Enggak ngertilah, apa judul yang pas. Random sekali isinya.
Selamat membaca.
Terima kasih doa2nya kemaarin yaa, saat aku tepar karena tensi rendah.👙👙👙
Perkara beda usia dan circle tentu saja tidak berhenti sampai disitu saja. Bas bisa menjauhkan Dinar dari teman-temannya yang suka party, tapi tentu tidak bisa menghindarkan dari pertemuan-pertemuan bisnis yang mengundang kehadirannya bersama pasangan.
Seperti yang terjadi pada Senin pagi, ketika Voni memberikan informasi jadwal kegiatannya untuk dua hari ke depan. Ada undangan Grand Opening Moonlight Mirage Hotel bintang enam dari Richard Salim. Rekan, sekaligus rival yang sekarang menjadi suami mantan istrinya.
"Kalau diwakili GM?" tanya Bas ragu. Dia tak berminat untuk datang, dan masa bodoh dengan segala pandangan mereka nantinya.
"Saya paham, kalau Mas Bas tidak suka suasana drama. Akan tetapi, kalau tidak menghadiri undangan itu, hanya akan menimbulkan perspektif lain dari pihak Richard Salim. Hadir saja dengan Dinar, bukankah ini kesempatan untuk menunjukkan kalau Mas Bas sudah membuka lembaran baru?"
Ide Voni tidak salah, hanya saja, dia tidak nyaman. Sudah lama dia tidak bertemu Richard Salim, jika ada pertemuan bisnis sesama pengusaha hotel, dia hanya setor wajah dan bergegas pergi. Tak pernah bertahan lebih dari tiga puluh menit. Itu pun, dia memilih untuk tidak terlalu menampakkan diri, dan bergaul dengan beberapa yang dirasanya nyaman.
"Pak Danu Gumelar beserta Istri juga sepertinya hadir. Tadi, saya sudah mengkonfirmasi pada beliau."
"Papi hadir ya? Kalau ada Mami, aku bisa tenang membawa Dinar."
Voni meringis. Semua tahu, pilar benteng keluarga Gumelar adalah Mami. Bukan sebagai tulang punggung keluarga, tapi sebagai garda depan menahan serangan julid di dunia sosialita. Siapapun istri pengusaha, mau kelas Crazy rich, atau kelas Sultan Orang Kaya Baru, tidak ada yang bisa menandingi aura Kanjeng Mami yang awur-awuran. Diam saja bikin segan, apalagi kalau sudah berbicara.
"Kapan acaranya?"
"Lusa."
"Oke, aku telepon Mami setelah ini."
Voni pun undur diri. Setelah kepergian sekretarisnya, Bas menghubungi ibunya. Padahal, semalam mereka makan malam bersama, tanpa ada pembahasan apapun soal bisnis. Sekarang, dia menghubungi perihal undangan dari Richard Salim.
"Iya, Voni tadi hubungi Papi sama Mami. Harus datang, Bas. Abaikan saja pandangan orang tentang hubungan kalian bertiga di masa lalu. Sekarang, kamu sudah jadi suami Dinar. Mami rasa, ini juga momen yang pas untuk mengenalkan Dinar pada kolega-kolega kita. Apalagi, dia juga memimpin Tjakra House. Dia perlu bertemu sesama pengusaha perhotelan, dan momennya pas."
"Bas khawatir kalau nanti Dinar mendengar omongan yang tidak enak, Mi."
"Soal itu, serahkan pada Mami. Rabu pagi, Mami ajak dia ke salon."
"Jangan kasih baju terbuka,Mi."
"Kamu meragukan selera Mami?"
Bas meringis. Mana mungkin dia meragukan selera Panglima perang keluarga Gumelar.
***
Edan.
Jantung Dinar berdebar sangat kencang. Undangan dari Richard Salim tentu lebih badas dibandingkan undangan gala premier film Rosita Atmodjo. Dia bisa mengabaikan undangan film yang penuh wartawan gosip, tapi tentu tidak bisa mengabaikan undangan dari suami si artis.
"Mami beneran mau hadir?" tanya Dinar tak percaya, ketika mertuanya mengirim sopir dan menjemput menantunya agar segera ke rumah. Bas sudah memberitahunya lebih dulu, sehingga dia tidak kaget ketika tiba-tiba Pak Idris, driver pribadi Papi menjemput ke apartemen.

KAMU SEDANG MEMBACA
Housemate
RomanceWarning : Adult romance. Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas, karena mau tidak mau, dia harus belajar menjadi seorang hotelier, dan me...