Gaes, seperti yang pernah aku bilang, cerita di sini akan ada banyak skinship yang eksplisit dibandingkan cerita-ceritaku lainnya. Akan tetapi, aku berusaha untuk tidak vulgar dan memilih bahasa yang pas.
Selamat membaca 🙂🛏🛏🛏
Udara Kota Batu sangat dingin kalau malam. Apalagi dini hari. Bas tak habis pikir, di usia mereka yang tak lagi abege, justru detik perubahan hari dari kalender ulang tahunnya harus berakhir dua kali tercebur ke kolam renang yang airnya sedingin es.
Melihat Dinar yang menggigil, ingin rasanya menyumpah serapah teman-temannya. Namun, daripada menyumpah serapah, buru-buru dia menarik Dinar ke tepi dan mengangkatnya ke luar kolam.
"Aku gak papa, aku gak papa, turunin gak? Malu, ini maluuuu." Digendong ala bridal style dengan baju basah kuyup, siapa yang tidak malu?
"Kamu kedinginan."
Dinar menahan tawa. "Aku lahir dan besar di Kota ini. Rasa dingin sudah terbiasa buatku."
"Iya nih, bucin amat lo sama Bini." Diki berdecak. "Gue ceburin lagi, nih."
Bas melotot saat Diki bersiap mendorongnya lagi. Semua tertawa. Dini hari yang dingin, mereka yang kebasahan pun mengganti pakaian dengan bathrobe yang dibawakan pegawai hotel. Lalu menikmati teh hangat di dalam restoran. Mereka berpisah dan kembali ke kamar masing-masing sekitar setengah jam kemudian. Baju yang basah diurus pihak binatu.
"Happy?" tanya Dinar saat sudah di kamar dan tengah mengeringkan rambut suaminya. Rambut hitam legam yang tebal dan lembut.
"Happy sih, tapi-"
Dinar tertawa kecil. Tahu sekali kelanjutan setelah kata tapi.
"Aku keringin rambutnya, dulu."
"Memang gak capek? Mata kamu sepertinya lelah." Bas melihat Dinar dari cermin yang ada di depannya.
"Enggak. Kita masih punya beberapa jam ke depan kan? Apa kurang?"
Bas tertawa geli. "Tadinya, aku benar-benar ingin menghabiskan hari denganmu di kamar."
"Kalau kurang, kita bisa mengulangnya setelah semua acara besok selesai. Kamu kan suka banget, ngajakin try out, remidi."
Bas tertawa. Ada lesung pipi yang terlihat tiap dia melepaskan ekspresinya. Dulu, Dinar pikir, pria ini susah tertawa karena seringkali berwajah datar. Ternyata tidak. Bas justru mudah tertawa saat bersamanya.
"Sudah kering." Dinar mematikan hairdryer dan meletakkan di meja depan cermin. Rambutnya sendiri, sudah kering lebih dulu. Jantungnya berdebar sangat kencang, karena tak pernah menyangka hari ini datang juga.
Dinar tak pernah membayangkan, akan menikah dengan sahabat kakaknya. Pria yang pernah menarik perhatiannya saat remaja. Tinggal bersama. Merencanakan masa depan bersama. Saling melengkapi, saling menjaga, dan saling menyayangi.
Aku enggak sama dengan Ros.
Dinar duduk di pangkuan Bas. Keduanya masih memakai bathrobe.
Aku bukan wanita yang memanfaatkan kebaikan dan uangnya. Akan tetapi, aku adalah wanita yang dipilihnya. Dipilihnya dengan sadar, tanpa paksaan siapapun.
Bas memilih diam, membiarkan Dinar melingkarkan kedua tangan di lehernya, dan mencium lembut. Ciuman amatir, padahal mereka sudah sering melakukannya. Namun, Dinar masih seperti malu-malu. Bas menahan diri untuk tidak mendominasi. Jadi, dia membalas dengan mengimbangi cara Dinar. Sebab, malam ini dia ingin dikuasai, bukan menguasai.
Perlahan matanya memejam, dengan kedua tangan melingkar di pinggang Dinar yang ramping. Punggungnya menyandar, agar bisa lebih meresapi, dan merasakanan sesapan di bibir bawahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/359748636-288-k293138.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Housemate
RomanceWarning : Adult romance. Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas, karena mau tidak mau, dia harus belajar menjadi seorang hotelier, dan me...