentang medis, aksi atau cerita dengan latar belakang hukum. Bukan genre full romance  apalagi genre dewasa. 

Housemate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang